Semua orang yang ada di dalam hanyut dalam suasana haru ketika Arka mempersembahkan sebuah lagu untuk Alena. Alena tersipu malu melihat aksi Arka sekarang.
Pandangan Alena masih setia menatap ke arah Arka yang masih bernyanyi di podium kecil sananya. Seorang pria menghampirinya seraya menepuk pelan bahunya, hingga membuat sang empu terkejut.
"Bara?"
"Hay Al, kamu ada disini?"
"Iya,"
"Sama siapa?"
"Teman aku, Btw kamu kesini sama siapa?"
"Sendiri dan kebetulan yang punya acara ini itu anak dari om aku,"
"Oh jadi kamu sepupu Stefani?"
"Iya seperti itu," Alena mengangguk.Selang beberapa menit mereka berdua masih menikmati alunan lagu yang di bawakan Arka, senyum manis tak pernah pudar dari bibir Alena.
"Al ke atas yuk," ucap Bara yang di tanggapi anggukan kepala.
***
Arka yang kini tak melihat keberadaan Alena lagi, ia mulai mencemaskan keberadaan wanita itu. Terakhir kali ia melihat Alena berdiri di samping seorang pria yang ia yakini bahwa pria itu bukanlah pria baik-baik.
"Kemana dia?" Arka mencoba menanyakan keberadaan Alena kepada teman-teman Alena yang baru saja ia kenali, namun tak ada satupun yang melihat keberadaan Alena.
Hanya ada satu teman Alena yang melihat keberadaan Alena bahwa dia bilang Alena pergi ke lantai atas dengan seorang pria.
Acara pesta ini memang di desain menjadi dua tempat, ada yang di lantai atas dan ada yang di bawah, sebenarnya lantai atas khusus menyediakan minuman beralkohol dan hampir di tempati oleh anak-anak muda sedangkan yang di bawah hanya menyediakan minuman dan makanan sewajarnya saja.
Lampu mulai meredup musik mulai berdegup kecang, hampir semua orang menari meliuk-liukan tubuhnya menikmati musik yang hampir sama dengan tempat hiburan malam.
Aroma wine begitu menyengat di hidung mancung Alena yang sedari tadi hanya diam. Mengapa Bara mengajaknya ke lantai atas.
Entahlah yang jelas Alena benar-benar merasa jengah dengan Bara yang selalu memaksanya untuk meminum, minuman yang ia yakini bahwa minuman itu adalah minuman laknat. Tapi, beruntung imannya tak goyah dengan ucapan Bara yang selalu mengatakan, "Ini cuman wine biasa come on Al." Alena bisa melihat jelas bahwa Bara kini tengah di pengaruhi alkohol, meskipun masih setengah sadar.
Tanpa Alena sadari Bara membawanya kearah sudut tembok, ia mempersempit celah gerak Alena.
"Bara kamu jangan kurang ajar ya," ucap Alena tapi pria itu malah hendak menciumnya.
Plak! Tamparan keras mengenai pipi Bara yang hampir saja berbuat senonoh pada Alena.
"Brengsek!" umpat Alena seraya meludah tepat mengenai kemeja Bara.
"Munafik lo! Gue yakin cewek kayak lo udah pernahkan!" kata Bara seraya melayangkan tangan kanannya.
Alena yang kini memalingkan wajahnya, seraya memejamkan matanya ia tertegun ketika tidak merasakan apapun di wajahnya. Bukankah seharusnya Bara sudah menamparnya, mata Alena membulat sempurna ketika ia melihat pemandangan di hadapannya.
Tangan Bara di cengkram kuat oleh Arka yang kini melayangkan tatapan tajamnya, "Cuma pria banci yang beraninya main kasar sama perempuan!" umpat Arka
"Lo enggak usah ikut campur! ini urusan gue sama cewek munafik ini," ucap Bara seraya menepis tangan Arka.
Bugh! satu pukulan keras mendarat dengan sempurna ke wajah Bara yang mampu membuat sang empu meringis kesakitan, karena keadaan Bara yang tengah mabuk membuat tenaganya kurang leluasa membalas pukulan Arka.
Beberapa kali Arka melayangkan bogem mentahnya ke wajah dan tubuh Bara hingga membuat Bara tersungkur ke lantai, beruntung pertengkaran mereka di lerai oleh beberapa orang yang masih dalam keadaan sadar.
Alena yang sedari tadi hanya diam di belakang punggung Arka. Jujur saja ia merasa takut ketika melihat Arka menghajar Bara dengan brutal.
"Arka udah stop!" pinta Alena seraya merengkuh lengan kanan Arka yang ingin memukul Bara kembali, Arka membawa Alena keluar dari dalam acar itu, ia tidak ingin berlama-lama di dalam sana.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is Duda (END)
RomanceSeorang gadis berusia 22 tahun tengah mencoba menaklukan hati Pria yang ternyata berstatus seorang duda. Pertemuan yang tidak disengaja membuat jalinan hubungan mereka semakin dekat. Sampai akhirnya keduanya terjerat dalam permainannya mereka sendir...