Setelah satu minggu berlalu Alena masih terus-menerus mengurung dirinya, bahkan sekarang matanya mulai memanda, ia menolak semua penjelasan dari siapapun, ia hanya butuh waktu untuk menenangkan diri.
Penjelasan yang tidak masuk akal baginya bagaimana mungkin mereka tega menjauhkan dirinya dari adiknya hanya karena sebuah penyakit yang katanya menular, jika memang sudah menjadi takdir bagi tubuhnya untuk akan terkena penyakit itu juga ya mau bagaimana lagi, tapi sekarang tidak terjadi apapun bahkan ketika ia bertemu beberapa dengan adik waktu itu.
Tidak dapat di jelaskan bagaimana keadaanya sekarang, kamarnya seperti kapal pecah, Alena sengaja mengacak-acak isi dalam kamarnya, hanya ingin melampiaskan semua amarahnya.
Sedangkan Arka pria itu hanya diam tanpa mencoba kembali menjelaskan, karena baginya percuma juga menjelaskan tanpa di dengarkan, ia juga punya rasa lelah.
Begitupun juga dengan Sarah yang sampai sekarang masih membasahi pipinya dengan butiran-butiran air matanya, kepergian Andin masih membekas di hatinya di tambah lagi dengan sikap Alena yang tidak ingin bicara dengan siapapun.
“Arka, tante mohon sama kamu tolong bujuk Alena,”
“Sedang aku usahakan tante.”Arka sendiri sedang menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan Alena, tapi ia juga harus segera bertindak ia tidak mungkin membiarkan Alena terus mengurung diri seperti ini.
***
Beberapa hari mengurung diri rasanya Alena mulai lelah, percuma juga ia menangis, uring-uringan tidak jelas keadaan tidak akan berubah masih sama.
Disisi lain, ia juga mulai merindukan Arka dan sekarang ia putuskan berhenti menangis dan mulai menata kembali, entah malaikat apa yang berhasil menjernihkan pikiran Alena.
Tok.. tok.. Alena menatap pintu kamarnya yang di ketuk dari arah luar, kali Alena mau membuka pintu kamarnya dan sekarang ia mendapati senyuman menawan dari pria yang saat ia rindukan.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Arka seraya memasuki kamar Alena, melihat sekelilingnya tidak lagi berantakan bahkan sekarang keadaannya sudah jauh lebih rapi.
“Menurut kamu?”
“Terlihat menyedihkan,”
“Kamu ini..,”
“Apa mau marah, mau uring-uringan lagi, nangis lagi?”
“Enggak capek!”
“Udah tahu capek masih aja dilakuin, ada perubahan?” Alena menggelengkan kepalanya.Arka menatap lekat wajah wanitanya lebih dekat, ia menggenggam kedua tangannya dan menyatukan kening mereka.
“Berhenti menangis dan menyalahkan takdir karena itu tidak akan merubah apapun yang sudah terjadi, ikhlaskan mungkin ini sudah jalan takdirnya,” ujar Arka.
Allena mengangguk ia memberikan senyumannya, memeluk Arka rasanya ia benar-benar sangat merindukan bau tubuh pria yang dicintainya dan apa yang di katakan Arka memang ada benarnya, ia harus mengikhlaskan semua yang telah terjadi menerima semuanya dengan lapang dada.
“Aku kangen sama kamu,”
“Aku juga kangen sama kamu.”Arka memeluknya erat seraya mencium kening wanitanya.
Tidak ada kata yang dapat mengetahui sedalam apa rindunya seorang Alena kepada kekasihnya. Mereka turun ke bawah, duduk diruang tengah Sarah menatap putrinya lebih dalam seakan mengerti maksud sang ibunda Alena mendekatkan dirinya memberikan pelukan untuk Sarah.
“Maafin sikap Alena bunda,”
“Kamu enggak perlu minta maaf ini semua salah bunda dan ayah yang menyembunyikan semua ini dari kamu,” tuturnya seraya menatap Alena.“Aku udah lupain segalanya dan menerima semua yang udah terjadi sekarang dan aku sadar kalian melakukan semua ini demi kebaikan aku,” ucapnya seraya memeluk kembali Sarah.
“Terimakasih Alena karena akhirnya kamu sudah mau mengerti,” ucap Andry yang tiba ikut turun ke bawah bergabung dengan mereka semua.
“Terimakasih Arka, kamu memang pria yang hebat mampu meredakan amarah Alena,” kata Andry seraya terkekeh kecil.
“Bukan saya Om tapi diri Alena sendiri yang sudah sadar akan sikap egoisnya itu,”
“Kamu!” Alena menatapnya sebal tapi seketika Arka memasang ekspresi meledeknya.
“Apa sih sayang?”Arka senang melihat keadaan yang sekarang semakin membaik, mungkin ini saatnya ia mengutarakan niat baiknya, permasalahan yang ada berhasil mengurungkan niatnya dari jauh-jauh hari padahal Arka ingin sekali mengutarakannya.
“Om.. tante ada yang ingin saya bicarakan dengan kalian dan juga Alena,” ujar Arka.
“Mari kita berbicara serius,” kata Andry yang mengerti tujuan topik Arka kemana.
Arka gugup mencoba mengatur degup di jantungnya yang semakin cepat.
“Apa yang ingin kamu bicarakan dengan kami, sampaikan saja apa yang ada di hati mu Arka,” ucap Andry.
“SAYA INGIN MENIKAHI ALENA,”
Deg! Alena terkejut, pria yang berhasil menghiasi perjalanan hidupnya ingin menjadikannya teman hidup selamanya, rasanya ini seperti mimpi. Apa sekarang Arka sedang melamarnya.
“Om dan tante serahkan semuanya kepada Alena karena bagaimanapun yang menjalani rumah tangga bersama kamu adalah Alena jadi semua jawaban ada di tangan Alena,” tutur Andry membiarkan Alena memutuskan jawabnya sendiri.
Arka menatap Alena berharap wanitanya mau menjadi teman hidupnya, “Alena kamu mau kan menikah sama aku?” tanya Arka dengan tatapan seriusnya.
“Aku enggak mau..,” kata Alena seraya menggelengkan kepalanya, jawab itu barusan berhasil membuat Arka tertegun sejenak.
"Kamu..,"
"ENGGAK MAU MENOLAK LAMARAN KAMU SAYANG, IYA AKU MAU MENIKAH SAMA KAMU." Arka tersenyum lebar mendengarnya jika tidak ada kedua orang tua Alena ingin rasanya, ia memeluk wanitanya. Alena yang mendapati ekspresi shock Arka ia ingin sekali tertawa terbahak.Arka hampir saja di buat jantungan oleh jawaban Alena barusan, wanitanya itu memanglah sangat suka sekali menjahilinya, jika sampai benar-benar Alena tidak mau menikah dengannya, mungkin besok pagi Arka sudah gantung diri.
***
Bagaimana dengan part ini..
Jangan lupa tinggalkan jejak ya, vote dan komentarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is Duda (END)
RomanceSeorang gadis berusia 22 tahun tengah mencoba menaklukan hati Pria yang ternyata berstatus seorang duda. Pertemuan yang tidak disengaja membuat jalinan hubungan mereka semakin dekat. Sampai akhirnya keduanya terjerat dalam permainannya mereka sendir...