Bagian 15
Alaka berjalan gusar kesana kemari, jemarinya ia gigit kuat. Alaka terlalu takut, sudah hampir 4 jam sejak Argan di larikan ke rumah sakit dan langsung di bawa ke ruang IGD. Cowok itu langsung menjalani operasi, karena kondisinya cukup parah, dia dipastikan mengalami patah tulang di beberapa bagian tubuhnya serta keretakan pada tulang tengkorak.
"Dia pasti, bakal baik-baik aja." Suara lembut Surya memasuki runggunya. Alaka sedikit mengerjap, menoleh pada lelaki itu.
"Sur, gue takut..." cicit Alaka gemetar. "Gimana kalo Argan gak selamat?"
"Sssttt." Surya menempelkan jemarinya di bibir gadis itu. Lalu memutar tubuh Alaka agar menghadapnya dan merengkuh sisi pundak gadis itu lembut. "Jangan berpikiran buruk dulu, kita berdoa ya semoga Argan selamat dan bakal baik baik aja."
Sebenarnya Surya sangat marah pada Alaka
ia bahkan ingin sekali memakinya dan menumpahkan segala emosi. Karena perbuatan bodoh gadis itu, Argan sampai celaka. Tapi Surya menahannya, kondisi Alaka tak stabil, dia terlihat sangat tertekan dan kacau."Duduk dulu Al, ayo."
Alaka mengangguk, ia mengikuti Surya untuk duduk di salah satu kursi tunggu. Tak berselang lama Ervan datang, wajah cowok itu terlihat memerah dengan rahang yang mengetat.
"Lo apain Argan anjing?!" kelakar Ervan yang langsung menghampiri Alaka dan mencengkram pundak gadis itu keras.
Emosinya sangat kentara, dengan napas memburu serta tatapan mata setajam elang. Alaka mendongak dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf..." cicit Alaka dengan suara parau. Jujur dia bener-bener sangat menyesali perbuatannya itu. Kalau tau akan seperti ini, demi tuhan Alaka tak akan mau melakukannya.
"Apa lo bilang maaf?" Ervan tertawa sinis. Kemudian ia mencengkram kerak seragam Alaka erat, hingga gadis itu merasa lehernya seperti tercekik. "Lo pikir kata maaf doang cukup?! Hah. Lo udah bikin sahabat gue celaka. Tolol."
"Van, lepasin Alaka. Dia cewek," tegur Surya yang kemudian berdiri, berusaha menjauhkan Ervan dari Alaka.
"Diem lo anjing! sahabat kita hampir mati gara gara dia." Ervan berkilat marah ke arah Surya. Lalu tatapan kembali mengarah tajam ke Alaka. "Kalo sampe Argan gak selamat, gue pastiin lo bakal ngedekem di jerusi besi." Ervan berdesis tajam, sekaligus menghempaskan cengkeramannya. Hingga tubuh ringkih Alaka terdorong keras membentur tembok.
Surya mengeram, tangannya terkepal. ia paling tak bisa melihat wanita di sakiti atau di perlakukan dengan kasar. Itu mengingatkannya pada sang ibu, dan Surya benci itu.
"Tahan emosi lo, gue juga sebenarnya marah Van. Tapi apa dengan berbuat kasar, dan menghakimi si pelaku, keadaan akan berbalik seperti semula? Enggak kan. Sekarang yang harusnya kita lakuin itu cuma berdoa, minta sama Tuhan agar Argan selamat. Itu yang penting!" Sebisa mungkin Surya memahan emosinya untuk tak menghajar Ervan. Dia tau tempat. "Satu lagi, jangan main kasar sama cewek. Inget lo lahir dari seorang perempuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAGAN || Musuh Tapi Dating
Roman pour AdolescentsNiatnya, Alaka hanya ingin balas dendam, tapi justru dia yang terjebak masuk dalam kungkungan Argan. "Gue bakal kasih lo dua pilihan. Entah itu money or body." Dengan senyum miring, Argan menatap lekat Alaka. "Bentar---" "Oke, gue perjelas lagi." T...