Flashback.
Malam itu Alena mendapatkan telfon dari ayahnya, ayahnya meminta Alena untuk pulang ke Jogjakarta.Jujur pada saat itu Alena benar-benar sangat malas untuk pulang ke Jogja sekalipun itu hanya sementara tapi ia juga tidak di pungkiri bahwasanya ia sangat merindukan bundanya.
Rumah yang cukup besar bercorak kekeratonan, adat budaya masih mereka pakai sampai sekarang dari zaman nenek buyutnya bahkan sampai sekarang, masih sangat tercium khas Jogjakarta.
Alena memutuskan untuk menginap beberapa hari di Jogja, entah apa yang menyebabkan ayahnya memintanya untuk pulang, ia menghabiskan waktunya bersama bundanya, dari berbelanja kebutuhan dapur, memasak, membuat kue dan masih banyak lagi.
Namun sampai sekarang ia tidak melihat keberadaan adiknya yaitu Andin, kemana dia sebenarnya? Apakah ia tidak ingin sama sekali bertemu dengan kakaknya ini?.
"Bunda, Andin kemana ya?" Alena memberanikan diri menanyakan hal itu kepada bundanya.
"Andin.. Oh itu dia lagi sedang di rumah eyang mu," kata bundanya. tapi Alena bisa melihat dengan jelas raut kebingungan. Apakah ada yg mereka sembunyikan dari dirinya.
Jujur saja Alena dari dulu sangat dekat dengan Andin, karena Andin satu-satunya saudaranya. Namun ketika Andin berusia 13 tahun dan dirinya 16 tahun memasuki sekolah tingkat SMA, ia dan andin sudah tak seperti dulu. Andin lebih banyak di kamar bahkan Alena sering dititipkan di rumah eyangnya.
Bahkan ayahnya menyuruh Alena kuliah di jakarta. Aneh bukan apa yang sebenarnya yang sedang mereka sembunyikan.
Alena masih mempunyai nenek Winata yang sering dipanggil eyang beliau adalah ibu dari ayah Alena.
Hari itu ia berkumpul di ruang keluarga yang terdapat di ruang tengah, terdapat ayahnya yang tengah membaca koran dengan kaca mata favoritnya dan terjadilah kegaduhan di dalam ruangan itu. Kesabaran Alena benar-benar tengah di uji, sampai ia sudah benar-benar tidak tahan dengan semua peraturan ayahnya. Alena hanya mengutarakan keluhannya akan kuliahnya tapi Andry ayahnya itu malah menyuruhnya untuk menikah. Ia sangat membenci sikap ayahnya, apalagi menyuruhnya untuk menikah. Gila! Kenapa tidak Andin saja.
Off Flashback.
***
Perempuan cantik berambut panjang itu yang sengaja membiarkannya rambutnya terurai, berbalutkan mini dress berwarna maroon berpadu dengan sepatu kets berwarna putih menambah kecantikannya di siang hari yang lumayan cukup panas.
Dia tengah berdiri di pinggir trotoar seraya menenteng tasnya berwarna merah berukuran minimalis mungkin hanya terdapat beberapa helai baju di dalam tas itu. Alena memutuskan untuk pulang ke Jakarta, ia tidak tahan berada di rumah angker itu bisa-bisa kepalanya pecah jika harus berdebat terus-terusan dengan ayahnya. Meskipun bundanya meminta dia untuk tidak pergi, namun bukan Alena namanya jika ia sudah memutuskan A ya A tidak akan ada yang bisa merubah keputusannya sekalipun itu bundanya.
Alena melambaikan tangannya ketika ia melihat kendaraan beroda empat yang bertuliskan taksi, baru saja taksi berhenti di hadapannya, namun dengan sigap pria berbadan kekar berbalutkan kemeja abu-abu lengan pendek berpadu dengan celana jeans hitam itu tiba-tiba hendak menarik handle pintu mobil tapi Alena cukup sigap ia menghalangi tangan kekar yang hampir saja menggapai handle pintu mobil, hingga kini mereka saling menatap. Entah apa yang membuat mulut Alena terperangah menatap pria yang baru saja melepas kaca mata hitam yg melekat sempurna di mata elangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is Duda (END)
Storie d'amoreSeorang gadis berusia 22 tahun tengah mencoba menaklukan hati Pria yang ternyata berstatus seorang duda. Pertemuan yang tidak disengaja membuat jalinan hubungan mereka semakin dekat. Sampai akhirnya keduanya terjerat dalam permainannya mereka sendir...