Bab 21 - Tentang Andin

3.7K 168 2
                                    

Sebelum nafas ku berhenti, izinkan aku mencintaimu.

---

Pria tampan itu kini tengah tertidur pulas menelungkup kan kepalanya di ranjang namun tubuhnya terduduk di kursi mungkin ia lelah, ranjang itu terdapat seorang gadis cantik tengah mengelus rambut hitam tersebut.

Arka merasa terusik dalam tidurnya ia menatap sosok wanita berpakaian baju biru muda yang menunjukkan jika dia adalah seorang pasien, "Andin, kamu udah bangun kenapa enggak bangunin kakak?" ujar Arka menatapnya.

Andin tersenyum, "Kak Arka tidurnya pules banget aku jadi enggak tega buat banguninnya,"

Arka mengulas senyum, "Kamu udah makan?" lalu menatap nampan yang masih tertata rapi berisikan makanan diatas meja.

"Aku masih kenyang Kak,"
"Kamu bandel ya, katanya mau cepet sembuh," seraya mengambil mangkuk berisikan bubur, "Itu dulu Kak," Arka terdiam mendengar ucapan Andin barusan.

"Percaya sama kakak kamu pasti sembuh,"
"Kak Arka akan selalu ada di samping aku kan?" Arka tersenyum.

"Kakak akan selalu ada di samping kamu, sekarang kamu makan ya biar Kakak suapi," Arka mengaduk buburnya.
"Selamanya?" tambah Andin.
"Iya selamanya," mengulas senyum kembali.

Usahanya berbuah manis Andin mau makan kembali, Arka sangatlah perhatian melihat gadis berwajah pucat di hadapannya sekarang ini, namun cantiknya tak kalah dengan pucat di wajahnya, ia selalu berdoa agar keajaiban Tuhan datang untuk gadis itu yang sedang mengalami sakit.

***

"CK! Kenapa enggak ada kabar sih, katanya mau ngabarin kalau udah sampai Jogja," Alena mendengus sebal mendapati ponselnya yang tidak ada pesan sama sekali dari Arka.

Kenapa Alena jadi wanita posesif seperti ini, entahlah jika seseorang sudah dilanda cinta semuanya akan di porak-porandakan.

"Marisa," merasa namanya dipanggil ia segera menoleh ke sumber suara.
"Iya Nek ada apa?" katanya malas. "Kamu ini kenapa Marisa keliatan gelisah seperti itu?" tanyanya lembut.
"Aku enggak kenapa-napa kok Nek biasa lagi PMS." seraya nyengir kuda.

Malam itu, sebelum Arka benar-benar pergi meninggalkan Jakarta ia sempatkan untuk berjalan berdua dengan Alena, wanita itu cukup kaget mendengar tiba-tiba Arka akan pergi ke Jogjakarta mereka berdua sempat beradu rubik karena Alena tak mengizinkan Arka pergi ke Jogjakarta. Tapi, sayang usaha Alena gagal yang ia pikirkan adalah kenapa Pria itu mendadak ingin pergi ke Jogjakarta setelah menerima panggilan dari seseorang.

***

Andin gadis itu tengah menatap jalanan yg sangat ramai dari arah kejauhan, pikirannya kosong ia mengingat kembali ucapan dokter Andrian tentang penyakitnya kemungkinan kecil dirinya akan sembuh, tak terasa bulir air matanya membasahi pipinya, ia teringat akan kejadian 4 tahun yang lalu.

On flashback..

Malam itu seorang gadis berumur 15 tahun baru saja pulang dari sekolahnya, hari itu ia berniat pulang dengan berjalan kaki karena sang supir suruhan ayahnya sangatlah lama menjemputnya. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk pulang sendiri, kakinya terasa pegal entah dimana ia sekarang, di tempat yang sangat sepi.

"Ku mohon jangan lakukan itu, aku mohon!"

