28; hancur

604 98 44
                                    

typo ignore.

maaf ya, kalau book ini gak sesuai ekspetasi kalian :)

****

Detik, menit, jam, hari, minggu bahkan bulan pun dilewati dengan suka duka.

Gak kerasa hubungan Rian sama Sabrina berjalan udah tiga bulan aja. Sabrina gak bakalan nyangka kalau dia bisa bertahan sama Rian.

Tapi, akhir-akhir ini mereka jarang ketemu, karena memang sibuk di urusan dan dunia masing-masing. Hanya sekedar saling mengirim pesan saja, bahkan terkadang, weekend sekalipun, Rian tidak bisa antar jemput Sabrina, karena tugas sekolah pria itu dan persiapan di sekolah lainnya.

Sabrina harus paham, begitupun Rian. Keduanya terpaksa harus saling terpisah karena kesibukan mereka.

Saat dua bulan berjalan, Rian sempat meminta putus, dia bilang kalau dia ngerasa cuman bayang-bayang buat Sabrina.

Apalagi, Sabrina juga punya banyak teman laki-laki, kadang buat Rian cemburu. Bahkan dengan Ardi pun dia cemburu.

Waktu itu, Ardi sakit, dan pacarnya ada di luar kota. Dengan senang hati, Sabrina bantuin tugas pacarnya Ardi itu buat selalu cek keadaan Ardi. Karena Ardi emang hidup sendiri di sini, dia bukan asli orang sini, jadi dia kost dan jauh sama keluarga di sana.

Sebagai teman yang baik, Sabrina suka mampir saat Ardi sakit. Bahkan disengaja dan sangat menyempatkan diri untuk jenguk Ardi.

Dari sana Rian cemburu, sejak itu Sabrina lebih fokus pada Ardi. Namun akhirnya Rian sadar, kalau dia itu cuman ditutupi rasa cemburu tanpa lihat dari sisi pandang Sabrina.

Setelah itu, hubungan keduanya kembali membaik. Namun, seminggu kemudian, Rian lagi-lagi dihantui rasa cemburu ketika tanpa sengaja melihat chat Sabrina dengan Yoga.

Dari sana, Rian jadi jarang buat ngabarin Sabrina, tapi dia gak minta putus kayak waktu ke Ardi dulu, karena dia takut nyesel. Jadi dia milih buat kasih space ke hubungan mereka selama seminggu.

Dan ya, mereka kembali membaik. Tiga bulan, terasa sebentar namun lika-liku hubungannya sangat terasa.

Sampai saat ini, Rian gak tahu soal Vandra. Wanitanya nutup rapat Vandra. Setiap Vandra kirim pesan ke Sabrina, wanita itu selalu langsung hapus.

Tapi sekarang semuanya terjawab, waktu Rian niat nyamperin kekasihnya itu dia harus natap pemandangan yang bikin dia sakit hati di dalam sana.

"Sayang?" ujar Rian sedikit bergetar.

Sabrina dan Vandra natap ke arah samping, di sana ada Rian yang bawa bucket bunga, niatnya emang mau kasih kejutan, karena hampir seminggu gak ketemu, Rian sibuk di sekolah sama kegiatan yang dia ambil, makanya jarang ada waktu buat Sabrina.

Tapi sekarang, niatnya hancur waktu dia lihat Sabrina tengah berciuman dengan pria lain. Yang dia yakinin Vandra.

"Rian...." Sabrina kelabakan, dia langsung nyamperin Rian dan tepis tangan Vandra di pinggangnya.

"Rian, kamu... kamu salah paham, aku jelasin ya? Sayang?"

Rian gak jawab sama sekali, tatapan dia kosong natap Sabrina. Hatinya sakit banget kalau boleh jujur.

"Kamu kok jahat sama aku?" tanya Rian.

Air mata pria itu keluar, "Kak, aku beneran tulus, tapi yang kakak kasih apa?"

Sabrina ikut menangis, "Gak Rian, kamu salah paham, dengerin penjelasan aku dulu."

"Mau jelasin apalagi? Aku harus salahin pria ini? Sedangkan kakak sendiri? Kakak nerima ciuman itu, aku lihat kak. Aku punya mata, aku gak perlu denger dari orang lain, kakak sendiri yang ngasih liat."

"Rian, please... Ayo masuk, kakak jelasin."

Rian gelengin kepalanya, dia langsung kasih bucket bunganya ke tangan Sabrina.

"Mungkin ini kenangan terakhir. Maaf kak, yang ini nyeseknya sampe ke ulu hati," katanya. Setelahnya dia pergi dari sana.

Sabrina coba kejar Rian, tapi tangannya di tahan Vandra.

"Puas lo anjing?" teriak Sabrina di depan wajah Vandra.

"Tiga bulan hilang, sekarang lo datang lagi ke sini mau ngapain?"

"Gak puas lo hancurin hidup gua?"

"Cukup hati gua yang lo hancurin anjing, dunia gua jangan."

"Lo brengsek banget."

Tangis Sabrina semakin pecah setelah luapin semuanya di depan wajah Vandra.

Tadi, pria itu tiba-tiba datang ke rumahnya dan bilang nunggu di luar rumah. Mau tidak mau Sabrina harus samperin, karena ibu juga nyuruh, katanya kasian. Vandra juga tamu.

Vandra peluk Sabrina erat, meski dia harus dapat pukulan di punggung dan dadanya.

Vandra gak ngomong sama sekali, dia juga sama kagetnya waktu tau ternyata Sabrina punya kekasih. Selama tiga bulan ini, dia kira Sabrina gak jalin hubungan bareng pria lain.

Di sini, Vandra juga sama sakitnya. Selama tiga bulan ini dia beneran pake buat introspeksi diri dan yakinin perasaannya itu.

Dan sekarang dia bermaksud datang ke rumah wanita itu karena mau merubah semuanya. Buat lembaran baru dari awal, tapi ternyata fakta lain dia dapat.

"Saya bahkan gak tahu kalau kamu punya pacar, Na. Kalau kamu ngomong, saya gak bakalan datang ke sini."

Sabrina gak jawab, di sini dia juga sama salahnya karena dia selalu hide Vandra kalau dia bikin postingan tentang Rian.

Sabrina punya alasan kenapa dia begitu. Dia gak mau kalau Vandra bakalan interogasi dia lagi, kayak ke Yoga dulu.

"Saya kaget, dan saya kecewa. Jujur, saya selama tiga bulan ini beneran saya gunain buat benerin hidup saya, dan yakinin hati saya, kalau saya juga punya perasaan yang sama kayak kamu."

"Tapi ternyata, kamu sebaliknya ya? Kamu malah coba buat lupain perasaan itu ke saya, padahal saya lagi coba tumbuhin."

Sabrina kembali menangis keras, perasaan dia hancur. Dia sayang Rian, tapi denger ucapan Vandra barusan, bikin hati dia menghangat lagi.

Sabrina ngerasa dia lebih brengsek, karena dia egois mau dua pria sekaligus.

"Kamu tenangin diri kamu, setelah itu kamu bisa ceritain semuanya ke saya, bisa kan?"

"Setelah kamu ceritain semuanya, kamu bisa milih, mau bareng Rian atau coba buka lembaran baru bareng saya."

"Saya gak bakalan maksa lagi, diri kamu punya kamu, jadi pilihan ada di tangan kamu."

"Saya juga bakalan terima semua keputusannya."

Vandra ajak Sabrina masuk ke dalam rumah, mata wanita itu sembab. Ibu kaget lihat anaknya, Vandra ceritain semuanya, dan ibu juga sama kagetnya.

Ibu fikir, Sabrina ngasih tahu Vandra kalau dia punya hubungan bareng Rian, tapi ternyata tidak.

Di sini, Sabrina beneran hancur karena pilihan dia sendiri.

****

sabrina, kamu ini knp😔
ninis cepetin biar cepet tamat😘

Vandra ; ekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang