Bab 19 - Alay

3.2K 136 0
                                    

“Omdud cepetan jalannya lembek banget sih, keburu mulai filmnya,”

“Sabar Alena ,tadi katanya kamu mau popcorn kamu enggak lihat segitu ngantrinya. Nih, demi kamu aku beliin,” seraya memberikan popcorn pada Alena.

“Makasih,"

"Kalau bukan karena cinta males," gumam Arka namun masih terdengar jelas di pendengaran Alena, ia hanya bisa menanggapi dengan senyuman manis.

“Udah ayo, cepet masuk.”

Arka lebih memilih mengajak Alena untuk berjalan-jalan ke mall di banding diam di apartemen, ia juga mulai malas menampakan dirinya di kantor, mengingat kejadian kemarin yang benar-benar sudah membuat emosinya meluap.

Gebyar cahaya silau yang di pantulkan layar besar, menampakan kedua insan di layar kaca besar, adegan demi adegan yang begitu memabukan membuat para penonton hanyut dalam suasana, begitupun juga dengan Arka yang tengah sibuk menyiapkan tisu untuk Alena yang kini tengah menangis di sampingnya.

“Al enggak usah nangis,”
“Ya ampun omdud ini tuh baper banget filmnya kenapa sih nyari filmnya kayak gini,” katanya seraya mengusap ingus yang keluar dari hidungnya.

Sampailah di ujung cerita, film telah usai namun
Alena masih saja menangis saat keluar dari dalam ruangan yang cukup gelap tersebut, banyak orang-orang di sekelilingnya memperhatikan dirinya begitupun juga dengan Arka.

“Al filmnya udah selesai, udah dong nangisnya,”
“Lagian omdud sengaja banget sih milih film baper kayak gini,”

“Ya aku kira kamu enggak sealay ini, oke lain kali aku nanti pilih film genrenya komedi aja biar kamu ketawa terus,”

“Ih! Nanti kalau aku ketawa terus dikatain orang gila,”

“Kamu nangis kayak gini aja udah disangka orang gila,lihat tuh mata bengkak hidung banyak ingus kayak gitu,”

“Omdud!”ucapnya seraya memukul lengan Arka sontak ia berlari menghindari pukulan kecil Alena.

Rasanya,ini sudah mulai terasa, semuanya sudah terbuka,
Arka ingin sekali memilikinya seutuhnya.

Mereka berdua kini tengah berjalan bersama di taman yang dekat mall.

“Omdud yakin enggak mau es krimnya, enak tahu?”

“Enggak buat kamu aja, aku enggak terlalu suka es krim,”

“Oh iya, maklum sih kalau omdud enggak suka, omdud kan orang tua!” ucapnya seraya tertawa namun Arka langsung mencubit hidung mancung Alena yang mampu membuat sang empu mengadu.

“Kamu tau Al nanti kalau aku lagi kangen kamu, setiap lewat jalan ini aku bakalan teriak I LOVE YOU ALENA,”ucapnya seraya berteriak dan menekan kata terakhirnya.

“Omdud jangan mulai deh,”

“Aku alay kayak ginikan karena mainnya sama kamu,” ucapnya seraya memainkan manik matanya.

“Sama aku? Sejak kapan?” seraya menatap Arka.

“Sejak aku pertama kali baca stiker di helm kamu itu dan..,”
“Aku jatuh cinta sama pemiliknya.” ucapnya seraya tersenyum.

Arka menaiki kursi panjang kayu yang di sediakan di taman tersebut ia mengulurkan tangannya ke arah Alena, dan tangannya pun disambut oleh tangan lembut Alena. Mereka berdua menari di atas kursi seraya tertawa bersama.

“Al kayaknya kita di lihatin banyak orang deh?’’
“Hahaha masa sih.” Alena tertawa melihat sekelilingnya tapi ia tidak memperdulikannya.

Langit sepertinya ikut bahagia atas kebahagian kedua insan anak manusia yang tengah menari-nari berlari, ke sana kemari seraya tertawa. Buktinya siang hari ini tidak terlalu panas tidak mendung juga.

Andai langit menyerukan suaranya bahwa dirinya juga tengah tersenyum melihat mereka bahagia.

“Berasa kayak film india enggak sih omdud?” ucapnya seraya menarik nafasnya pelan.

“Kenapa enggak korea aja?" Keduanya tertawa bahagia, tidak memperdulikan sekitarnya.

Bolehkah hari ini Arka berteriak kepada dunia bahwa dirinya benar-benar tengah merasa bahagia.

TBC.

My Boyfriend Is Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang