Arka pov.
Jam diding menunjukan pukul 21.35 wib sampai sekarang aku masih berada di kantor, seharian ini. Aku hanya menyibukkan diri dengan kertas-kertas putih yang sangat penting ini."Apa aku sudah gila, memikirkannya." umpat ku.
Entah kenapa tiba-tiba wanita aneh itu itu muncul lagi di pikiran ini. Aku masih ingat jelas bagaimana tindakanku menurunkan wanita itu di tengah jalan begitu saja, itu tindakan yang sangat tidak baik.
Aku masih ingat ketika wanita itu marah-marah di pinggiran trotoar, jujur pada saat itu mobil Jip ku tidak benar-benar pergi begitu saja.
Aku masih memperhatikannya sesaat, ingin hati kembali kepadanya 'mengajaknya kembali dan mengantarkan ke rumahnya'. Namun sayang dering telpon dari kantor membuyarkan pikiranku tentang niatan itu. Sampai akhirnya aku benar-benar meninggalkannya di jalanan, yang entah apakah rumahnya dekat ataupun masih jauh.
Jujur baru kali ini aku memperlakukan seorang wanita seperti itu, aku tidak pernah berkata kasar ataupun berbuat tindakan yang tidak baik. Bagaimana jika wanita itu di ganggu oleh preman jalanan, apakah dia baik-baik saja atau dia.
Suara ketukan dari daun pintu membuyarkan pikiranku, siapa malam-malam begini masih berada di kantor.
"Iya masuk," kata ku.
Aku melihat penampakan yang ada di ambang pintu berkaca itu, ku kira itu hantu ternyata Lisa teman kantorku, dia menghampiriku.
"Ada apa?" tanya ku seraya menatap dia yang kini ada di hadapan ku.
"Apa Pak Arka tidak pulang, ini sudah malam?" tanya Lisa memberanikan diriAku bisa melihat bagaimana raut wajah gugupnya.
"Iya saya akan pulang, kalau kamu mau pulang, silahkan duluan saja," kata ku kepadanya seraya tersenyum.
"Baik Pak. " ucap Lisa seraya meninggalkan ruangan ku.Setelah 30 menit aku menyelesaikan semua berkas-berkas ini, aku memutuskan pulang ke rumah kedua orang tuaku karena aku rasa ini masih tidak terlalu malam jadi ku sempatkan untuk mampir apalagi mendengar ibuku sedang sakit.
Aku bergegas menuju tempat parkiran, ku lihat kanan kiri parkiran mulai sepi hanya tersisa beberapa kendaraan terparkir. Aku memasuki mobil menjalankan mobil Jip hitam milik ku keluar dari area perusahaan.
***
Kini Alena tengah mengobrak-abrik isi kamarnya namun ia tidak menemukan apa yang ia cari, ia memutuskan mencari di gudang rumah."Ck! Dimana sih tuh helm, kalau mau main petak umpat jangan sama gue napa? Gue males malam-malam gini main kayak gituan nanti kalau gue di culik kolong wewe gimana coba?" gerutu Alena berbicara pada dirinya sendiri.
Derap langkah seseorang menghampiri Alena, ia membawa tongkat base ball. Orang itu Bi Ijah. mungkin beliau mengira ada maling yang masuk di rumah tuannya.
"Non lagi ngapain di gudang, sendirian lagi?" tanya Bi Ijah.
Astaga! Alena di buat merinding terkejut mendengar ucapan Bi Ijah. Alena pikir Bi Ijah hantu seperti yang di film-film.
"Bi Ijah bikin kaget aja, Bi Ijah ngapain bawa tongkat base ball segala?" memperhatikan tongkat yang Bi Ijah pegang erat-erat.
"Maaf non bibi kira maling jadi bibi niatnya mau tak pukul kalau beneran maling eh malah non Alena, non malam-malam gini mau ngapain sih di gudang?" tanya Bi Ijah heran.
"Ngepet!" kata Alena seraya keluar menyelonong pergi begitu saja meninggalkan Bi Ijah sendirian.
Jujur saja Alena kesal akan kedatangan Bi Ijah tiba-tiba datang di tengah-tengah kesunyian. Beruntung Alena tidak di pukul dengan tongkat base ball yang dibawa Bi Ijah barusan
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is Duda (END)
DragosteSeorang gadis berusia 22 tahun tengah mencoba menaklukan hati Pria yang ternyata berstatus seorang duda. Pertemuan yang tidak disengaja membuat jalinan hubungan mereka semakin dekat. Sampai akhirnya keduanya terjerat dalam permainannya mereka sendir...