20🥀

613 84 7
                                    

Warning Typo📌

































Tawaran bunda Alana beberapa menit lalu harus Farel turuti, bunda Alana mengancam jika Farel tidak menurut dia akan meminta kak Faza untuk memecatnya, biarlah Farel kehilangan pekerjaan, siapa suruh tidak menuruti bunda Alana.

Farel, pemuda itu terlihat canggung saat berjalan bersama keluarga Arsyanendra lainnya, bahkan Natha yang ada di dekat ruang guru pun menatapnya penuh tanya. Sekarang bertambah lagi rasa canggung Farel, bagaimana tidak? Farel kini berada di mobil bersama seorang pemuda dan bunda Alana.

Kakek Alby dan ayah Al memutuskan untuk pergi ke kantor sebentar, begitu pun dengan kak Birru yang katanya ada janji. Di mobil lain tepat dibelakang mobil yang ditumpangi Farel, ada kakak bos cantik dan juga kak Daffi.

“nah itu rumah kita” ucap bunda, menunjuk pada sebuah rumah yang mewah yang berdiri kokoh di depan sana

Farel rasa ini bukanlah rumah tetapi istana, bagaimana bisa ada rumah sebesar dan semewah ini. Keluarga Arsyanendra ini benar-benar bukan keluarga kaleng-kaleng, rumahnya saja sudah sebesar ini. Bolehkah Farel berandai untuk memiliki keluarga seperti keluarga kakak bos cantiknya? Bukan hanya tentang harta yang melimpah, melainkan kehangatan yang diciptakan keluarga ini.

“ayo, kita turun!” ajak bunda pada Farel yang menurutinya

Bunda, kak Daffi, kak Faza, Dev, dan Farel masuk ke dalam rumah, seorang wanita dengan seragam khas ART menyambut dengan senyum.

“sudah pulang nyonya? Ada yang bisa saya bantu?”

“mba sudah masak?” tanya bunda dan langsung diangguki oleh wanita tersebut, “Sudah nyonya”

“kalau begitu siapkan makan siang ya”

“baik nyonya”

Wanita tadi kemudian pamit untuk mengerjakan apa yang bunda sampaikan. Bunda kemudian menatap Farel, “el, bunda ganti baju dulu ya, kamu disini sama kak Dev”

“iya nyonya”

.
.
.

Farel, sejak awal masuk ke dalam pekarangan rumah sampai masuk ke dalam rumah tersebut, rasa kagum tak hentinya dia rasakan, baru pertama kali dia menginjakan kakinya di rumah sebesar ini, dan ini bukanlah mimpi, dia benaran ada di dalam rumah besar yang biasanya dia lihat di gambar-gambar.

Banyak barang berharga yang terlihat mewah menghiasi setiap sudut rumah itu, Farel yakin pasti harga setiap barang itu tidaklah murah.

“hai, seperti yang bunda katakan, kamu disini dulu ya sama aku” seorang pemuda datang menghampiri el, dengan kaos dan celana panjang juga sendal rumahan

Farel segera berdiri dari duduknya melihat salah satu anak bunda Alana itu, “namaku Aldevaro, kau bisa memanggilku kak Dev”

Farel membolakan matanya mendengar itu, Aldevaro yang menyaksikan langsung terkekeh, gemas sekali anak dihadapannya ini. Andai dia punya adik yang lucu seperti ini, pasti sudah dia unyel-unyel setiap hari.

“kenapa el? Kok reaksinya gitu?”

“hehe, nggak apa-apa kak, kaget aja aku juga punya kakak namanya Dev, Devan lebih tepatnya”

“iya kah? Kok bisa sama gitu”

.
.
.

Bunda Alana, kak Daffi, kak Faza, Dev, dan Farel sudah duduk bersama di kursi ruang makan, makan siang kali ini didominasi oleh sayuran, seketika membuat wajah Dev tak berselera makan.

AlfarezelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang