Bagian 01
Alaka mengaduk-ngaduk nasi goreng dengan perasaan dongkol. Rasa laparnya kandas sudah, sejak beberapa murid yang duduk tak jauh dari mejanya mulai membicarakan dirinya perihal kejadian memalukan di kelas tadi.
Awas saja cowok itu! Alaka pasti akan membalas perbuatannya.
"Udah sih Al, muka lo jangan ditekuk kek gitu. Udah jelek makin jelek aja." Citra yang notabene-nya teman terdekat Alaka itu, berujar dengan nada santai. Sontak saja Alaka langsung melempar pandangan menghunus.
"Udah, udah, lo kira segampang itu." Alaka bersungut tak terima.
"Ya terus, mau gimana lagi? emangnya kejadian tadi bisa di putar ulang? lagian elo juga bego sih. Udah tau roknya nempel malah pake segala nyerang Argan."
"Ya- mana gue ngeh Cit, orang udah kebawa emosi. Lagian tuh cowok setan banget sumpah! gak ada puas-puasnya apa dia ngerjain gue," ucap Alaka seraya menusuk-nusuk telur dadar di atas piring seolah telur dadar itu adalah wajah menyebalkan Argan.
"Lo juga kali, yang ngeladenin dia. Makannya tuh orang jadi suka ngusilin lo," timpal Citra sembari menyuapkan makanan ke dalam mulut.
"Terus gue harus diam aja gitu?" Alaka menyipitkan mata sinis.
"Lagian gue gak bakal ngeladenin dia, kalo tuh orang ngusilin gue masih dibatas wajar! lah ini? udah kelewatan batas Cit!" Emosi gadis itu kembali bergejolak, lalu tanpa sadar ia menyambar jus jeruk yang hendak Citra minum. Meneguknya rakus seolah air itu dapat meredakan rasa panas di kepalanya yang tengah mendidih.
Melihat hal tersebut Citra menggeleng takjub. Lalu beralih mengambil air mineral, menjenguknya pelan sebelum balik menatap Alaka.
"Omongan lo ada benernya. Tapi gimana ya, gue sendiri bingung mau kasih saran apaan?"
"Gue pindah sekolah kali ya?" Alaka berujar dengan nada frustasi. Dia benar-benar bingung untuk menemukan cara keluar dari situasi ini.
"Emang nyokap lo bakal mengebolehin?"
Alaka tersenyum kecut lantas menggeleng.
"Yaudah sih, sementara lo betah-betahin aja sekolah di sini. Lagipula nanggung Al sebentar lagi kita 'kan lulus."
"Iya juga." Alaka menghela napas. "Kalo bukan karena tuh cowok rese. Mana mungkin gue punya niatan buat pindah."
"Jadi sekarang gimana?"
"Gue gak tau." Alaka kembali menghela napas. Apa kali ini ia harus menyerah? Tapi- menyerah bukan sama sekali sifatnya. Terlebih jika ia menyerah begitu saja harga dirinya makin diinjak-injak. Jadi pilihan yang tepat harus membalasnya bukan?
"Cit menurut lo balesan apa yang cocok buat cowok rese itu?" Kini ekspresi wajah Alaka berubah serius.
Citra menghembuskan napas lelah, kemudian ditatap sang sahabat tak kalah serius. "Gue kasih tau ya Al, pokoknya jangan lo bales perbuatan dia apapun. Karena apa? karena percuma! gue yakin dia pasti bakal tetep ngerjain lo. Jadi mending lo diem aja biar dia capek sendiri. Oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAGAN || Musuh Tapi Dating
Teen FictionNiatnya, Alaka hanya ingin balas dendam, tapi justru dia yang terjebak masuk dalam kungkungan Argan. "Gue bakal kasih lo dua pilihan. Entah itu money or body." Dengan senyum miring, Argan menatap lekat Alaka. "Bentar---" "Oke, gue perjelas lagi." T...