21. Iblis berwujud manusia.

55.9K 3.4K 491
                                    

'Ku kira, aku adalah pemeran utama perempuan dalam kisahmu. Tapi nyatanya, aku adalah pemeran figuran yang bahkan tak pernah kau tatap.'

_____________________

[Heppy Reading♡]

****
Warningggg⚠


"Lan, dengerin aku dulu!" Ucap Langit pria itu menahan tangan Bulan yang ingin pergi meninggalkannya.

Bulan menepis kasar tangan Langit. Wajahnya sudah berderai air mata. "Apa? Kamu mau jelasin apa lagi? Semuanya udah jelas! Kalau kamu emang gak mau gugurin anak itu, lebih baik kita putus!"

"Enggak! Sampai kapanpun aku gak mau putus sama kamu, aku cinta sama kamu!" Tolak Langit. Pria itu menatap kekasihnya dengan penuh permohonan.

"Buat apa kita jalanin hubungan ini kalau kamu aja udah nikah? Kamu mau jadiin aku orang ketiga?!" Ujar Bulan emosi.

"Lan, aku gak cinta sama dia! Aku cuma cinta sama kamu." Ujar Langit lembut.

"Basi! Kalo kamu memang cinta sama aku, kenapa kamu gak mau gugurin anak itu?!"

Langit terdiam. Satu alasan yang tidak bisa Langit beritahu, ia sudah menyayangi janin yang dikandung oleh Senja. Calon anaknya.

"Gak bisa jawab kan? Kalau gitu jangan temui aku sebelum kamu gugurin anak sialan itu!" Ujar Bulan. Gadis itu melenggang pergi meninggalkan Langit.

Langit mengacak-acak rambutnya gusar. "Bangsat, gue harus gimana?!" Tanyanya prustasi.

Disatu sisi ia tidak ingin putus dengan gadisnya, namun disisi lain ia tidak ingin kehilangan anaknya.

****

Bulan menarik kasar tangan Senja menuju toilet sekolah. Tangan Bulan terangkat menampar pipi Senja.

"Murahan! Gue mau, lo tinggalin Langit. Dia itu milik gue, dan akan selamanya menjadi milik gue!" Teriak Bulan. Nafasnya memburu.

"Kak, maaf, aku gak mungkin ninggalin suami aku! Anak aku kelak butuh sosok--"

"Gue bilang tinggalin dia, sialan! Lo tuli?!" Bentak Bulan. Gadis itu menendang kaki Senja hingga gadis itu jatuh tersungkur.

Senja meringis ketika merasakan nyeri bagian dengkul kakinya. Dengan susah payah Senja bangkit, namun Bulan langsung mendorongnya hingga kepala Senja terbentur ke wastafel kamar mandi.

Ia meringis, tangannya bergerak memegang dahinya yang terasa nyeri. Luka yang langit berikan digudang kemarin belum sembuh dan sekarang ditambah lagi.

"Kaka, cukup! Sakit kak.." mohon Senja.

"Kalau gitu, tinggalin pacar gue!" Bentak Bulan.

"Enggak! Sampai kapanpun aku gak bakal tinggalin dia! Anak aku butuh dia, kak. Anak aku--"

"Tinggalin dia atau lo bakal liat gue mati bunuh diri? Lo tau, gampang bagi gue buat ngelakuin apa aja." Gadis itu tersenyum miring.

"Kak, bulan gomong apa sih?"

"Lo sayang kan sama papah? Lo tau kan seberharganya apa, gue dimata papah? lo tega buat papah sedih karna gue bunuh diri?"

"Kak! Jangan gila!" Tegur Senja.

LANGIT SENJA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang