Setelah tangisan mereka mereda dan mereka telah menenangkan diri masing2, mereka pun terdiam sesaat sambil menatap film baru yang terputar dengan sendirinya di TV.
Winter akhirnya membuka suara lagi.
"kak, ada hal lain yang ingin aku bicarakan."
"hmm?"
"Ryujin.."
Winter menoleh ke Karina untuk melihat reaksinya, tapi wanita itu hanya memasang poker face.
"ada rumor yang beredar di kampus tentangnya.."
"rumor apa?" Karina menoleh ke Winter untuk sesaat.
"..dan kakak."
"oh." Karina kembali mengalihkan pandangannya ke TV.
"apa rumor itu.."
"benar." Winter yang melihat kebawah sekilas, langsung menatap Karina dengan tatapan terkejut.
"begitu ya."
Tidak ada pembicaraan lagi, Winter kembali menatap TV dengan tatapan kosong.
Karina menoleh ke dia.
"tapi ku rasa, yang terpenting adalah masa sekarang, bukan? bagaimanapun masa sekarang lebih penting."
Winter menoleh.
"berbicaralah padanya, tanyakan apa yang ingin kamu tanya."
"..."
"itu kalo kamu merasa dia teman yang berharga, bukankah begitu?" Karina tersenyum menatap Winter.
****
Ryujin yang mengendarai sepeda motor akhirnya memberhentikan motornya di depan rumahnya.
Hendak membuka pagar, seseorang memanggilnya dari belakang.
"Shin Ryujin."
"Winter?"
"...bisa bicara bentar?"
"o..ok."
"hmm.." mereka terdiam kaku.
"gue naruh motor dulu di garasi, kita ngobrol di kedai disana aja." tunjuk Ryujin pada salah satu kedai yang tak jauh dari tempat mereka.
Setelah duduk di kedai, kedua manusia introvert ini hanya terdiam dan menatap hal-hal lain selain satu sama lain.
"nak Ryujin dan teman mau pesan apa?"
"kopinya satu, bi."
"saya juga sama."
Setelah bibi pemilik kedai pergi untuk membuat pesanan mereka, mereka kembali terdiam hingga bibi kembali dengan pesanan mereka.
"ini pesanannya, nak."
"terima kasih, bi." saut keduanya, bibi itu puj berlalu.
"umm Win?"
"Jin."
Kata mereka berbarengan.
"hahaha apaan sih."
"kita kaku banget ya."
Mereka menertawakan kekakuan mereka sebentar.
"gue mau nanya." kata Winter.
"soal kak Karina kan?"
"iya."
"semua rumor itu benar.."
"ok.. apa lu masih sayang sama dia?"
"..masih." Winter menoleh padanya.
"i see.. jadi itu alasan lu ngehindar dari kita? lu gak mau ngerasa sakit karena--"
"bukan, maybe itu juga sedikit, tapi alasan utama gue karena gue juga sayang sama lu sebagai temen gue, gue ngerasa bersalah setiap deket sama lu, karena gue suka sama pacar lu."
"Jin..."
"kak Karina juga dah memperingati gue..."
flashback
"kenapa? Shin Ryujin.."
"gue mau ngomong, kak."
"..apa?" balasnya dengan wajah datar.
"gue masih sayang sama lu."
"lu dah tau kan gue dah sama Winter."
"iya, Winter itu temen gue, tapi gue gak bisa nahan perasaan gue ke lu."
"..Shin Ryujin, kalo lu nyakitin Winter, gue gak akan segan2 ngelakuin hal yang gak bisa lu bayangkan."
Karina berjalan, hendak melewati Ryujin, tapi dia berhenti sesaat di sebelahnya.
"mending lu benahi perasaan lu, inget, Winter sayang sama lu sebagai temannya."
Lalu Karina pergi meninggalkan Ryujin yang terpaku terdiam disana.
flashback end
Winter mendengarkan tanpa memotong, tapi tak dipungkiri, hatinya merasa sakit.
Di satu sisi dia sedikit marah pada Ryujin karena dia sudah berani menyatakan perasaannya (untuk yang kesekian kalinya) pada kekasihnya, dimana Ryujin juga adalah teman dekatnya.
Di sisi lain dia juga merasa kasian, dia tau tidak semudah itu mengubah perasaan pada seseorang, bahkan Ryujin sudah menyukai Karina selama 3 tahun lebih!
"Jin, gue kesel sama lu.."
Ryujin menatap Winter.
"tapi walaupun kita baru berteman sebentar, gue udah nganggep lu sebagai orang yang penting bagi gue, lu dah sering banget nolongin gue."
Mata Ryujin berkaca2 mendengarkannya.
"tapi maaf, gue gak bisa ngelepasin kak Karina buat lu atau siapapun, gue sayang banget sama dia, please lu relain dia ya." lanjut Winter dengan mata berkaca2 juga.
"maaf.. gue minta maaf, Win, gue jahat banget sama lu."
Mereka lalu menangis dengan ditemani rintik2 hujan yang semakin deras.
****
Sejam telah berlalu, tapi hujan masih dengan derasnya turun.
Winter sendirian menunggu Karina untuk menjemputnya di kedai itu. Ryujin sudah pulang.
"untuk saat ini, gue mau benahin perasaan gue dulu, gue gak mau temenan sama lu dengan perasaan bersalah di hati gue, tapi tenang aja, gue gak akan semenghindar kemaren kok." katanya sebelum mereka berpisah.
Lonceng di pintu kedai berbunyi, menandakan seseorang masuk. Winter pun menoleh.
"ayo pulang." kata Karina, dengan senyuman di wajahnya.
Winter pun membalasnya dengan senyuman yang sama.
TBC