Love and Pain [ End ]

42- Dream

Akhirnya sampai juga di part paling akhir, semoga kalian suka sama endingnya ya.

Kali ini aku pakai ost, mungkin ini akan cocok buat part ini. Hanya saja kalin bisa putar lagunya, saat ada tanda ini.

🎶🎶🎶

Ost Vicenzo Cassano: Is This Love - Aalia

Happy Reading
.
.
.
###

Semilir angin kencang berhembus, membuat udara semakin dingin. Mereka semua mulai keluar dari Helikopter, berdiri tepat di hamparan salju tebal.

"Apa semuanya sudah selesai?" Deo memperhatikan semuanya, entah itu dari perlengkapan tenda, barang-barang penting dan juga persediaan makanan.

"Semuanya sudah beres." Jawab Dilan.

"Kita akan berjalan ke arah Utara. Tetap waspada dan hati-hati, kita tidak tau ada apa aja di hutan ini." Deo menjelaskan dengan penuh keseriusan.

Selepas itu, mereka mulai melakukan perjalanannya. Di pandu oleh Deo yang menegang Petanya, di belakangnya ada Velyn dan Efrain, dan di barisan ke-tiga ada Gara, Edward dan Dilan. Di paling belakang ada Leon dan Dae.

"Gue gak pernah bayangin kalau bakalan ada di situasi seperti ini." Celetuk Gara dengan terus mengeratkan mantel tebalnya.

"Gue juga." Balas Edward."Lo ngerasa gak sih, si Efrain jadi lebih banyak bicara." Tunjuk Edward pada orang di depannya.

Gara mengangguk sebagai jawabannya."Hoh, maklumlah umur segitu  lagi asik-asiknya buat pdkt an." Kekeh Gara di akhir kalimatnya.

"Bucin mulu lo berdua." Ledek Edward.

Efrain yang tengah berbicara tentang kondisi adiknya pada Velyn, beralih menatap dua manusia yang tengah tersenyum.

"Gak usah banyak bacot ya lo berdua." Cetusnya dengan tajam.

"Yain deh." Gara menjawab sambil terus menggosokkan kedua tangannya.

"Apa ini masi jauh?" tanya Edward.

Rasanya ia sudah berjalan berkilo-kilo meter. Begitu melelahkan, apalagi di jalanan yang bersalju tebal.

"Tentu saja, ini aja masih belum sampai 1 kilo meter." Leon menjawab dengan nada terdengar santai namun tegas.

Edward sampai mengelus lehernya, entah kenapa hawanya selalu berbeda jika Leon berucap.