Isak tangis dari seorang anak kecil namun pria dewasa yang di hadapannya kini tidak memperdulikan tangisan bocah tersebut, ia terus menggagahinya sampai ketika pria bejat yg tengah mabuk itu sudah benar-benar puas barulah ia meninggalkan bocah itu dalam keadaan terpuruk.

Off flashback..

Andin menggelengkan kepalanya ia sangat merasa jijik ketika ia mengingat kembali kejadian 4 tahun silam.

Andin dinyatakan mengidap penyakit HIV karena tindakan pelecahan seksual yang ia dapatkan dari seorang pria yang tidak ia kenal, namun sekarang pria bejat itu telah mendekam di penjara tapi rasa sakit hati Andin belum pudar karena penyakit menular ini ia harus di jauhkan dengan kakaknya.

"Andin," tepukan bahu di pundaknya membuyarkan lamunannya, ia secepat mungkin menghapus air matanya yg masih menempel di pelupuk mata.

"Kak Arka," ucapnya seraya mengulas senyum.
"Kamu ngapain disini, kamu harus banyak istirahat" ujarnya seraya berlutut di samping kursi roda yang tengah Andin duduki.

"Iya Kak, aku cuman pengen cari angin aja," mengulas senyum "kamu habis nangis?" tanya Arka seraya menatap wajah Andin. "Enggak," elaknya namun Arka bukanlah anak kecil yang dapat di bohongi.

"Kamu nangis kenapa? Jujur sama kakak?" tanyanya, sekilas Andin menatap Arka lalu mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Aku kangen sama seseorang..," katanya.
"Siapa?"
"Saudara aku kak,'' seraya mengusap air matanya.
"Kamu punya saudara?" Andin mengangguk
"Perempuan?" Andin mengangguk kembali.

"Terakhir kali aku ngobrol sama dia saat kami berdua belajar bersama di ruang tengah, semenjak ayah tahu tentang penyakit menular ini kami di jauhkan."

"Tapi, dia enggak tau kenapa kita dijauhkan, yang aku tahu sekarang kak Marisa membenciku, kak Marisa merasa kalau ayah sama ibu lebih menyayangiku di bandingkan nya,"

"Andai Kak Marisa tahu dia lah yg paling di sayang, ayah takut kak Marisa tertular penyakit ini karena darah kami berdua sama," ujarnya seraya menangis terisak, sekarang Arka mengerti apa yang sedang dialami gadis yang kini tengah di pelukannya.

"Percaya sama kakak, Marisa juga pasti merindukan kamu," Arka mencoba menghibur.
"Ngomong-ngomong Kakak kamu sekarang dimana?" tanyanya.

"Dia tinggal Jakarta sama Nenek, dia jarang pulang kalau pun pulang pasti berseteru sama Ayah," Arka sempat berfikir sejenak,

"Nanti kalau Kakak pulang ke Jakarta lagi, kakak akan coba cari kakak kamu Marisa itu dan kakak bakalan ceritain ke dia kalau adiknya ini sangat merindukan kakaknya," ujarnya seraya mencubit gemas pipi Andin berhasil membuat sang empu tersipu malu.

"Kalau boleh tahu nama panjang Kakak kamu siapa? Biar nanti Kak Arka enggak susah nyarinya," ujarnya Arka seraya membungkukkan tubuhnya.

"Namanya Marisa..,"
"Maaf Pak menganggu, mba Andin harus ke ruangan dokter untuk di periksa kembali keadaannya," Arka mengangguk mendengar penuturan suster.

"Ya udah ayo sekarang kita ke ruangan dokter," ujar Arka yang di tanggapi dengan anggukan, ia mendorong kursi rodanya.

Andin senang karena Pria yang ia suka akhirnya datang untuk menemaninya, menjalani sisa hidupnya, Andin berharap Tuhan memperlambat waktu agar ia bisa terus bersama pria yang ia cintai.

***

Wajib follow, vote dan komen biar admin tambah semangat! Jangan jadi silent reader ya.

My Boyfriend Is Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang