Warning Typo📌
📍 Jujur aku takut sama reaksi kalian, tapi maaf alur cerita ini udah aku tentuin dari awal, jadi kalau chapter ini banyak kurangnya, aku bener² minta maaf.
Pagi menyambut, rintik hujan masih menemani dengan sedikit tiupan angin. Orang-orang yang kemarin ramai sudah mulai sepi, hanya petugas dan anggota keluarga yang tersisa. Pencarian masih berlanjut meski arus sungai sedikit deras. Keluarga Arsyanendra bahkan sampai rela membayar lebih mereka dan memperkerjakan lebih banyak orang agar putra mereka segera di temukan.
Di depan tenda berwarna biru, mama Dinda bersimpuh, memandang aliran tenang sungai yang telah membawa pergi putranya. Semalam keluarga Arsyanendra meminta untuk dibuatkan tenda, satu tenda untuk dua orang, mama Dinda dan bang Dev mendapat tenda yang sama. Bang Devan, semalaman pemuda itu menangisi Farel di pelukan ibunya, kini anak itu tengah tertidur pulas dengan selimut berwarna coklat yang diberikan oleh kak Faza.
Tak pernah terlintas barang secuil pun di benak mama Dinda akan kehilangan anaknya lagi, meski pencarian Farel masih terus di usahakan, mama Dinda tau kalau Farel sangat kecil kemungkinan untuk ditemukan, aliran sungai disini cukup deras ditambah hujan yang terus-terusan mengguyur.
Semalam perasaan tak tenangnya benaran terjadi, ada sesuatu yang tidak baik menimpanya, andai pagi itu mama Dinda larang anak-anaknya untuk berjualan kue, mungkin tak akan menemukan akhir yang seperti ini.
"el kamu dimana nak?"
Lirih mama Dinda dengan lemas, memandang sayu pada aliran sungai, "jangan bawa pergi anakku, suruh dia kembali" pesannya pada sungai yang tepat ada di depannya
"kau boleh mengajakknya berenang, tapi jangan lukai dia"
Kembali, mama Dinda menitipkan pesannya pada sungai. Semoga tersemogakan.
.
.
.Selain mama Dinda yang hancur mendengar berita hayutnya sang anak, bunda Alana pun demikian, wanita itu bahkan tak bisa tidur semalam. Rasa takut kehilangan terus menghantuinya, mengusik malamnya. Semalam bunda Alana yang berada satu tenda dengan kak Faza terus saja menangis, meminta agar Farel dikembalikan.
Penampilan wanita itu sudah seperti orang dalam gangguan jiwa, duduk beralaskan jembatan sambil memandang pada air yang mengalir di bawahnya. Ayah Al sejujurnya tak tega melihat sang istri seperti ini, tapi dia biarkan, ini terlalu menyakitkan untuk bunda Alana.
"Nak, disini hujan, pulang yuk" ajaknya entah pada siapa, tidak ada Farel di hadapannya, "bunda kangen el" lirihnya kemudian
.
.
.Sudah satu minggu, namun pencarian tak kunjung berhasil. Ketua tim penyelamat bahkan sudah mengatakan kalau Farel mungkin saja tak bisa ditemukan dan sudah meninggal. Tapi keluarga Arsyanendra menolak, Alfarezel mereka pasti masih hidup, disuatu tempat, tidak mungkin mati.
"tolong, tolong cari kembali" bunda Alana memohon pada ketua penyelamat yang dibalas dengan gelengan kepala, "maaf nyonya, kemungkinan selamat sangat kecil, aliran sungai ini sangat deras"
Jika kemungkinan untuk Farel bertahan hidup sangat kecil bahkan tidak ada, maka bunda Alana hanya ingin melihat jasad anaknya untuk terakhir kali, agar nantinya dia tidak berharap apapun pada sungai yang telah membawa pergi putranya.
"Izin kan aku menguburkan mayat anakku dengan layak!" teriak bunda Alana pada ketua penyelamat itu, "izinkan aku menguburkan mayat anakku" lirih bunda Alana

KAMU SEDANG MEMBACA
Alfarezel
Fiksi Penggemar📍END Tentang Alfarezel Gloire Arsyanendra yang menjalani hidup sebagai Farel Gibran. (Senin, 08/08/2022) #6 taehyung dari 60,2 Rb cerita #3 penggemar dari 2,4 Rb cerita (01/08/2022) #Draf Sampul #pinterest