Bab 4 - Helm Siapa

7.8K 270 11
                                    

Jangan di sentuh nanti cinta, yang punya jomblo.

---

Kini Alena tengah berada di dapur tepatnya duduk di meja makan yang berbentuk persegi panjang berdiameter 140 m, sudah terhidang beraneka ragam makanan yang tersedia di meja persegi tersebut. Restoran kali ah beraneka ragam makanan.

Alena duduk di samping neneknya, yang sedari tadi menikmati makanannya sedangkan Alena ia hanya menatap kosong piring yang ada di hadapannya. Ya, ia masih memikirkan scoopy pink kesayangannya. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah dia baik-baik saja.

Setahu Alena scoopy pink miliknya di bawa polisi gemuk dan kurus itu. Ah! percuma saja ia kabur dari kejaran polisi sampai ia rela berlomba lari maraton, sampai ia juga bertemu dengan pria jelek itu tapi pada akhirnya motornya tetap saja di bawa ke kantor polisi.

Alena masih larut dalam lamunannya, sampai ia tersentak akan tangan halus namun berkeriput menyentuh pundaknya. Neneknya mengusap pelan bahu Alena karena sedari tadi ia perhatikan cucunya itu tidak menyentuh makanannya sama sekali.

"Marisa,"
"Iya Nek,"
"Kamu ini kenapa dari tadi Nenek perhatiin ngelamun mulu, sampai-sampai makananmu itu kamu abaikan, kasihan dia," tutur neneknya.

"Ih Nenek lebay deh ini kan cuman makanan sampai kasihan segala, iya-iya ini Marisa makan nih," seraya mengambil sesuap nasi di sendok lalu melahapnya dengan terpaksa.

"Sebenarnya apa yang kamu pikirkan Marisa, cerita sama Nenek?" ujar Neneknya dengan raut wajah khawatir.

Bagaimana mungkin Alena menceritakan kejadian tadi siang, Alena sadar sebenarnya ini murni kesalahannya andai saja ia bisa bersabar sedikit, tanpa harus menerobos lampu merah tadi mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini.

"Marisa,"
"Iya nek?"
"Kamu kenapa?"
"Sebenarnya..,"

Alena menceritakan semua kejadian siang hari tadi sampai sang nenek terkejut mendengar penuturan cucunya. Alena ini benar-benar nakal, umpat nenek Ningrum dalam benaknya.

"Nenek mau kan bantuin aku, please nek selamatkan scoopy pink kesayangan aku please. Kalau enggak ada dia hidup aku hampa Nek," kata Alena seraya menunjukan puppy eyesnya.

Tidak ada seorang nenek yang tega melihat cucunya dalam masalah, kalau ia bisa membantu kenapa tidak bukan memang benar ya. 'Nenek ku pahlawan ku.'

"Iya nenek akan bantu kamu, tapi kamu harus janji jangan bersikap seperti itu lagi kamu harus ikuti aturan lalu lintas," kata Neneknya yang menasehati Alena.
"Siap bos." seraya memberi tanda hormat kepada sang nenek.

***

Arka baru saja sampai di apartemen miliknya yang terdapat dilantai 8 seraya menenteng helm berwarna pink, sejujurnya ia masih kesal atas kejadian tadi siang. Arka melempar sembarangan jas hitam miliknya, ia menghempaskan tubuh atletisnya ke sofa kebesarannya yang terdapat di sudut kamar, melonggarkan dasi yang teterah di kerah kemeja maroon kesayangannya.

Malam semakin larut, matanya mulai sayup namun tanpa sengaja mata elangnya menatap helm berwarna pink yang tepat berada di sampingnya. Entah, Arka dapat darimana helm itu yang pasti itu bukan miliknya.

Arka mendapatkan helm pink tersebut di dalam mobilnya.

"Helm siapa sih ini? Kenapa bisa ada di dalam mobil. Tapi, hanya wanita aneh itu yang terakhir bersamaku di mobil." Arka mengeritkan dahinya ketika ia membaca stiker yang terpasang di helm pink itu.

My Boyfriend Is Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang