typo ignore.
oot ni, kalian pernah gak si di cap judes cmn gara-gara lirikan mata aja?
****
Ruangan itu penuh sama asap rokok sekarang, bahkan disana juga kecium bau dari alkohol.
"Van, lo gak mau cerita?" tanya Jack.
Iya, Vandra gak langsung pulang setelah dari rumah Hani. Milih pergi ke apartemen Jack. Diantara Jimmy, Vante, dan Saga, cmn Jack yang paling dewasa kalau ngasih saran.
"Sabrina," cicit Vandra.
"Kenapa? Berantem lagi? Kali ini apa? Kalian ini pacaran aja kagak, berantem kayak udah punya komitmen erat aja, kalian pernah having sex?"
"Gak lah anjing." Vandra langsung ngelak.
"Gua gak percaya sumpah. Sikap lo tuh berasa kayak ada ikatan banget sama dia, padahal dulu sama Nata lo gak kayak gini, Van."
"Serius anjing."
"Selow dong Van. Anjing mulu." Jack putar bola matanya malas.
"Niat lo ke sini mau ngapain? Bawa nikotin sama alkohol ke tempat suci gua," tanya Jack.
"Gak usah so suci," balas Vandra sambil berdecak.
Jack ketawa. "Gua serius nanya, kalian kenapa?" tanya Jack coba balik ke topik awal.
Vandra diam sebentar, dia juga hisap nikotin yang bikin dia kecanduan itu. "Sabrina berhenti," katanya to the point.
"Berhenti?" Jack jelas gak ngerti, maksud Vandra apa.
"Berhenti sama gua, maksudnya tuh perjuangin gua."
Jack jelas ketawa. Vandra natap Jack tajam. "Gak lucu ya Jack."
"Oke sorry. Tapi ya emang lucu aja si. Kok lo mau dia yang berjuang? Padahal lo kan lakinya."
"Gender gak menutup kemungkinan buat siapa yang berjuang kan? Selama orang itu fine-fine aja, dia pasti bakal berjuang buat dapetin apa yang dia mau," argumen Vandra.
"Sabar ada batasnya kali, Van." Kini Jack ikutin Vandra yang sedari tadi hisap nikotin.
"Gua udah bilang sama dia dari awal kalau dia pilih gua itu sebuah kesalahan, dia cuman bakal dapet sakitnya aja," jelas Vandra.
"Itu dia pointnya bodoh. Kalau sekarang lo sama sakitnya, berarti lo juga lagi rasain rasa sakit yang lo buat sendiri," jawab Jack.
Vandra diam termenung, mencoba buat analisis jawaban Jack barusan.
"Maksud lo gua cinta sama dia?"
Jack gangkat bahunya pelan, "Gua gak tahu. Yang rasain lo, Van. Bukan gua atau yang lain. Jadi yang jelas tahu itu ya cuman lo."
"Tapi gua gak yakin."
"Mau sampe kapan? Gua juga denger cerita dari Jimmy. Bener kata Jimmy, lo tuh cuman denial sama perasaan sendiri, bego."
"Kapan lo sadar, Van? Sampe Sabrina baru beneran nikah sama orang lain? Misalnya sama Saga gitu, hah?" lanjut Jack.
"Anjing kok Saga lagi sih? Perasaan gua udah bicara empat mata sama Saga buat dia gak deket-deket sama Sabrina." Vandra langsung natap Jack gak suka.
"Ck, lo kenal Saga berapa hari sih? Kita udah temenan dari sekolah kali, kayak gak tahu aja Saga kayak gimana," balas Jack natap Vandra dengan wajah mengejek.
Vandra berdecak, setelah itu diam tidak menjawab.
"Wajar Sabrina begitu, selama kurang lebih setengah tahun, lo kasih sikap yang narik ulur begitu sama dia," kata Jack.
"Wanita itu butuh kepastian, Van. Bohong kalau wanita bilang mau nunggu atau berjuang. Mereka emang bakalan nunggu atau berjuang, tapi kalau yang selama ini mereka tunggu dan perjuangin itu tahu akhirnya bakal sia-sia, mereka pasti bakal berhenti. Sabar ada batasnya. Dan selama dia nunggu juga, siapa tahu rasa yang selama ini hadir ternyata diganti sama rasa benci karena sakit hati gimana? Kadang perasaan itu bisa sebaliknya, Van. Yang benci jadi cinta, yang cinta jadi benci. Lucu kan? Iya kayak lo, lucu banget, udah tahu gak mau kehilangan tapi gak ngasih kepastian." Jack ketawa diakhir.
"Anjing emang." Vandra mengumpat.
"Gua juga punya alasan, Bang." Jack natap Vandra intens ketika suara Vandra berubah bergetar.
Usia Vandra sama Jack emang beda 2 tahun sebenernya. Cuman ya, karena udah deket, Vandra kadang emang kurang ajar, gak mau panggil Jack itu abang.
Jack usap pelan punggung Vandra yang bergetar. Vandra beneran sedih ternyata, dia jadi nyesel kasih lelucon yang nyudutin dia terus tanpa tahu sudut pandang Vandra.
"Bang, gua gak mau hancurin dia. Lo tahu kan kenapa gua putus sama Nata dulu? Itu karena gua hancurin dia. Gua frustasi sama diri gua sendiri bang. Gua hancurin dia dengan sikap gua yang emang begini, seenaknya sama orang dan gak pernah fikirin perasaan orang lain, bahkan pacar sendiri, orang yang selama ini gua sayang."
"Gua selalu ibaratin kalau wanita itu kaca. Kalau yang gua pegang bisa hancur, makanya gua gak mau pegang Sabrina, karena Sabrina itu kaca baru yang harus gua jaga." Tangis Vandra semakin pecah.
"Tapi mungkin lagi-lagi cara gua ngejaga kaca itu salah, makanya sekarang kaca itu juga pecah tanpa gua pegang, bang."
"Van, lo beneran hancur?" tanya Jack natap Vandra yang terus nunduk.
Jack langsung peluk Vandra erat. Bahu Vandra bergetar, tangisnya kali ini lebih lepas dibanding tadi saat di mobil.
"Gua tahu gua salah, tapi apa alasan gua dan pemikiran gua juga ikut salah bang? Cara gua salah lagi?"
"Mama gua sendiri aja pernah gua hancurin, bang."
"Van, tenang." Jack usap punggung Vandra kasih ketenangan disana.
"Gua emang gak cocok buat jaga wanita kali bang."
"Jaga omongan lo, sembarangan banget." Jack langsung ngomel.
"Gua mau sendiri aja terus sampe mati."
"Anak anjing, maksud lo apaan ngomong begitu. Lo bilang mau punya anak sebelas biar bikin club sepak bola."
Vandra ketawa pelan denger itu, Jack ini emang mood banget buat Vandra. Sikapnya itu bikin Vandra nyaman kalau cerita sama Jack.
"Kasian yang jadi istri gua doang, bang."
"Ya itu sih derita istri lo nanti."
Vandra ketawa lagi, dia lepas pelukan Jack, terus ambil tissue yang ada dimeja.
Vandra hela nafas, "Sabrina punya tempat sendiri di sini bang," katanya sambil usap dadanya pelan.
"Meski kita gak ada ikatan, tapi di hati ini ada nama Sabrina," lanjutnya.
"Gua gak bisa ngasih saran atau masukan banyak. Tapi coba kasih space, Sabrina juga emang butuh waktu, begitupun lo, Van."
"Sebisa mungkin saling introspeksi diri aja, apa yang salah diantara kalian. Kalau kalian emang ditakdirkan bersama, gua yakin kalian pasti bakalan nyatu," kata Jack.
Vandra ngangguk pelan, "Do'ain gua bisa bang. Soalnya mau gimana pun, adanya Sabrina udah bikin gua terbiasa."
Jack ngangguk yakin. "Yakali gua gak do'ain lo, Van."
"Makasih, bang. Udah mau dengerin curhatan gua," kata Vandra tulus.
"Jujur gua kaget tadi pas lo manggil gua bang, hahaha." Jack ketawa.
Vandra ikut ketawa dengernya. "Iya Jack, kayak gak tahu gua aja. Kalau lagi ada maunya biasanya manggil bang."
"Yeu, asu emang." Jack langsung berhenti ketawa waktu Vandra manggil dia dengan nama lagi.
****
jadi gmn nih setelah denger dari sudut pandang vandra? masih tim sabrina atau vandra? atau tim mana nih? hahaha.
anw, terimakasih buat comment dan votenya yaa💗💗.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra ; ek
Romantik[M] Vandra heran, kenapa ada wanita modelan Sabrina. Agresif nomor satu bagi wanita itu. "Mau cium." "Tahu tempat Sabrina." "Ya terus? Orang kan gak bakal peduli. Lagian biar dunia tahu kalau Vandra punya Sabrina seorang." "Kamu gak punya malu?" "...