23. Bulan berulah

53.5K 3.3K 330
                                    

'Ada saatnya keadaanlah yang akan menjawab semua jenis pertanyaan yang bahkan belum dipertanyakan'
_____________________

[Heppy Reading♡]

****
Warningggg⚠


Jam sudah menunjukan pukul dua malam. Senja terbangun dari pingsannya, tubuhnya mengigil, kepalanya pening, suhu badannya panas.

"Enggak, Senja! Kamu bisa, kamu harus berjuang demi anak kamu!" Ucap Senja parau. Wanita itu melangkahkan kakinya keluar toilet kamar. Untungnya kamar mandi tidak Langit kunci.

Senja berjalan menuju lemari, mengambil baju ganti untuk menganti pakaiannya. Setelah selesai, mata Senja menyapu sekeliling kamarnya, mencari keberadaan Langit.

"Langit kemana?" Tanyanya heran. "Apa aku coba cari diluar, ya?" Ucap Senja lagi. Wanita itu tampak berpikir sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya keluar kamar.

Senja menghentikan langkahnya di depan kamar yang letaknya bersebelahan dengan kamar Ningsih dan Wijaya.

Mata Senja memanas, dadanya terasa sesak, tangannya terangkat untuk menutup mulutnya, Senja benar-benar tidak percaya dengan yang ia lihat.

Dikamar yang pintunya sedikit terbuka itu terlihat Langit dan Bulan yang tengah bercumbu mesra. Air matanya jatuh tanpa disuruh, rasanya begitu sakit.

Sedangkan didalam, langit semakin gencar menciumi bibir Bulan. Cukup puas dengan bibir gadis itu, kini ciuman Langit turun pada leher putih Bulan.

Manik mata Langit tidak sengaja menangkap sosok kehadiran Senja, dengan cepat ia melepaskan ciumannya.

Bulan mengernyit bingung. "Kenapa? Kok berhenti?"

"Sekarang kamu tidur, ya. Besok kita berangkat bareng!" Jawab Langit.

"Tapi--"

"Sayang, nurut, ya."

Bulan menghembuskan nafasnya kasar, kemudian mengangguk.

Segera Langit pergi untuk menyusul Senja yang lebih dulu pergi. Sebelum itu, Langit lebih dulu mengunci pintu kamar kekasihnya.

***

"Kenapa belum tidur? Ada yang kamu pikirin, seperinya gelisah banget?" Wisnu, ayah sambung Bayu memasuki kamar putra sambungnya.

"Ayah?"

"Ada apa?"

"Enggak, aku cuma--"

"Jangan bohong, Ayah tau gimana sikap putra Ayah." Ucap Wisnu, jari jemarinya mengelus pelan kepala Bayu.

"Ayah kenapa sayang banget sama Bayu, padahal Bayu bukan putra kandung Ayah?" Tanya Bayu.

Wisnu tersenyum. "Walaupun Bayu bukan darah-daging Ayah, tapi Ayah udah menganggap Bayu sebagai putra kandung Ayah. Kamu sama Alsa itu anak Ayah, putra kebanggan Ayah."

"Makasih, Ayah. Makasih untuk kasih sayang yang Ayah berikan untuk Bayu, Ayah begitu baik, padahal Ayah kandung Bayu gak pernah mengharapkan kehadiran Bayu!" Ujar Bayu parau. Mengigat semua itu, rasanya amat menyakitkan.

"Kamu, Alsa, sama Bunda adalah sumber kebahagiaan Ayah. Kalian adalah harta yang paling berharga bagi Ayah! Perlu kamu tahu, Ayah bangga memiliki putra seperti kamu! Satu pesan Ayah, tetap jaga dan junjung tinggi drajat perempuan." Ucap Wisnu.

"Perempuan itu adalah ratu. Ratu yang wajib kita lindungi, sebagai laki-laki kita harus bisa menjaga perempuan, jangan pernah menyakiti perempuan!" Imbuh Wisnu.

LANGIT SENJA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang