43- Strategi Baru

123 5 1
                                    

Niatnya sih ini chapter terakhir, cuma karena kepanjangan jadi aku bagi dua chapternya.

Chapter ini aja udah sampai dua ribu lebih, kalau di satuin mungkin sampai 5 ribu lebih.

Maaf juga kalau update nya lama, soalnya aku baru beres uas. Mohon di maklumin ya.

Happy Reading
.
.
.
###

Leon dan Dae telah berjalan beberapa meter dari tempat semula. Mereka menyusuri setiap bibir Pantai.

"Kalian berdua berhenti."   Cegah kedua orang berbadan gempal.

Leon dan Dae berhenti, menatap kedua orang itu. Mereka berdua saling melirik, lalu menatap kembali ke arah dua orang itu.

"Apa mau kalian?" tanya Leon penuh intimidasi.

"Berikan apa yang ada di dalam tas kalian. Kalau kalian mau selamat dari Pulau ini." Jelas Pria berkumis tebal.

"Kalian kelaparan." Pernyataan Dae membuat kedua Pria itu terdiam.

"Kami akan memberikan kedua tas kami. Asal kalian harus menjawab pertanyaan kami. Bagiamana?" tawar Leon.

"Baiklah, apa yang ingin kalian tanyakan?" jawab si Pria berkumis.

"Apa ada Kapal yang biasa berlabuh di Pantai ini?" tanya Dae.

"Kalian berdua komplotan dari orang jahat itu?" pertanyaan Pria berambut galing itu, membuat Dae dan Leon menatapnya penasaran.

"Jelaskan secara rinci." Tekan Dae.

"Beberapa hari yang lalu. Ada tiga Pria yang datang ke Pulau ini. Mereka menyuruh kami untuk tunduk kepadanya. Salah satu dadi Kami di bunuh tanpa sebab, dan terpaksa kami pun ikut mereka."

"Akan tetapi, kami berdua memilih mundur. Karena tak mau terlibat dengan orang-orang Secret Islaind. Kami mulai mencari-cari makanan, hingga kami mulai kehabisan stok makanan." Penjelasan Pria berkumis tebal itu membuat Dae dan Leon mengangguk mengerti.

"Kami akan memberikan kalian makanan. Dengan satu syarat, apakah ada Kapal disekitar sini?" tanya Leon.

"Sekitar 800 meter dari sini, ada seorang Pria tua yang suka belayar. Satu-satunya orang yang memiliki Kapal." Tak membuang waktu, Leon dan Dae segera menuju tempat yang di arahkan oleh kedua Pria itu.

Sebut saja mereka, Ody dan Karl. Ke-empat berjalan di sepanjang pesisir Pantai. Hingga hari mulai Sore mereka telah kembali ke tempat dimana Deo dan yang lainnnya berada.

"Siapa mereka berdua?" tanya Edward.

"Mereka penduduk asli sini. Hanya saja, sebagian dari mereka, telah berpihak pada Mudroc." Jawab Leon.

"Kita bisa berlayar malam ini." Sahut Dae.

"Caranya?" celetuk Gara.

" Satu kilo meter dari sini, ada Pria tua yang memiliki Kapal. Kita bisa menggunakan itu."

Ekspresi wajah Gara dan Edward terlihat kaget. Jarak sejauh itu, harus ditempuh dengan jalan kaki. Yang bener saja. Bisa-bisa mereka mati kecapean, apalagi dengan suhu udara yang semakin malam semakin dingin.

Tak banyak pilihan lain, mereka semua pun langsung berjalan. Butuh waktu 3 jam-an untuk mereka bisa sampai.

Terlihat seorang Kakek tua yang tengah mempersiapkan Kapalnya. Kakek tua itu tersenyum ramah ke arah mereka.

"Aku sudah mempersiapkan segalanya. Segeralah belayar, sebelum adanya badai." Ucap sang Kakek.

Mereka semua mengangguk, dan mulai memindahkan barang-barang mereka. Sang Kakek ikut berlayar, ia yang akan jadi nahkodanya. Deo berdiri di samping sang Kakek, memberikannya petunjuk lewat Peta.

Love and Pain [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang