Typo ignore.
****
Setelah di chat tadi, Vandra beneran bakal datang ke rumah Sabrina. Dia tadi kasih pap lagi di jalan. Padahal jam udah nunjukin pukul 10 malam.
"IBUU, KOK IBU IZININ MAS VANDRA KE SINI??" teriak Sabrina di kamarnya yang kedengeran sampe ruang tamu.
Gadis itu buru-buru keluar kamar nyamperin ibu, bapak sama Randi yang lagi nonton tv.
"Ya gak apa-apa dong. Ibu kan kangen Vandra," jawab Ibu pas Sabrina udah duduk.
"Ish, pak tuh liat istrimu, kangen kok sama cowok lain."
Bapak yang denger cuman hela nafas aja. Dua wanita ini emang suka rusuh.
"Ya gak apa-apa dong. Vandra kan calon mantu ibu," kata ibu lagi.
"Vandranya aja ngegantungin Sabrina, ini pake di akuin calon mantu," gumam Sabrina.
"Bang Vandra mau ke sini?" tanya Randi yang tadi fokus sama ponselnya.
"Iya."
"Asik, bisa minta uang nih," katanya kurang ajar.
"Lu adik sapa si? Nyebelin banget anjing."
"Sabrina, kamu itu perempuan, bahasanya dijaga bisa? Malu sama anak tetangga yang alim, bagus tutur bahasanya," tegur bapak.
Randi ketawa dengernya. Mampusss tuh! Punya kakak kayak kak ros sih. Galak.
"Ya tapi kan, Randi yang mulai duluan pak. Kok Sabrina aja yang dimarahin?" tanyanya tidak terima.
"Kamu udah besar, harusnya ngasih contoh yang baik buat Randi. Bukan begitu," jawab bapak.
Sabrina diam menyebikkan bibirnya ke bawah. Siap mau nangis. Dia paling gak bisa kalau udah kena tegur bapak.
"Kamu juga Randi. Usil terus kerjaannya. Sama kakak sendiri itu gak boleh begitu," lanjut bapak.
"Iya Pak, Randi becanda juga. Kakaknya aja yang baperan, galak lagi," kata Randi.
Sabrina masih diam, gak mau jawab. Dia jadi gak mood. Gak peduli sama ucapan Randi.
"Baru juga dibilangin jangan usil, malah usil lagi. Liat, kakak kamu jadi gak mau ngomong," ujar ibu.
Randi ketawa lagi, "Ya bagus, biar dia diem."
"Randi!" Randi nyengir waktu bapak melotot sama dia.
Gak lama, suara bel rumah bunyi. Udah pasti itu Vandra. Sabrina bangun dari duduknya, bukan mau buka pintu, tapi malah jalan ke kamarnya.
"Loh? Sabrina itu buka pintunya!" kata ibu tapi Sabrina milih acuh.
"Tuh, Sabrina beneran marah pak!" dumel ibu.
"Anakmu itu emang susah kalau dibilangin," jawab bapak.
Ibu cuman hela nafas. Padahal keras kepala Sabrina nurun dari dia. Setelahnya Ibu jalan ke pintu utama, bukain pintu buat Vandra.
"Eh Vandra."
Vandra cuman senyum aja, dia salamin tangan ibu. "Hai ibu, bagaimana kabarnya?" tanyanya.
"Baik, kamu gimana sayang?" tanya ibu balik.
"Baik juga."
"Ya udah, ayo masuk." Vandra ngangguk, keduanya jalan ke ruang keluarga setelah ibu tutup pintu lagi.
Vandra senyum ke arah bapak sama Randi. Dia juga salamin bapak sama adek Sabrina itu.
"Duduk dulu, ibu ambil minuman buat kamu. Teh atau mau kopi, atau susu?" tanya ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra ; ek
Romance[M] Vandra heran, kenapa ada wanita modelan Sabrina. Agresif nomor satu bagi wanita itu. "Mau cium." "Tahu tempat Sabrina." "Ya terus? Orang kan gak bakal peduli. Lagian biar dunia tahu kalau Vandra punya Sabrina seorang." "Kamu gak punya malu?" "...
