Bagian 25
Setiba di parkiran Argan langsung memberi kode Alaka agar segera masuk ke mobil. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Argan bergegas menghidupkan mesin mobilnya dan mengendarai mobil itu dengan kecepatan sedang. Selama di perjalanan kedua pasangan itu sama-sama diam. Bukan karena Alaka tak ingin membuka suara, hanya saja melihat bagaimana ekspresi wajah Argan yang nampak begitu menahan emosi itu membuat Alaka memilih bungkam.
Jujur Alaka penasaran, ingin tau ada hal apa yang terjadi? karena cowok itu mendadak menjadi pendiam. Cuma Alaka terlalu sungkan untuk bertanya, ia lebih suka jika Argan lah yang memberi tahunya sendiri. Sebab menurut Alaka ada sebagian orang yang membenci masalah privasinya di usik.
"Mau makan apa?"
Setelah terjadinya keheningan cukup lama, akhirnya Argan buka suara. Jujur mood Argan kurang bagus, perkataan Papanya itu masih terngiang-iang di kepalanya dan Argan sedikit kesal dengan hal itu. Ini bukan perkara Argan takut hidup susah, bahkan tanpa fasilitas mewah yang di berikan Papanya itu pun, Argan sanggup menghidupi dirinya. Karena Argan bukan tipikal orang yang hidup boros atau sering menghaburkan-haburkan uang. ia menggunakan uang hanya sedakar dan seperlunya saja. Bahkan hasil uang dari setiap bertarungnya pun selalu Argan tabungkan.
Hanya satu yang membuat Argan penasaran, benarkah Papanya itu menjodohkan dirinya hanya demi keuntungan bisnis? atau ada alasan lain dibaliknya?
Alaka melirik Argan sekilas. "Mcd aja."
Jawaban Alaka membuat Argan tersenyum simpul, moodnya boleh buruk tapi mendiamkan Alaka bukan hal bagus. Karena itu pasti akan meninggalkan tanda tanya dibenak Alaka dan Argan tak ingin membebaninya. Biarlah cukup Argan yang menanggungnya seorang diri. Jangan sampai Alaka mengetahui masalah perjodohan ini.
"Al..."
"Hmm?"
"Lo bukan cewek ya? atau jangan-jangan lo cewek jadi-jadian?"
Alaka mengeryit. "Hah---maksud lo?"
"Ya kan, biasanya cewek kalo ditanya mau makan apa jawabnya terserah," celetuk Argan santai. Sudut bibirnya sedikit berkedut seolah mengejek Alaka.
Alaka mendengus. "Garing bos!"
"Emang ya?" tanya Argan polos.
Alaka mendelik sinis. "Menurut lo, lucu?"
"Enggak sih."
"Dih, dasar gak jelas!" decak Alaka dengan tangan dilipat ke depan dada.
"Biarin weh." Tangan Argan terulur dan mengacak gemas puncak kelapa Alaka. "Lucu banget si lo, apalagi mode jutek gini. Jadi pengen gue bawa pulang, terus gue sekep di kamar." Seutas senyum jahil tersebit di wajah Argan.
Bola mata Alaka berputar malas. "Mending lo diem deh, kayak tadi. Gak usah banyak tingkah. Seneng banget sih bikin orang naik darah."
"Kalo gue diem, entar di kira tipes." Sekali lagi tangan Argan mengacak puncak rambut Alaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAGAN || Musuh Tapi Dating
Teen FictionNiatnya, Alaka hanya ingin balas dendam, tapi justru dia yang terjebak masuk dalam kungkungan Argan. "Gue bakal kasih lo dua pilihan. Entah itu money or body." Dengan senyum miring, Argan menatap lekat Alaka. "Bentar---" "Oke, gue perjelas lagi." T...