06-Siapa pelakunya?

319 112 52
                                    

Makasii yang udah mau mampir di cerita ini.
So, kalian bacanya santai aja ya.

###

3 Hari Kemudian.

📍Rumah Sakit Netra Melvora.

Kini Efrain dan Gara, telah di bawa kerumah sakit. Mereka ditemukan tak sadarkan diri oleh beberapa warga yang terkejut oleh suara ledakan yang keras.

Gara yang memiliki luka yang tidak parah-parah banget, sudah siuman sejak 5 jam yang lalu.

"Gimana keadaan lo?" Tanya Theo saat dirinya mengunjungi kamar inap sahabatnya.

"Alhamdulillah, masih bisa nafas." Jawabnya dengan suara jenaka, walaupun tubunya terasa remuk dimana-mana.

Theo menatap malas Gara."Kenapa bisa Mobil lo ada Bomnya? Lo punya musuh?" tanya Theo yang penasaran.

"Gue gak tau, perasaan gue gak punya musuh deh. Masa Mang Odong yang jadi musuh gue sih, gara-gara gue suka nyolong mangganya." Jelas Gara.

"Ngomong sama lo kaga pernah serius." Ketus Theo.

"Serius-serius amat lo, hidup itu harus di bawa santuy." Ucapnya dengan candaan.

"Trus si Efrain gimana keadaannya?" tanyanya yang khawatir akan keadaan sohibnya itu.

"Masih belum sadarkan diri, karena lukanya lumayan parah." Jawabnya.

Gara mengangguk prihatin," terus cewek itu gimana keadaannya?"

Theo mengeriyitkan keningnya."Cewek?Gue kira di Mobil itu cuma ada lo dan Efrain aja." Ujarnya yang tak tau.

"Di Mobil itu ada 3 an, gue, Efrain sama cewek yang loncat di gudang itu. Velyn namanya." Jelas Gara dengan pikiran yang gelisah.

"Mobil lo meledak tepat saat mau terjun ke jurang, dan kemungkinan besar dia masih di dalam Mobil. Tapi polisi masih nyelidiki kasus ini." Jelasnya, karena ia hanya mendapatkan informasi kecelakaan itu dari para saksi yang rumahnya tak jauh dari TKP.

Gara menunduk lesu."Gue takut dia gak selamat, karena dia, gue sama Efrain bisa selamat dari tragedi ini." Lirihnya.

"Polisi masih menyelidikinya, berdoa saja, semoga cewek itu baik-baik aja." Ucap Theo, sembari menpuk bahu Gara.

"Awww ... sakit bego!" Pekiknya.

"Sory."

Disisi lain, Kamar Efrain.

Di ruangan itu terdapat Edward dan Deo.Sudah 3 hari Efrain di rumah sakit, akan tetapi belum menunjukkan tanda-tandanya akan siuman.

"Ini si Efrain gak ada niatan buat sadar apa? Betah banget tidurnya." Celetuk Edward.

"Gue khawatir dia gak bangun-bangun." Ucap Deo sarkas.

Pletek

"Awww!" Pekiknya, saat Edward menempeleng kepalanya.

"Mulut lo jahanam banget, nge-doain temennya gak bangun-bangun." Seru Edward dengan tatap kesalnya.

"Ck, tapi gak usah nempleng pala gue juga." Maki Deo.

Love and Pain [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang