Bagian 14
Alaka berjalan santai menuju kelas, langkahnya mendadak terhenti ketika dari arah berlawan sosok Aldi muncul sambil melambaikan tangannya. Alaka membalas sapaan itu dengan senyum kecil. Buru-buru Aldi mendekat, menghampiri Alaka.
Dengan senyum mengembang cowok itu berujar. "Pagi Al."
"Pagi juga Di," balas Alaka seadanya. Meskipun status mereka sudah berteman, Alaka tetap berusaha jaga jarak, agar tidak terlalu dekat dengan Aldi. Sepatuh itu memang Alaka, pada permintaan Papanya.
Aldi menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia terlihat salah tingkah. Pasalnya tiap kali berhadapan dengan Alaka detak jantungnya kian berdebar dan tak terkontrol.
"Udah sarapan?"
"Belum si, kenapa?"
"Tunggu bentar." Aldi memutar tasnya sedikit menyamping, dan mengeluarkan kotak bekal makanannya. Lalu diarahkannya kotak itu pada Alaka.
"Buat lo ni, masakkan nyokap gue. Di jamin enak."
"Eh? gak us..."
"Jangan lupa di makan." Aldi melemparkan senyum menawannya, ia juga mengacak puncak rambut Alaka gemas.
Deg...
Untuk sesaat Alaka merasa jantungnya seolah berhenti berdetak, jujur saja selama ini Alaka tak pernah dekat dengan cowok manapun. Dan perlakukan manis Aldi benar benar baru untuknya.
"Jangan baper Al, inget pesan Papa!"
Alaka menegur dirinya, dalam hati. Lalu netra gadis ini menatap nanar punggung Aldi yang perlahan menjauh dari pandangannya. Alaka menghembuskan napas, mencoba menetralkan detak jantungnya. Sebelum kembali melanjutkan langkahnya memasuki kelas.
Di sisi lain ada Argan, yang tak sengaja melihat interaksi mereka dari kejahuan itu. Tanpa sadar, ia mengepal tangannya kuat. Dadanya juga ikut bergerumu, mendadak suasana sejuk pagi ini menjadi panas baginya.
Tunggu--- apa apa ini? ada apa dengan respon tubuhnya? Jadi apa yang di katanya Surya itu benar? Dia menyukai Alaka? Argan ingin menepisnya, tapi semakin di tipis hal itu justru semakin memperjelas fakta.
Fakta bahwa Argan manaruh rasa pada gadis itu, yang dirinya sendiri tak tau kapan rasa itu mulai tumbuh.
Intinya saat ini Argan tak dapat mengelak lagi. Ia bahkan membenci pemandangan didepannya, tepatnya benci melihat Alaka tersenyum bahkan salting pada cowok lain.
Jadi apa yang sekarang harus Argan lakukan?
Menjauh atau menjadikan Alaka miliknya?
🍁🍁🍁
Argan memasuki toilet, lalu melangkah ke arah wastafel. ia menyalakan kran air, sebelum membasuh wajahnya beberapa kali. Merasa cukup, cowok itu kemudian mengambil beberapa tisu dan mengelap wajahnya hingga benar-benar kering. Tak berselang lama, satu bilik toilet terbuka dan sosok Aldi muncul dari balik sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAGAN || Musuh Tapi Dating
Teen FictionNiatnya, Alaka hanya ingin balas dendam, tapi justru dia yang terjebak masuk dalam kungkungan Argan. "Gue bakal kasih lo dua pilihan. Entah itu money or body." Dengan senyum miring, Argan menatap lekat Alaka. "Bentar---" "Oke, gue perjelas lagi." T...