12.Trauma masa lalu

62.5K 3.5K 62
                                    

"Seharusnya rumah tempat yang menerima mu saat kalah diluar. Bukan yang membuatmu kalah dua kali"

[Heppy Reading♡]

****
Warningggg⚠

Seorang gadis cantik berjalan memasuki kamar dengan membawa segelas susu hangat untuk kaka tersayangnya.

"Ka Bulan, ini aku bawakan susu hangat untuk ka--"

Ucapannya terhenti ketika susu hangatnya tumpah mengenai Buku dan tangan Bulan.

Bulan meringis merasakan panas bercampur perih yang terdapat di tangannya. "Aduh.. Panas. Sebenarnya lo niat gak sih bawain gue susu? Atau elo mau bunuh gue?" Bulan menatap tajam Senja.

"Ka, maaf aku gak sengaja." lirih Senja, gadis itu menunduk takut.

"Papah?! Papah tolong Bulan!! Pah?! Papah tangan Bulan sakit!!" teriak Bulan.

Tidak lama sepasang pria dan wanita datang memasuki kamar Bulan, itu adalah Daniel dan Sasa.

"Bulan, kamu kenapa sayang?" tanya Daniel, terlihat raut khawatir di wajahnya.

Bulan menangis, "Senja pah, Senja sengaja siram tangan Bulan! Sakit pah... Rasanya perih!"

Senja mengeleng, "Enggak pah, Senja gak sengaja--"

Ucapan Senja terhenti ketika merasakan pipinya yang memanas dan terasa perih. Daniel tega menampar putri kecilnya yang sekarang sudah berumur 15 tahun.

"Sebenarnya mau kamu apa, sih? Mengapa kamu tidak henti-hentinya menyusahkan saya? Dasar benalu!" maki Daniel.

Senja menatap Daniel nanar, mengapa sekarang papahnya berubah?

"Maaf pah," hanya itu yang bisa Senja katakan.

Gadis itu meremas baju kaosnya, ia tidak berani menatap sang papah. Senja sontak terkejut dan meringis ketika Daniel menariknya kasar.

Daniel menghempaskan cekalannya, ia mendorong tubuh sang putri sehingga punggungnya menabrak tumpukan kayu yang dipenuhi paku.

Sakit, itulah yang Senja rasakan, gadis itu menahan mati-matian rasa sakitnya ketika merasakan punggungnya yang tertancap sesuatu.

Senja tidak mengadu, apalagi menjerit sakit seperti Bulan. Karena Senja tahu, jika ia meringis atau berkata 'sakit' pasti akan membuat Daniel semakin murka.

Daniel mengambil sebuah cambukan panjang, sorot matanya tajam. Ditempat Senja terus menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau di cambuk, rasanya sakit.

"Dasar anak sialan! Kamu hanya bisa menyusahkan saya saja! Lebih baik kamu mati! Untuk apa kamu hidup?" maki Daniel, tangannya sudah mengarahkan cambukan itu ke badan Senja.

Senja menjerit, "papah sakit.."

"Saya tidak peduli! Seharusnya memang dari awal Tuhan tidak melahirkan kamu!" balas Daniel.

Lagi-lagi cambukan itu terus mengenai kulitnya, sekarang kulitnya menjadi memar, apalagi darah yang tak henti-hentinya keluar dari punggungnya.

"Enggak papah! Ampun, sakit! Senja minta maaf!" gadis itu terus memohon, suaranya lirih.

"Saya tidak peduli! Kamu memang pantas untuk mendapatkan ini Senja! Dasar anak tidak berguna!"

Lagi, lagi, dan lagi. Cambukan itu terus menganai tubuhnya, rasanya senja tidak kuat. Ingin dia mengadu, tapi kepada siapa?

LANGIT SENJA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang