Bab 29 - Kecanggungan

4.5K 182 1
                                    

Menatap wajahnya di cermin, menyentuh bibirnya yang sedikit membengkak, melihat ke arah lehernya yang terdapat tanda merah kissmark akibat ulah kekasihnya Arka itu.

Semalam mereka berciuman bukan hanya di kursi taman, melainkan di kamar Alena pula, pria memberikan banyak tanda akses kepemilikan di leher wanitanya, hampir saja Arka kebablasan. Beruntung Arka langsung sadar akan aksinya mereka berdua segera menyudahi aktivitas ciumannya tidak dan pria itu langsung memutuskan untuk pulang ke tempat penginapannya.

Alena menggelengkan kepalanya ia mencoba melupakan adegan ciuman panas itu tapi sejujurnya Alena akui pria itu mampu membuatnya terlena..

Ting! Melihat ponselnya ia mendapatkan pesan dari Arka, "Aku sudah di depan rumah mu, cepat keluar sayang, jangan berdandan terlalu cantik." ia tersenyum setelah membaca isi pesan itu.

Alena keluar dari rumahnya menatap mobil sedan berwarna hitam yang terparkir di halaman depan rumahnya.

"Bagaimana?" tanya Alena saat masuk ke dalam mobil.
"Bagaimana apanya," Arka kebingungan.

"Huft.. Bagaimana dengan dandanan aku tidak berlebihan kan Omdud?" tanyanya.

Arka tersenyum seraya mengedipkan satu matanya, "Tidak sayang," ucapnya.

"Tidak cantik maksud kamu?"

"Tidak berlebihan, tapi tetap terlihat cantik," ucapnya membenarkan kalimatnya.

"Memangnya kita mau kemana sih?"

"Nanti juga kamu tahu." Arka menjalankan mesin mobilnya.

Tidak ada pembicaraan, Alena mulai merasa canggung setiap mengingat kejadian semalam, ia lebih memilih menatap pepohonan yang tertanam rapi di setiap pinggiran jalanan menambah kesan keindahan tersendiri.

"Sepertinya pohon-pohon itu jauh lebih tampan di bandingkan dengan kekasihmu ini," cibir Arka yang mampu membuyarkan lamunan Alena.

"Apaan sih sayang.. kamu tuh ya." ucapnya.

Mobilnya berhenti, membuat Alena menatap ke sembarang arah ia rasa mereka masih berada di jalanan belum sampai ke sebuah tempat atau memang mereka akan segera turun.

"Kenapa berhenti..,"
"Sudah sampai?" sambungnya kembali menatap Arka dan ia hendak turun tapi langsung di cegah Arka.

Alena menatapnya dan seketika Arka mencium bibirnya sekilas, berhasil membuat sang empu tertegun melihat aksi Arka barusan.

"Morning kiss, ayo turun sayang." kata Arka tapi Alena masih diam mematung pria tua itu benar-benar sangat menjengkelkan.

***

"Bunda.., kak Arka dimana?" tanya Andin menatap Sarah yang masih duduk menemaninya.

"Bunda enggak tahu sayang, mungkin Arka sedang ada kesibukan," jawabnya mencoba menenangkan putri bungsunya.

"Bunda.., kak Arka itu pacarnya kak Marissa ya?" tanyanya penasaran.

"Bunda enggak tahu sayang, sudah sebaiknya kamu istirahat jangan memikirkan sesuatu yang tidak penting ya." ujar Sarah.

Semenjak kepulangan kakaknya Marisa. Arka jadi semakin jarang datang sekedar menjenguknya tidak seperti dulu selalu menemaninya di rumah sakit.

Andin sangat yakin jika Arka pasti sedang bersama dengan Marisa, ia akan berusaha menghilangkan perasaannya terhadap Arka karena bagaimanapun juga Arka adalah kekasih dari kakaknya sendiri.

***

Wanitanya itu memberikan satu suapan untuk kekasihnya, mereka menikmati sarapan berdua di salah satu restoran ternama di Jogja.

"Bagaimana enakan?"
"Enak, lebih enak lagi kalau kamu yang suapin," goda Arka

"Kalau aku suapin kamu terus, aku kapan makannya sayang," katanya seraya memanyunkan bibirnya.

"Iya-iya sayang ku," keduanya tertawa.

"Setelah ini kamu mau kemana? Nonton, Belanja atau apa?" tanya Arka.

"Emangnya kamu enggak sibuk?"

"Hari ini aku free khusus buat kamu," ucapnya seraya menatap Alena dengan senyuman manisnya

"Nonton, aku mau nonton. Udah lama enggak nonton bioskop bareng kamu,"

"Oke kita nonton tapi sekarang kamu habisin dulu makanan kamu, aku nggak mau calon istri aku sampai kelaparan," ujar Arka berhasil membuat Alena tersedak.

"Minum dulu, kalau makan jangan buru-buru," ia memberikan minuman.

Selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan ke arah salah satu mall di Jogja. Kali ini Arka kembali yang memilih film yang akan mereka tonton.

Setelah menunggu setengah jam akhirnya mereka telah berada di dalam bioskop, Alena terus-terusan menggerutu karena Arka memilih film yang penontonnya sedikit, membosankan.

"Udah jangan cemberut mulu, ini filmnya asik kok," kata Arka.

"Asik dari mana? Sepi kayak gini penontonnya," ujar Alena sebal.

"Aku enggak terlalu suka keramaian," bisik Arka tepat di telinga Alena berhasil membuat sang empu merinding mendengarnya.

"Itu kamu enggak suka keramaian, aku.. enggak suka keheningan kayak gini," ucap Alena pelan tidak enak di dengar penonton lainnya.

"Kan ada aku, enggak akan bosen kok," seraya meraih pinggang Alena, ia memeluknya.

Alena mengelus wajah Arka yang kini mulai kembali di tumbuhi brewok tipisnya.

"Tumben ada brewoknya?"
"Biar keren,"
"Keren kata kamu,"
"Emang menurut kamu aku enggak keren?"
"Enggak, tapi ganteng dikit sih." katanya di sertai senyuman manisnya dan tak sungkan memberikan Arka ciuman di pipinya.

Sepanjang film berlangsung keduanya lebih sibuk bermanja-manja ria di bandingkan menonton film yang sedang di putar depan layar lebar itu. Entah kenapa Alena lebih menyukai Arka yang sekarang, sedikit omes alias otak mesum tapi Alena suka dengan semua yang baru itu.

TBC.
Jangan lupa tinggalkan jejak..

My Boyfriend Is Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang