Winter sudah membereskan kamarnya dan baru keluar dari villa saat seseorang menariknya ke suatu tempat. Winter yang terlalu shock hanya menurut saja.
Disitulah mereka, di tempat kemaren Winter melihat ke kota, tebing yang cukup tinggi. Dengan Karina di hadapannya. Mereka hanya saling bertatapan hingga Winter memutuskan untuk bertanya.
"ada apa ya kak?"
"kamu ingat yang terjadi semalam?"
"yang mana kak?"
'bagus, Kim Minjeong, lu harus pura2 bego biar ini cepat berlalu, tapi gue gak pengen cepat berlalu sih, pengen lama2 ngelihat dia sedekat ini, don't blame me, she's too pretty, dude.'
"itu, yang kita jadian."
'gosh! ni orang to the point banget!"
"i.. itu kak.." Winter mencoba mencari alasan.
"..." Karina menaikkan alisnya, dengan sabar menunggunya menjawab.
"iya, aku ingat." Winter pun berusaha jujur.
"good, berarti kita udah jadian ya."
"hah? gimana maksudnya kak??"
"kita udah jadian."
"kakak tau kan kemaren aku masih gak sadar?"
"tau. tapi tetep aja, kita udah jadian." Karina kekeh.
Winter pun bingung harus merespon apa.
"dan alasan kita harus jadian?"
"emang harus ada alasan?"
Winter bener2 gak percaya jawaban orang ini, namun dia masih tetap berusaha sopan, bagaimanapun dia adalah seniornya. dan dia juga cantik hehe.
"bukannya kalo dua orang pacaran, alasan mereka bersama karena saling suka ya?"
"aku suka sama kamu."
BOOM! Karina ngedrop bomb gitu aja, dengan mudahnya.
"rasa suka kakak kayak gimana?"
"emang rasa suka ada jenis2nya? intinya aku suka sama kamu, udah gitu aja."
"..jujur aku bingung kak, gak tau harus bilang apa."
"kamu benci sama aku?"
"enggak donk kak!"
"ya udah, berarti kamu suka sama aku."
Winter bener2 gak paham, apa sih maksud orang ini, konklusinya 'gak benci = suka/suka = gak benci' like what???
"gak usah stres mikirin, jidat kamu mengkerut tuh." Karina dengan santainya, tanpa beban, mengelus dahi Winter. Yang dielus, refleks sedikit mundur.
"mana ponsel kamu?"
Winter yang merasa seperti puppet yang digerakkan oleh sang puppeteer atau puppet master alias Yu Karina, dengan polosnya mengeluarkan ponsel dari kantong hoodie yang dia pakai dan memberikannya ke tangan Karina yang terulur.
"passwordnya?" Winter pun mengambil lagi ponselnya dan mengetikkan passwordnya dengan pikiran masih melayang2.
Karina membuka sebuah aplikasi dan seperti mengetikkan sesuatu di ponsel Winter, lalu terdengar suara ringtone dari kantong celana jeans Karina.
"ini nomor telepon aku."
Karina mengembalikan ponsel Winter dan merogoh kantong celananya untuk mengambil benda yang Winter tebak adalah ponselnya. Winter sekilas melihat ke layar ponselnya sendiri.
'Kak Karina (pacar💙)'
Karina mengetikkan sesuatu di ponselnya dan menunjukkan layarnya pada Winter.
'Winter (pacar⭐)'
"nomor telepon kamu udah aku simpan, nanti kalo udah sampe rumah, kabarin aku." Winter hanya mengangguk, kalian lupa? dia kan hanya puppet.
"Jimin-ah, persiapan dah kelar, busnya udah mau berangkat." seseorang memanggil nama asing ke arah mereka, namun Karina yang menjawab.
"ok, Gi, aku antar ke bus ya." katanya pada Winter, yang hanya dibalas anggukan oleh si puppet.
Sepanjang perjalanan, teman2nya bernyanyi sambil berjoget sedikit, berbanding terbalik dengan Winter yang hanya merenung, pikirannya melayang memikirkan dan memperoses apa yang terjadi tadi. Sungguh sangat lemot.
----skip----
Sampai di kamarnya, berbaring, Winter mengambil ponsel dan mengirim pesan kepada Karina.
me:
"aku baru sampai rumah kak."Kak Karina (pacar💙)
"good, kamu istirahat ya, aku masih di kampus."Winter sejenak berbaring sambil menatap langit2 kamar, kesadarannya pun terkumpul.
'what just happened??'
TBC
