ALAGAN [04]

75.9K 3.3K 140
                                    

Hati-hati bosan, part panjang 🦋 hampir 3000 kata 🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati-hati bosan, part panjang 🦋 hampir 3000 kata 🦋

Bagian 04

Alaka menurunkan kakinya pada pijakan aspal. Penampilannya masih mengenakan seragam sekolah dan ransel di punggung. Gadis itu kemudian memberikan dua lembar uang puluhan pada si Abang ojeg.

Lalu dengan langkah gontai Alaka menghampiri tembok pagar, memencet bel rumah. Gerbang tinggi itu pun segera di buka oleh pak Wisnu si satpam. Alaka melangkah masuk sembari mengucapkan terimakasih, sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu utama.

Jarak dari pintu gerbang ke pintu utama memang cukup jauh. Itu semua dikarena halaman rumah ini terlalu luas. Sakin luasnya kedua orang tuanya itu sampai membuatkan taman bermain hingga rumah kaca yang diisi ribuan tanaman hias. Tambah lagi garasi mobil yang lebarnya cukup untuk 10 mobil.

Sebenarnya bisa saja Alaka sejak dulu pulang dan pergi di antar ke sekolah oleh supir pribadi. Mengingat keluarganya cukup kaya, tapi Alaka bukan tipikal cewek manja yang menyusahkan orang tuanya. Ia lebih suka mandiri, lagi pula baginya sekolah adalah tempat untuk belajar dan menuntut ilmu bukan ajang unjuk siapakah paling kaya.

Alaka memegang handle pintu, mendorongnya dan melangkah masuk. Pandangan netra gadis itu langsung tertuju pada koper-koper besar yang kini berada di ruang tengah serta beberapa barang sudah di kepak dalam kardus.

Ia mengeryit heran melihat ibunya tengah sibuk membereskan pakaian mereka berserta barang-barang yang lain.

"Lho Ma-ini ada apa, kok barang-barang dan baju aku pada di kepakin kayak gini? kita mau pindahan?"

Seruan Alaka itu menghentikan kegiatan ibunya, Silla. Wanita paru baya itu langsung menghampiri sang putri. "Iya sayang kita bakal pindah dari rumah ini."

Alaka bisa menangkap ada kesedihan dibalik sorot mata ibunya. "Sebenernya ada apa Ma, kok bisa mendadak begini," tanya Alaka lagi.

"Papa sayang." Silla berucap dengan nada serak.

"Papa kenapa Ma?" tanya Alaka raut wajahnya berubah khawatir.

"Papa di tipu rekan bisnisnya, jabatan Papa sebagai direktur di cabut, Papa juga di pecat. Dan semua aset yang Papa miliki juga di ambil, bahkan rumah ini pun ikut ke sita. Tapi itu semua belum cukup untuk ngeganti kerugian perusahaan," terang Silla berat air matanya kini tumpah sudah tak mampu ia bendung lagi.

"Terus Papa gimana? Papa gakpapa 'kan Ma?"

Silla langsung mendekap Alaka erat. "Papa baik-baik aja sayang. Cuma sekarang kita udah enggak punya apa-apa lagi. Bahkan kita masih terlilit hutang perusahan. Maafin Mama dan Papa sayang," ucap Silla dengan nada bergetar. Ia tidak tau apakah nanti ia dan keluarganya akan sanggup hidup serba kekurang, mengingat selama ini ia hidup serba kecukupan bahkan lebih.

ALAGAN || Musuh Tapi DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang