10. Marah

3.2K 328 16
                                    

Mereka kini sudah tiba di rumah sakit terdekat. Haruto langsung dibawa ke UGD dalam keadaan pingsan.

Michi dan Gevan masih terus menangis sembari memangil nama mamanya.

"Papa hikss hikss mama" adu Gevan

Michi memeluk Gevan dengan erat. "Gevan liat Michi. Kita gaboleh nangis ya nanti mama nangis liat kita"

Gevan menyeka air matanya lalu tersenyum. "Michi bener"

Jeongwoo tersenyum. Michi memang menjadi pelipur lara untuk Gevan.

"Keluarga pasien"

Jeongwoo mengikuti arah dokter untuk keruangannya.

"Begini pak. Luka pada bagian bawah pasien sobek dan infeksi. Saya sudah memberi beberapa salep sebagai pereda rasa perih. Untuk saat ini saya sarankan jangan melakukan hubungan seksual dahulu sampai benar benar sembuh" jelas dokter

Jeongwoo mengangguk paham lalu kembali menemui anak anaknya yang sedang menunggu di luar.

Haruto tidak harus di rawat inap. Begitu sadar mereka langsung pulang ke Jakarta karena tidak memungkinkan liburan dalam kondisi seperti ini. Haruto menatapnya dengan tatapan marah dan Jeongwoo tau itu.

Selama perjalanan Gevan dan Michi terus memandang wajah Haruto, takut jika sang Mama kembali sakit

"Kalian kenapa liatin mama kaya gitu "

"Takut mama sakit hehe" ucap keduanya

Haruto tertawa. Mereka persis seperti anak kembar

Menempuh perjalanan panjang, akhirnya mereka tiba di rumah pukul 8 pagi. Jeongwoo yang keluar dengan menggendong Haruto sontak membuat para tetangga heboh

Mereka semua langsung masuk ke rumah Haruto untuk menanyakan apa yang terjadi

"Wo haru kenapa" tanya Asahi panik

"Hehehe duh gmn bilangnya ya. Kemarin Haruto sempet teriak kenceng nahan sakit gitu, pas bawa ke dokter bagian bawahnya sobek sama infeksi"

Plak

Asahi memukul pelan kepala Jeongwoo

"Gini nih duda yang udah lama ga ketemu sarang. Sekali ketemu lupa diri" omel Asahi

"Lo saking lamanya nge duda ganas juga ya" ledek Jihoon

Jeongwoo mah pasrah aja di rosting tetangga julit ini.

"Enak ga wo" tanya Mashiho

"Jelaslah pake nanya lagi" ucap Jeongwoo

Mereka semua tertawa mendengar jawaban Jeongwoo.

Asahi, Junkyu, Hyunsuk, Yedam dan Yoshi masuk ke kamar Haruto untuk melihat keadaan Haruto

"Haru"

Haruto menoleh ke arah sumber suara

"Lo gpp? Masih sakit" tanya Hyunsuk

Haruto mengangguk

"Gpp to itu wajar, yang penting lo jangan banyak banyak gerak dulu" ucap Hyunsuk

Haruto mengangguk

"To gue boleh nanya" tanya Yoshi

"Kenapa kalian masih pake lo gue. Ah mksd gue kenapa kayaknya kalian masih pake cara bicara sebelum nikah" tanya Yoshi

"Gue belum terbiasa sama kehadiran dia. Ditambah lo semua tau kan dulu tiap hari dia suka nyari gara gara sama gue"

Junkyu menghela nafas, "Jeongwoo suka lo dari dulu ru, makannya dia pake cara itu biar di notice sama lo. Kalau pake cara Doyoung mah lo nengok aja ga mungkin"

Haruto mengangguk, "Tapi gue belum biasa sama yang namanya suami di hidup gue. Gue masih terlalu takut untuk membangun rumah tangga lagi"

Yedam menghelus pelan kepala Haruto, "Gue tau semua berat ru, tapi liat deh anak lo. Dia suka banget punya saudara ru"

Haruto tau itu. Semenjak satu atap dengan Michi, Gevan nampak bahagia. Bahkan ia selalu menjaga Michi dan mengawasi Michi layaknya seorang kakak. Haruto senang dengan kehadiran Michi, namun tidak dengan Jeongwoo. Memori kelam tentang masa lalunya membuatnya takut akan Jeongwoo yang melakukan hal yang sama.

Mereka membiarkan Haruto beristirahat dan pamit.

Jeongwoo masuk perlahan untuk melihat keadaan Haruto dan

"Pergi"

"Maaf ru"

"Pergi"

Jeongwoo paham. Jeongwoo tau Haruto akan marah besar seperti ini. Jeongwoo juga tidak akan marah akan sikap Haruto, karena semua ini memang salah dirinya.

Michi dan Gevan masih asik bermain di ruang tamu.

"Loh papa? Mau ikut main" tanya Michi

Jeongwoo menggelengkan kepalanya

Gevan dan Michi melanjutkan main mereka dengan ditemani Jeongwoo yang masih memikirkan nasibnya. Entah sampai kapan Haruto akan marah pada dirinya

Haruto tau sikapnya egois. Entah kenapa kejadian tadi sangat membuatnya marah pada Jeongwoo

"Maafin gue wo"

Haruto memejamkan matanya berusaha untuk tidur dengan harapan semua masalah yang ia punya bisa hilang seketika. Setidaknya biarkan ia tenang tanpa masalah untuk sehari saja.

Prankkkk

Suara piring kaca yang pecah

"Aku tau kamu selingkuh ya. Kamu pikir aku bodoh selama ini? Aku ngikutin kamu selama seminggu dan apa? Kamu yang katanya kerja buat aku sama anak tapi hahaha pergi sama lonte ke Bali pake uang sekolah anak kita"

Plak

"Jaga mulut kamu"

Ia menarik keras rambut istrinya lalu ia seret dari lantai dua menuju lantai 1. Rintihan suara istrinya seolah tak ia dengar.

Ia membuang tubuh istrinya yang masih meringis kesakitan

"Jaga mulut kamu. Saya kerja buat kamu sama anak kita. Seenaknya nuduh saya yang engga engga"

"Fakta di lapangan kamu selingkuh mas"

Ia menendang keras perut istrinya dan membenturkan kepalanya ke lantai

Anak manis yang sedari tadi memperhatikan bagaimana ibunya di siksa hanya bisa menahan tangisnya dan membekap mulutnya agar tidak ketahuan.

Dengan tega ia membenturkan kepala istirnya ke kursi lalu mengangkat kaki kanannya yang hendak menginjak kepala istirnya

"Jangannnnnnnnnnnnn"

JODOH 5 LANGKAH [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang