16; berhenti

605 128 99
                                    

typo ignore.

seneng bngt part kmrin bnyk yg komen, hehehehe. terimakaciii🙌

****

Vandra senyum waktu Sabrina akhirnya milih buat ikut.

"Tapi bawa cardigan ya? Saya cuman takut kamu ke dinginan di sana. Soalnya ada yang outdoor acaranya," katanya tatap Sabrina intens.

Sabrina ngangguk, dia gak jawab karena masih kesel sama Vandra.

"Mama, Sabrina pinjem cardigan satu ya?" kata Vandra.

"Iya sayang, tinggal pilih aja," jawab mama.

Vandra bantu Sabrina buat pilih cardigan, pria itu sudah siap kan dari tadi, jadi sekarang tinggal Sabrina, sebentar lagi mereka akan berangkat.

"Mau yang ini?" tawar Vandra.

Sabrina ngangguk pelan. "Jangan marah terus sayang, ngomong jangan cuman kasih jawaban pake gerak tubuh aja," kata Vandra.

"Iya," jawab Sabrina pendek.

Vandra hela nafas pelan, dia cubit pipi Sabrina pelan. "Ya udah ma, kita berangkat dulu ya?"

"Iya, hati-hati di jalan. Jaga Sabrina ya." Vandra ngangguk.

Setelah selesai pamitan, keduanya berjalan beriringan buat ke depan.

"Ini sepatuku gak apa-apa?" tanya Sabrina nunjuk sepatunya. Gak ada yang salah sebenernya, cuman Sabrina kadang emang pemilih banget, takut gak cocok aja.

"Gak apa-apa. Kalau kamu mau nanti kita beli dulu aja, mau?"

"Nggak. Yang ini aja."

"Ya udah."

"Emang acaranya sampai jam berapa? Besok aku kerja, mas," kata Sabrina sambil pasang seatbelt.

"Saya juga kurang tahu, tapi nanti kalau kamu mau pulang bilang aja ya?"

"Ya udah."

"Saya juga kan kerja besok," ucap Vandra.

"Heem, suruh siapa ikutan libur, nanti weekend masuk kerja?"

"Ya nggak lah. Ikutan libur."

"Kok gitu?"

"Ya gak apa-apa, terserah saya aja."

"Oh ya, aku lupa. Baik Pak bos."

Vandra reflek ketawa, "Apa sih," jawabnya malu dipanggil begitu.

"Kan emang iya, pak bos."

"Iya terserah kamu aja."

Sabrina ketawa kecil. Setelah itu hening, gak ada yang buka pembicaraan.

"Kalau kita nikah nanti kamu gak usah kerja, di rumah aja ya?" Sabrina natap Vandra bingung.

"Nikah?" tanyanya kaget.

Vandra natap Sabrina sebentar, setelah itu fokus lagi ke jalan. "Mungkin?"

Sabrina putar bola matanya malas. "Kebiasaan," gumamnya pelan.

Vandra ketawa lagi, "Ya kan gak ada yang tahu kedepannya gimana? Siapa tahu besok saya meninggal dunia kan?"

"Ngomongnya itu loh, jangan begitu, jelek," omel Sabrina langsung sambil cubit bibir Vandra.

Vandra senyum lebar, sengaja dia ngelantur mau lihat Sabrina masih marah sama dia atau nggak, ternyata nggak kalau dia udah peduli lagi.

"Ah ya, nanti kalau temen kamu nanya aku siapa, kamu jawab apa?" tanya Sabrina.

Vandra ; ekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang