18. Cemburu?

64.3K 3.7K 297
                                    

'Tawa gembira yang orang lain lihat, hanya pengalihan dari kekejaman masalah yang dirasakan'
_____________________

[Heppy Reading♡]

****
Warningggg⚠

Sebuah mobil berwarna merah berhenti disamping Senja yang sedang berlari ketakutan. Tercetak jelas dari raut wajah gadis itu, bahwa dia sedang ketakutan. Pandangannya terus menatap kesekitar, seolah-olah sedang waspada kepada seseorang.

Seorang wanita paruh baya turun dari mobil dengan memakai payung yang melindungi tubuhnya dari derasnya air hujan. "Senja?!"

Senja menoleh kearah sumber suara yang memangil dirinya. "Tante Karina?"

"Kamu kenapa, sayang? Kenapa hujan-hujanan?" Tanya Karina, tangannya terulur mengusap bahu Senja lembut.

"Senja takut, tante. Senja mohon, tolong Senja!" Pinta Senja memohon. Gadis itu menyatukan kedua tangannya didepan dada.

"Yasudah, ayo masuk kedalem mobil." Ucap Karina. Wanita setengah tua itu menuntun Senja untuk memasuki mobil.

Mobil berwarna merah memasuki perkarangan rumah keluarga Albahri. Karina turun dari dalam mobil, menuntun gadis itu untuk memasuki rumah bersama.

"Bunda, martabak coklat kesukaan Alsa mana?!" Bocah laki-laki berumur 5 tahun berlari menuruni tangga. Suaranya cemprengnya sungguh sangat mengemaskan bagi siapa saja yang mendengar.

Kirana tersenyum mendengarnya. Ia mengulurkan tangannya yang memegang kantung kresek berisi martabak kesukaan putra bungsunya. "Ini martabak kesukaan, Alsa."

Alsa dengan antusias menerima martabak coklat kesukaannya. Netra mata coklat terangnya beralih menatap Senja. "Kak Senja?!" Pekik Alsa girang.

Senja tersenyum, tangannya yang basah mengusap kepala bocah laki-laki itu. "Alsa apa kabar?"

"Alsa baik. Kak Senja kenapa basah-basahan?" Tanya Alsa. Bocah itu menatap Senja bingung.

"Woy, bocah tengil, lo apaain kamar gue?!" Teriak Bayu. Suara besarnya menggema diseluruh ruangan. Serta suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai terdengar begitu nyaring.

"Bunda..." Cicit Alsa, bocah itu berlindung dibalik punggung Karina.

"Bayu, ada apa sih? Kenapa teriak-teriak?" Tanya Karina, ia menatap kedua putranya lelah. Setiap hari selalu seperti ini, tidak pernah akur.

"Bunda...kamar Bayu berantakan. Pasti ini ulah Alsa!" Kesal Bayu.

"Bukan Alsa Bunda, tapi Coco!" Ucap Alsa mencoba membela dirinya sendiri.

"Gak usah ngadi-ngadi lu, cil! Anak kucing mana mungkin bisa ngacakin kamar gue!" Pungkas Senja.

"Alsa nggak bohong, Abang. Tadi Coco gak mau di mandiin, terus dia lari ke kamar abang. Alsa terus kerjar dia, tapi dia larinya cepet banget. Jadinya Alsa lemparin semua barang-barang yang ada di kamar Bang Bayu ke Coco--"

"Bodoamat! Pokonya beresin kamar gue sekarang juga!" Sela Bayu.

"Nggak mau! Itu kan kamar Abang, kenapa Alsa yang harus beresin?!" Tolak Alsa tak terima.

"Jadi lo gak mau?" Tanya Bayu yang dibalas gelenggan oleh Alsa. "Okey, tapi jangan salahin gue kalau kucing kesayangan lo, gue jual!" Ancam Bayu. Senyum miring tercetak di wajahnya.

LANGIT SENJA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang