20

1.4K 170 9
                                    

Di pagi yang indah di perkemahan itu, burung2 berkicauan, bunga2 bermekaran, rumput melambai-lam-- ok tidak penting.

Karina yang memang seorang yang morning person sudah terbangun dari tidurnya, dia terbengong menatap langit2 tenda sambil mengumpulkan nyawanya. Menoleh ke sebelahnya, sekejap dia tersenyum melihat Winter yang tidur seperti bayi.

'sayangku.' batinnya.

Dia perlahan terduduk lalu membetulkan selimut yang digunakan Winter. Si bayi sedikit bergerak namun tidak terbangun. Kemudian dia mengambil jaketnya dan mengecup kepala kekasihnya.

Bangkit dan keluar tenda, dia melakukan peregangan sambil melihat sekitar, nampaknya anak2 yg lain belum pada bangun. Melompat2 sedikit, dia lalu menyelesaikan exercisenya dan berjalan ke arah sungai.

Sungainya tidak jauh, namun tidak terlihat dari tendanya. Melihat seorang pria tua sedang memancing, jiwa extrovert petualangnya keluar.

"pagi, paman."

"pagi, wah anak muda sepagi ini sudah bangun?"

"hehe, saya sudah biasa bangun pagi paman, paman memancing, alatnya bawa sendiri?"

"saya menyewa disana." Karina melihat booth yang ditunjuk.

"nona ingin memancing juga?"

"iya, paman, saya sewa dulu ya." Karina bangkit dan menyewa alat pancing juga.

"paman saya belum pernah memancing, ini harus gimana ya."

"aigoo~ sini saya ajarkan."

Karina mendapat pelajaran memancing sekitar 20 menit dari pria tua itu, karenanya, Karina sudah mendapat satu ekor ikan yang cukup besar. Dia tentunya sangat bahagia dan bertekad untuk mendapat ikan lagi.

"aigoo~ nona, jangan terlalu bersemangat, santai saja hahaha."

"paman, tolong jangan berisik, ikannya nanti gak jadi gigit." bisiknya dengan wajah serius tanpa memalingkan wajahnya dari arah kail pancingnya tercelup.

"baik~" kata pria itu dengan berbisik juga, tersenyum karena kegigihan anak muda di sampingnya.

"kak Jimin?" suara Winter mengaggetkannya sedikit.

"Kim Minjeongie, aku lagi mancing, jangan berisik, nanti ikannya kabur." bisik Karina dengan menoleh ke Winter lalu kembali melihat pekerjaannya.

Winter mendekat lalu terjongkok disebelah Karina yang duduk di kursi kecil. Winter melihat pancingan Karina lalu melihat ke sungai.

"emang disini ada ikannya kak?" tanyanya dengan suara kecil.

"ada kok, itu aku dapat."

"mana?"

"di ember di sebelahku."

Winter yang berada di kiri Karina melihat ke kanan Karina, ada 2 ember disitu. Winter berjalan dengan tetap jongkok kearah ember itu.

"wah banyak banget kak! satu, dua, tiga.. enam!" takjub Winter.

Karina menoleh sebentar.

"bukan yg itu, itu punya paman itu, punyaku yg ikannya cuma satu."

"ah~ yg ini, lumayan~" angguk Winter melihat ikan yang cukup besar itu.

"tapi paman bisa dapat segini banyak, keren." puji Winter

"saya sudah sering memancing, nona, jadi wajar saja hahaha."

"paman, umpanku belum dimakan, lama sekali ya."

"makanya, kunci dari memancing adalah kesabaran hahaha."

"oh ya kak, aku kesini tadi mau cari kakak buat makan pagi, Minju udah bangun trus jadi gila, biasa, kalau kelaparan, anaknya suka gitu."

"ya~~ tapi aku baru dapat satu ikan." sedih Karina meratapi kailnya yang tercelup.

"nona, ambil saja setengah ikan yang ada di ember saya."

"paman sudah capek memancing, masa kami ngambil gitu aja."

"gak apa2 nona, saya juga kesini sendirian, tidak mungkin bisa saya makan semuanya, saya cuma suka memancingnya."

"ah baiklah paman, terima kasih banyak."

Setelah mendapat bansos dari paman itu, mereka menitipkan alat pancing yang disewa Karina tadi dengan pesan dia akan kembali lagi nanti untuk memancing lagi, lalu pasangan itu kembali ke daerah tenda mereka.

Ryujin dibantu Ningning dan Giselle sedang menyiapkan makan pagi mereka. Ryujin surprisingly ternyata jago memasak, langsung saja dia ditunjuk jadi koki. Sedangkan Minju sedang terduduk di depan tendanya sambil menggumamkan "lapar" dengan menatap kosong ke tanah.

"lama woi, dari mana aja." sapa Giselle.

"ini kak Karina mancing ikan."

"wah banyak banget! kak Rina mancing semuanya?!" kaget Ningning melihat isi ember. Ada 4 ikan berukuran cukup besar, berukuran seperti gurame.

"bukan, punyaku cuma satu, tiga lainnya diberikan paman yang mancing bersamaku."

"ah Yu Jimin~ kecewa gue~ lu nyolong ternyata." kata Giselle sahabat Yu Jimin.

"nyolong apaan! kan dah dibilang diberikan sama paman, diberikan ya bukan nyolong."

"ya ya~ Ryujin ini ikannya enakan di bakar atau goreng?"

"Bakar aja kak, ada grill juga kan disitu." tunjuk Ryujin pada grill, lalu fokus pada masakannya.

Mereka pun makan dengan senang pagi itu, apalagi karena dapat ikan segar. Mereka kembali bermain game untuk menentukan siapa yang mencuci peralatan. Karina yang kalah hanya bisa pasrah dan mengumpulkan semua peralatan termasuk alat memasak ke sebuah baskom.

"kakak pergi bentar ya." elus Karina pada kepala Winter sebelum mengangkat baskomnya.

"kak." panggil seseorang di belakangnya setelah dia selesai mencuci.

"kenapa? Shin Ryujin.."

TBC

A/N:
author sbnrnya lebih nyaman pake "aku-kamu" dari pada "gue-lu" kalo di story sih, lebih nyaman pake bahasa baku juga, tp di cerita ini mau coba2 aja kalo gak baku2 amat gimana, ternyata jadi agak kaku, kalo menurut kalian gimana?

Another Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang