Matahari telah terbit memasuki cela-cela jendela besar, langit seakan mengerti ia memperlihatkan keindahan di alam semesta, cuaca hari ini sangat mendukung tidak mendung dan tidak pula terlalu panas.
Gadis itu mulai mengerjapkan kedua matanya, bola matanya mengitari langit-langit diatasnya. Ah! ia baru sadar bahwa semalam ia menginap di rumah Arka.
Suara gemercik air terdengar jelas di panca inderanya, matanya terbelalak melihat apa yang barusan ia lihat. Seorang pria keluar dari bilik kamar mandi hanya dengan bertelanjang dada, mampu membuat ia menelan salivanya.
"Akhh.. Ih.. ngapain omdud ada disini, sana pergi!" ucapnya seraya melempar bantal kearah Arka.
"Hey apa-apaan kamu ini, di apartemen ini hanya ada satu kamar mandi yaitu di kamar saya!"
"Sana masuk kamar mandi lagi! Enggak malu apa udah tua juga," secepat mungkin Arka memasuki kamar mandi kembali, ia menutup pintu tersebut untuk dijadikan tempat bersandarnya.
"Al bagaimana saya mau pakai baju? Kalau baju saya saja ada di lemari semua?" ujarnya di balik pintu.
"Terus gue harus ngambil baju buat omdud gitu?"
"Please Al, kamu mau saya keluar lagi,"
"Eh.. eh jangan iya.. iya aku ambilkan."Sebenarnya ia sangat malas harus memilihkan baju untuk Arka namun apa boleh buat bisa-bisa ia di terkam, bagaimanapun juga Arka adalah pria dewasa ia paham betul. Matanya terbelalak ketika melihat celana dalam Arka, secepat mungkin ia mengalihkan pandangannya.
Gedoran pintu cukup keras dari luar berhasil membuat orang yang di dalamnya cukup tersentak.
"Apa sih?"
"Ini bajunya! Sana cepetan ganti ngelamun mulu di dalem!"
"Iya-iya."Tak butuh waktu lama bagi Arka memakai bajunya, kini ia tengah memperhatikan wanita yang tengah membuka buku yang bertuliskan The Wedding yang isinya hampir foto-foto pernikahan Arka dan Nisa.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Arka.
Bebp! Alena menutup keras buku itu.
"Enggak lagi ngapa-ngapain"
"Masa?"
"Beneran,"
"Bohong!"
"Ya udah,"
"Itu apa?"
"Buku?"
"Berarti lagi apa?"
"Bacalah,"
"Emang isinya tulisan,"
"Ih! Bawel banget sih!" ucapnya seraya beranjak dari sofa, namun langkahnya terhenti saat ia melihat sesuatu di nakas kecil yang berada di pojok."Helm gue? Kok bisa ada disini?" seraya mengambil helmnya.
"Omdud!"
"Apa?"
"Omdud ya yang mencuri helm aku?"
"Ngapain juga sih nyuri helm kamu itu,"
"Buktinya ini ada di kamar omdud?"
"Kamu lupa,"
"Lupa apa?"Arka menghampiri Alena, mempersempit jarak keduanya namun terhalang helm yang berada di dada Alena.
"Aku ada cerita, dulu pernah ada seorang wanita yang tiba-tiba masuk ke dalam mobil aku, terus dia mohon-mohon buat di bantuin lari dari kejaran polisi. Ah!" pekik Arka.
Alena yang mendengar cerita Arka, ia langsung mencubit pinggang kanan Arka yang ada di hadapannya.
"Kamu?"
"Apa!"Alena secepat mungkin mengalihkan wajahnya kearah balkon, ia tak ingin menatap bola mata hitam Arka tersebut.
"Kamu tahu Al, saya sangat berterimakasih pada helm kamu itu," katanya seraya menyentuh pundak Alena.
"Makasih.. untuk apa?"
"Karena setelah membaca stiker di helm kamu itu, saya benar-benar jatuh cinta kepada pemiliknya." ujarnya yang berhasil membuat Alena yang mendengar, ia langsung menatap helm yang kini ada di dekapan tangannya.
Jangan di sentuh nanti cinta yang punya jomblo.
●●●
Terimakasih.
Jangan lupa vote dan komentarnya..
Jangan jadi silent reader ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is Duda (END)
RomanceSeorang gadis berusia 22 tahun tengah mencoba menaklukan hati Pria yang ternyata berstatus seorang duda. Pertemuan yang tidak disengaja membuat jalinan hubungan mereka semakin dekat. Sampai akhirnya keduanya terjerat dalam permainannya mereka sendir...