Bagian 16
Sunyi, itu yang Alaka rasakan saat memasuki rumahnya. Apa iya, Silla sudah tidur? Tapi ini belum terlalu malam masih sekitar jam 10an. Seharusnya Alaka bisa saja pulang lebih cepat, namun saat di perjalanan pulang tadi Surya mengajaknya makan di pedagang kaki lima. Alaka sempat menolaknya, tapi Surya terus memaksa, alhasil mau tak mau Alaka menurutinya.
Kalau di pikir-pikir Surya cukup baik? dan tak seburuk yang Alaka kira. Tapi apa mungkin Surya berlaku demikian karena Alaka pernah menolongnya? Itu sedikit masuk akal bukan?
Alaka tercenung sejenak, walau ia bisa sedikit bernapas lega karena Argan selamat. Namun tetep saja, rasa bersalah itu tak kunjung reda. Masih ada yang mengganjal di hatinya, sebelum Argan benar-benar pulih dan kembali kesedia kala, Alaka tidak bisa tenang.
Mengembuskan napas berat, Alaka bergerak membuka sepatu dan menaruhnya di rak. Lalu melangkah ke arah kamar ibunya, selepas menutup pintu. Ia kembali di buat kebingungan mendapati kamar itu kosong.
"Mama kemana?" gumamnya. Lalu bergerak merongkoh tasnya, mengambil ponsel.
Alaka menatap nanar ponselnya yang ternyata mati, sepertinya kehabisan daya. Sekali lagi Alaka menghela napas berat, kemudian melangkah menuju meja nakas dan mencolokkan pengisi dayanya pada kabel rollan.
Kemudian pandangan Alaka jatuh, pada kertas putih yang tergeletak di sana. Alaka sempat mengeryit, tagihan listrik kali ya? Namun karena penasaran Alaka membukanya. Ternyata isi dari kertas itu pesan yang Silla tinggalkan.
For Alaka
Sayang, kamu baik-baik di rumah ya. Eyang sakit, kondisinya kritis. Jadi Mama langsung berangkat ke Surabaya.
Mama tadi udah nelpon kamu berulang kali, tapi enggak kesambung. Mama mau ajak kamu ikut sebenernya, tapi bentar lagi kamu mau ujian kan? Mama enggak mau nilai kamu turun.
Di laci kamar Mama ada uang, kamu irit-irit ya pakenya. Sampe Mama pulang nanti.
Jangan buat hal yang aneh-aneh ya Nak, selama Mama gak ada di rumah. Jaga diri kamu baik-baik ya. Mama tau kamu bisa jaga diri kamu sendiri, makanya Mama berani ninggalin kamu.
Nanti kalo kondisi Eyang udah membaik, Mama secepatnya pulang.
Love, you.
Setelah membaca keseluruhan isi kertas itu. Alaka melipatnya dan menaruhnya kembali di nakas. Gadis itu lalu berjalan lunglai memasuki kamarnya, tanpa berganti pakaian terlebih dahulu Alaka langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Reka kejadian siang tadi kembali memenuhi isi kepalanya, seperti ada tombak besar yang menghunus jantungnya. Alaka merasakan sakit luar biasa. Ia masih ingat betul, bagaimana cowok itu terjatuh hingga kepalanya bersimbah darah.
Alaka menatap langit-langit kamarnya nanar. Malem ini Alaka tak yakin ia bisa tidur, isi kepalanya terlalu penuh dan membludak. Apa lagi memikirkan besok bagaimana di sekolah?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAGAN || Musuh Tapi Dating
Teen FictionNiatnya, Alaka hanya ingin balas dendam, tapi justru dia yang terjebak masuk dalam kungkungan Argan. "Gue bakal kasih lo dua pilihan. Entah itu money or body." Dengan senyum miring, Argan menatap lekat Alaka. "Bentar---" "Oke, gue perjelas lagi." T...