42. Hampa

1.3K 124 5
                                    

"Aku pengen hamil mas hikss mau hamil"

Jeongwoo memeluk erat Haruto. Jeongwoo paham kehilangan untuk kedua kalinya pasti memberi luka yang amat dalam. Terlalu banyak luka dan cerita yang ada di perumahan mereka. Jatuh cinta hingga kehilangan sudah Jeongwoo rasakan.

"Kita pindah gimana? Biar kamu dapet suasana baru" tanya Jeongwoo

Haruto menggelengkan kepalanya. "Gamau mas. Anak anak masih butuh yang lain"

Setelah kesepakatan bersama akhirnya Jeongwoo memutuskan untuk tinggal sementara di Villa sampai kondisi Haruto membaik. Jeongwoo juga ingin Haruto melupakan semua kejadian yang terjadi selama bersama dirinya. Setidaknya dengan menetap sementara di Villa bisa membuat Haruto sedikit tertawa.

"Maaf mas"

Haruto lagi lagi merasa bersalah. Ribuan kata maaf terus ia ucapkan karena merasa semua yang terjadi karena kesalahannya.

"Ustt no sayang. Gausah minta maaf ya. Yang penting sekarang kita pulihin diri dulu okey" ucap Jeongwoo sembari mengelus rambut Haruto.

Sesuai janji Jeongwoo. Setelah Haruto keluar dari rumah sakit, ia akan mengajak Haruto, Gevan dan Michi untuk tinggal sementara di villa. Hitung hitung mencari suasana baru.

Tibanya mereka di Villa tentu membuat penjaga villa syok. Karena bagaimana mereka datang dengan tiba tiba, ditambah Haruto yang mengenakan kursi roda. Fyi saja, Jeongwoo sebenarnya sudah memberi tahu mereka akan rencana dirinya yang tinggal disini dan Jeongwoo sudah menceritakan alasan mereka tinggal disini. Namun kedatangan mereka tiba tiba dan mereka belum mempersiapkan apapun membuat semua orang berhamburan

"Eh aduh tuan maaf belum kami bersihin. Sebentar ya kami bersihkan dahulu" ucap bi Ane salah satu pengurus villa dan juga orang kepercayaan keluarganya

"Ah gpp bi santai aja. Kita tunggu di taman ya"

Jeongwoo mengajak Haruto untuk menikmati taman sejenak. Gevan dan Michi pun sudah mulai tersenyum senang. Seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Michi dan Gevan tak henti henti menangis karena kehilangan adik mereka. Begitupun Haruto yang bahkan tidak pernah mengeluarkan sepatah kata apapun semenjak kejadian kemarin. Haruto yang pendiam, sering melamun bahkan tidak mau makan membuat hati Jeongwoo sebagai suami sedih. Maka dari itu seminggu setelahnya ia mengajak mereka semua menetap di Villa untuk sementara waktu. Rasanya memang hampa, namun inilah kehidupan. Jeongwoo bahkan tidak bisa mengatur garis takdir yang Tuhan tentukan.

"Indah banget kan tamannya? Kemarin aku sempet bilang sama penjaga buat tanemin bunga mawar putih kesukaan kamu sayang. Bagus kan" tanya Jeongwoo yang lagi lagi hanya mendapatkan anggukan dari Haruto.

"Kamu tau ga disini aku udah pesen biar taman ini di dekor dengan suasana bali loh? Kamu seneng ga sayang" tanya Jeongwoo yang lagi lagi hanya dibalas anggukan oleh Haruto

Jeongwoo mengehela nafas. Ia tau bahwa sedari tadi Haruto tidak mendengarkan ocehannya. Bahkan tatapan Haruto kosong.

"Sayang"

Haruto menatap Jeongwoo dengan tatapan sendu. Tatapan sedih, kecewa dam kehilangan seolah menggambarkan apa yang Haruto rasakan masih sama seperti pertama kali kehilangan. Haruto bahkan terus menatap ke arah perutnya yang tak lagi buncit. Haruto menghayal. Andai saja saat ini dirinya masih mengandung pasti rasanya bahagia bisa liburan bersama dengan calon bayi mereka.

"Coba bayi kita masih ya mas, kayaknya seru ya liburan bareng.Tapi tuhan ambil dia mas, ambil dia disaat kita lagi bahagia bahagianya. Tuhan maunya apa mas? Selama hidup, aku ga pernah nemu yang namanya bahagia. Dari aku kecil sampai sekarang, Tuhan se akan akan mau menghukum aku atas kesalahan yang aku juga gatau mas" ucapnya sembari terus menatap ke arah perutnya

Jeongwoo paham apa yang Haruto rasakan saat ini. Kehilangan secara tiba tiba yang sontak mengguncang batin dan jiwanya

"Mas paham sayang. Tapi kita gabisa salahin Tuhan ya. Kita berdoa aja supaya Tuhan kasi kita kepercayaan lagi buat punya anak. Kalau dulu mungkin kita mintanya ga sesuai kemauan Tuhan jadi sekarang kita harus banyak banyak berdoa ya"

Haruto mengangguk lalu kembali dengan tatapan kosongnya. Bahkan dirinya tidak begitu menikmati pemandangan yang ada di Villa.

Gevan berhenti bermain kala ia melihat bagaimana tatapan sendu sang mama menghadap ke arah mereka. Tatapan yang bahkan sangat Gevan benci. Tatapan yang selalu Gevan hindari dari dulu. Dirinya masih kecil. Apa yang bisa tangan kecil ini lakukan? Memukul sang ayah saja rasanya tangan kecil ini lemah. Bagaimana bisa ia melindungi sang mama dari orang jahat seperti ayahnya.

"Gevan janji mama, besar nanti Gevan yang akan balas semua sakit hati mama. Gevan juga yang akan jadi orang pertama untuk bikin ayah luka. Mama tunggu Gevan gede ya" monolognya sembari menatap sang mama

Michi yang melihat tatapan sendu Gevan ke arah sang mama pun mengehentikan permainannya. Ia tata kembali lego ke tempat asalnya lalu ia letakkan di samping Jeongwoo

"Mama liat Michi ya, Michi baru latihan dance tau. Michi abis belajar dance darari dan mama harus liat oke"

Michi berlari ke arah tengah dan bersiap siap untuk menghibur sang mama

"One two three. Dalalalili nanana nananan nanana baby nanannanana melody melody yeee" celoteh Michi yang bahkan dirinya tak tau lirik aslinya

Aksi Michi sontak mengundang tawa Jeongwoo. Darimana anak ini belajar lirik yang bahkan tak bisa ia pahami

"Michi hahaha udah ah kamu nyanyi ngaco banget deh" ledek Jeongwoo

"Hehe maaf ya papa Michi gabisa bacanya. Susah tau lirik korea gitu ya jadi Michi ubah deh"

Haruto tertawa. Tawa yang sedari tadi Gevan nantikan. Gevan tersenyum lalu menatap Michi. Adiknya satu ini memang bisa menjadi pencair suasana

"Yeay mama ketawa" teriak Michi

Michi berlari mengelilingi taman untuk melupakan rasa senangnya.

"Yeay mama ketawa hahaha. Gevan ayo lari" teriak Michi

Gevan akhirnya menyusul Michi untuk berlari bersama keliling taman. Ya tanpa anak anak ini sadari hal yang mereka lakukan mampu mengembalikan tawa Haruto


























🦋❣️

JODOH 5 LANGKAH [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang