"gak usah nervous gitu."
"...kayaknya kakak yang nervous deh."
Winter gak bohong, dia gugup, tapi Karina yang sedang menyetir terlihat lebih gugup.
"mereka kan orang tua kakak, kok kakak yang lebih nervous."
"enggak kok."
"bohong."
"gak bohong, aku gini karna kamu cantik."
"bisa aja ngelesnya."
Mereka kemudian sampai di depan kediaman Karina. Perumahan elit yang hanya ditempati orang2 yang sangat kaya di kota. Winter sekilas dapat melihat bangunan besar dari luar gerbang dan struktur seperti patung besar.
Gerbang besar nan mewah itu perlahan terbuka secara otomatis dan mobil perlahan masuk ke dalam, menampilkan water fountain kecil di tengah halaman. Winter membuka jendelanya, melihat ke arah kanan, tepatnya ke water fountain yang di sekelilingnya ada perempatan jalan kecil dan tempat duduk seperti di taman.
Jalannya berbentuk 'U' terbalik, gerbang 1 terletak di kiri sebagai pintu masuk dan gerbang 2 terletak di kanan sebagai pintu keluar, ditengah2nya terdapat rerumputan dan water fountain yang membuatnya seperti taman.
Lebih dalam lagi masuk, di belakang water fountain kecil itu terdapat water fountain yang jauh lebih besar, diatasnya terdapat patung yang Winter lihat dari luar, seperti 2 malaikat kecil yang satunya memegang guci, seperti menumpahkan air ke kolam dibawahnya.
Walaupun Winter berasal dari keluarga yang bisa dibilang cukup kaya, ayahnya seorang manajer di sebuah perusahaan besar, dan ibunya adalah dokter hewan, namun baru pertama kali di benar2 berada di rumah chaebol (orang kaya dari turun temurun).
Winter bahkan tidak tahu kalo keluarga Karina sekaya ini. Winter memang sadar Karina pasti berasal dari keluarga yang tidak main2 melihat dari mobil dan pakaian yang biasa dia gunakan. Tapi chaebol? gak pernah di mimpinya pacaran atau bahkan hampir bertunangan dengan mereka.
"gimana? sekarang dah benar2 yakin mau mau samaku kan? nikah langsung juga boleh kok."
Mereka ternyata sudah sampai di depan pintu "rumah" yang lebih terlihat seperti pintu istana.
"hmm lumayan~" wajah Winter sok jual mahal.
"kalo aku tau kamu bakal setertarik ini sama rumahku, aku harusnya nunjukin lebih awal, pasti kamu langsung bilang 'ya, kak! kita nikah besok aja.' ah sayang sekali, Yu Jimin." Karina pura2 memijit dahinya.
"apa sih kak." mereka pun tertawa dan keluar dari mobil.
Karina lalu memberi kunci mobilnya kepada seorang pria yang menunggu di depan.
"ayo masuk."
Winter menghela nafas menetralkan detak jantungnya. Mempersiapkan diri, tidak ingin terlihat 'kampungan' seperti tadi saat masuk. Sebagian juga karena dia masih gugup karena akan bertemu keluarga dari sang kekasih.
Karina yang memegang tangannya pun terlihat masih gugup karena tangannya sedikit berkeringat, tapi wajahnya seperti dipaksakan untuk tegas.
Winter menyadari hal ini sedikit dari Karina, di luar dia terlihat dingin, kaku, tegas dan anggun, seperti orang yang susah didekati, tapi di satu sisi, Karina itu friendly dan iseng, ini sifat Karina yang dikenal oleh orang2 terdekatnya.
Namun ada sisi yang Winter sadari, dibalik sifat2 diatas, Karina juga seperti orang yang rapuh dan memiliki banyak kekhawatiran, dia menyembunyikan kelemahannya dengan poker facenya. Mereka memang belum kenal lama, tapi dari setiap pertemuan, Winter sering mengobservasi hal2 kecil yang dilakukan Karina.
"udah pulang dek?" seorang wanita cantik turun dari tangga dan berjalan ke arah mereka.
"iya kak, kak Jisoo dah lama pulang?"
"baru pulang juga kok, papa bilang kamu mau ngenalin seseorang?"
"iya kak, ini Winter."
"halo, aku Yu Jisoo." mereka sedikit membungkuk sambil berjabat tangan.
'cantik juga, gen keluarganya gila sih.' batin Winter, menatap Jisoo dengan kagum.
"nona Jisoo, nona Jimin, tuan dan nyonya sudah menunggu di ruang makan." kata seorang wanita tua dengan pakaian maid yang menghampiri mereka.
"ok, bibi Joo."
"ayo Winter." Jisoo merangkul Winter, Karina mengekor di belakang mereka.
Ruang makannya tentunya seperti yang Winter lihat di drama, tentang para chaebol, sangat mewah.
Terdapat beberapa lukisan yang menghiasi ruangan dengan ornamen2 dan struktur yang memberikan kesan mewah, meja makan panjang yang dikelilingi banyak kursi (Winter tidak bisa menghitung berapa banyak karena gugup). Lalu seperti tipikal ruang makan orang kaya, Chandelier besar menggantung di atas meja makan.
"selamat malam, pa, ma." Melihat Jisoo dan Karina membungkuk ke arah dua orang yang sedang duduk di meja makan, Winter pun ikutan membungkuk.
'mereka seformal ini?' batinnya.
Seorang pria dan wanita yang sudah tidak muda, namun masih terlihat menawan menatap ke arah mereka dan mempersilahkan mereka duduk. Sang pria duduk di kursi paling ujung (khas kepala keluarga) dan sang wanita duduk di sebelahnya.
Mereka semua lalu duduk.
"ma, pa, ini Winter, Kim Minjeong, yang ingin aku kenalkan."
"halo Winter. Jimin, kita bicara nanti, untuk sekarang kita makan dulu." kata papanya.
"ayo nak Winter, dinikmati makanannya."
"baik hm tante."
Winter pun menyelesaikan makan malamnya dengan susah payah. Sungguh keluarga itu tidak berbicara satu katapun selama makan malam. Hanya terdengar suara alat makan yang beradu dengan piring kaca. Kaku sekali.
Setelah makan malam, mereka berlina pindah ke ruang tengah untuk berbicara.
"jadi gini, pa, ma, seperti yang aku udah katakan sebelumnya..." Karina mulai berbicara.
Orang tuanya dan Jisoo menatap Karina, menunggunya melanjutkan kalimatnya. Winter terlihat gugup disebelahnya.
"...aku ingin bertunangan, dan orang itu adalah Winter." tatapnya tegas sambil memegang tangan Winter.
Tangan Karina berkeringat, Winter merasakannya. Ingin rasanya Winter memberinya kekuatan, maka dia meremas sedikit tangan Karina.
"Jimin, kamu tau kan apa tanggung jawab yang harus kamu ambil jika kamu ingin melakukan ini?" setelah lama terdiam, akhirnya papanya Jimin berbicara.
Winter tidak mengerti 'tanggung jawab' yang dimaksud.
"iya, pa, Jimin akan melakukannya."
"baik kalo itu yang kamu mau, papa gak bisa ngelarang, untuk pertemuan dengan keluarga nak Winter, kabarin papa sama mama aja."
"baik pa, terima kasih."
"selamat datang ke keluarga Yu, Winter." mamanya Karina tersenyum ke arah Winter.
"i.. iya tante, terima kasih." Winter balas tersenyum, lalu menoleh ke Karina.
"selamat ya, Winter." senyum kak Jisoo dan mendapat balasan yang sama dari Winter.
Winter menoleh ke Karina dan mengerutkan dahi melihat raut wajah Karina yang sangat serius.
TBC