ALAGAN [20]

55.2K 2.5K 105
                                    

Di mohon buat Raders yang baca ulang jangan kasih spoiler ya 💖

Di mohon buat Raders yang baca ulang jangan kasih spoiler ya 💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 20

Alaka tersadar, membuang muka ke arah lain. Bersamaan dengan itu Argan menariknya, membetulkan posisi duduk Alaka seperti semula. Lalu melepaskan tangannya dari pinggang gadis itu dan memundurkan posisi tubuhnya sedikit menjauh.

"Ceroboh."

Argan berseru demikian, lalu mengambil alih bubur di tangan Alaka. Dan mulai memakan buburnya sendiri, menggunakan sendok bekas yang berada di mangkuk bubur Alaka.

Tak butuh waktu lama, bubur itu Argan habiskan. Selepas menegak segelas air putih, pandangan Argan kembali jatuh pada Alaka yang masih terdiam di posisinya.

"Ambilin tas sama tongkat gue di kamar. Oh, ya. Kunci mobil sekalian ada di nakas."

Tanpa banyak kata, Alaka segera bangkit dan berjalan menuju kamar cowok itu. Ia merasa aneh pada dirinya, tak mungkin bukan dia mulai menyukai Argan? tidak-tidak hal seperti itu jangan sampai terjadi. Mungkin tadi dia hanya terpesona sampai bisa terpaku, Argan memang tampan dan Alaka tak bisa menapiknya. Terpesona itu wajar bukan?

Sekadar mengagumi, bukan dalam arti suka. Ya itu benar! sekarang yang harus Alaka perkuat adalah berusaha agar tak terpesona lagi pada Argan. Tapi apa bisa?

Alaka terus bergelut dengan pikirannya, tanpa sadar sendari tadi dia hanya diam saja di depan pintu kamar cowok itu. Hingga seruan Argan kembali menyadarkannya.

"Ck, malah diem. Lo kesambet?"

"Eh, iya-iya." Alaka seperti orang linglung. Merasa heran sekaligus terkejut karena tau-tau Argan berada dibelakangnya.

Buru-buru Alaka memasuki kamar cowok itu dan mengambil barang-barang yang Argan pinta. Selepas menutup pintu kamar, Alaka segera menyerahkan tongkat itu pada Argan. Sementara tasnya ia sampirkan di bahu kanannya.

"Tas gue siniin."

Alaka menggeleng. "Biar gue yang bawa."

"Itu berat." Argan mendelik tak suka.

Alaka menghela napas. "Enggak, ini enteng. Udah ayo."

Argan ingin kembali protes, tapi genggaman tangan Alaka di lengannya membuat cowok itu mengatupkan mulutnya rapat. Desiran hangat itu membanjir hatinya, dengan menahan senyum cowok itu menurut.

Kedua sepasang remaja itu sama-sama berjalan turun menuju lantai bawah. Saat tiba di lobi, Alaka menyuruh Argan menunggu sementara dirinya berbelok menuju basement. Ia akan menjemput mobil Argan yang terpakir di sana.

ALAGAN || Musuh Tapi DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang