Bab 11 - Omdud

5.1K 221 3
                                    

Arka baru saja keluar dari dalam kantor, kini ia tengah berada di kawasan parkiran. Baru saja tangan kekarnya menggapai handle pintu mobil namun ia merasa ada seseorang di belakangnya.

"Omdud," Arka yang mendengar kata aneh di telinganya ia mengerutkan dahinya, hingga terbentuklah ukiran.

"Omdud!" lagi-lagi panggilan itu sangat terdengar jelas di telinga Arka, ia memutar tubuhnya 90° yang mana ia mendapati senyuman manis dari wanita yang ia kenali.

"Alena," ucap Arka melihat wanita itu menghampirinya.
"Hay omdud,"
"Omdud siapa?"
"Iya Om lah!" kata Alena santai seraya menyederkan bahunya di pintu mobil Arka, seraya melipat kedua tangannya seraya tersenyum.
"Saya?"
"Iya, omdud. Om.. duda,"
"Hah?" kata Arka seraya menaikan satu alis sebelah kananya.
"Tahu dari mana kamu?"
"Dari KTP Om statusnya duda,"
"Emang ada status kayak gituan,"
"Ada dong,"
"Saya mau pulang, kamu sekalian enggak mau nebeng?"
"Mau dong kebetulan banget aku lagi enggak bawa motor nih." tanpa permisi Alena langsung memasuki mobil Arka tanpa seizinnya.

Matahari telah kembali ke ufuknya, Mobil sedan Jip warna hitam sudah melaju dengan mulus, membelah jalanan di ibu kota yang cukup ramai dan padat.

"Saya seriusan, kamu bisa tahu kalau saya seorang duda dari siapa?" tanya Arka yang masih setia menyetir mobilnya.
"Aku juga seriusan omdud, dari KTP omdud,"
"Ck! Dasar bocah." gumam Arka.

Entahlah rasanya Arka malas jika harus terus-terusan berdebat dengan Alena karena tidak akan ada ujungnya. Bersamanya cukuplah membuat hati ini yang sedikit gundah jadi berwarna hanya ada dua wanita yang berhasil membuat detak jantungnya lebih berdetak cepat seperti ini yaitu Nisa almarhum istrinya dan juga Alena.

***

Malam itu Alena habiskan waktunya pergi dengan Arka alias omdud nama spesial baru saja yang diberikannya untuk Arka. Sebelum pulang mereka berdua mampir terlebih dahulu ke pasar malam. Menaiki biang lala, menonton tong edan, makan gulali, dan bernyanyi bersama hal yang sederhana namun berhasil membuat mereka merasa bahagia.

"Tuh lihat, itu jagoan aku," ucap Alena seraya menunjukan motor X berwarna merah yang tengah bereaksi di dalam tong besar.

"Itu jagoan kamu? kalau aku sih enggak punya jagoan. Aku cuma punya hati," ucap Arka yang sepertinya tengah mencoba menggombal.
"Apaan sih omdud, gaje!"
"Apaan gaje?"
"Enggak jelas,"
"Salah!"
"Apaan?"
"Ganjen, iya kamu ganjen. Aku tau kenapa kamu nunjuk motor merah itu karena yang punyanya ganteng kan?"
"Ih apaan enggak,"
"Terus siapa yang ganteng?" tanya Arka seraya memainkan alisnya.

Entahlah Alena kebingungan kata-kata untuk menjawab ucapan Arka, ia lebih memilih pergi turun ke bawah meninggalkan Arka yang masih berada dalam area permainan. Namun sayangnya, kenapa sepatu kets nya itu harus terpeleset pada saat menuruni anak tangga.

Tangan kekar arka meraih tubuh Alena, sampai akhirnya mereka tidak sengaja saling menatap tapi hanya sesaat.

"Sengaja ya, jatuh kayak gitu?"
"Hah? Enggak kali," kata Alena seraya mendorong tubuh Arka menjauh darinya
"Udah ngaku aja,"
"Terserah."

Rasanya sangat malu jika harus terus-terusan berhadapan dengan Arka. Jujur saja Alena belum pernah sama sekali dekat dengan seorang pria sedekat ini saat dirinya bersama Arka.

Mungkin memang Alena punya banyak teman pria namun jujur saja mereka hanya dianggap teman tidak lebih, tapi setelah beberapa hari belakangan ini dekat dengan Arka, ia rasa ada sedikit kenyamanan yang tumbuh di perasaannya.

Alena pulang diantar sampai rumahnya, dia mulai merebahkan tubuh mungilnya ke ranjang yg lumayan berukuran king size, rasanya cukup penat dari pagi sampai sore bekerja.

Bola mata coklatnya mulai sayu, rasa kantuk mulai menyerangnya, malam ini terasa lelah sekali rasanya. Alena mulai tertidur pulas, biarkanlah nanti sang mentari yang membangunkannya.

TBC.

My Boyfriend Is Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang