33; bad romance

716 102 10
                                    

typo ignore.

****

"Nat, bisa kan kita ketemu, nanti?"

"Bisa, sekalian ajak calon kamu, ya."

"Mas, kita mau ketemu siapa?" tanya Sabrina waktu keduanya udah duduk di kursi di salah satu restoran.

Sekarang jam makan siang, jadi restoran cukup penuh di sana.

"Ketemu Nata," jawab Vandra.

Sabrina natap Vandra bingung, "Mantan kamu?" Vandra ngangguk.

"Heem," jawabnya senyum tipis sambil usap pelan rambut Sabrina.

"Mau ngapain?"

Vandra natap mata Sabrina dalam, "Kamu calon istri aku, Na. Aku punya sisi buruk di masa lalu. Dan kamu berhak tahu sisi buruk aku apa."

Jantung Sabrina detaknya jadi cepet waktu denger jawaban itu, "Maksudnya gimana?"

"Kamu bisa denger dari Nata nanti."

"Dan kamu juga bisa tahu, apa alasan saya selama ini gak pernah ikat kamu dalam status pacaran," lanjut pria itu.

Sabrina ngangguk pelan, hatinya gelisah. Vandra memang tertutup untuk masa lalunya, setiap Sabrina senggol masa lalu pria itu, dengan sengaja Vandra selalu mengalihkan topik.

"I'm sorry, tadi agak macet." Atensi keduanya langsung natap wanita cantik yang langsung duduk di hadapan keduanya.

"Gak apa-apa, kita juga belum lama di sini," balas Vandra.

"Hai, aku Nata, nice to meet you...."

"Sabrina." Vandra langsung potong ucapan Nata.

"Ah iya, Sabrina. Cantik banget kamu," balas Nata senyum.

Sabrina balas senyum, meski agak canggung sebenarnya. "Kamu gak usah canggung gitu, Na. Aku bukan Jesellyn, kamu tenang aja," kata Nata.

"Ah ya, cuman masih agak kaget aja kalau ketemu sirclenya mas Vandra."

"Iya aku paham, pasti kamu shock. Jangan ambil pusing, anggap aja Jes radio butut yang pantas dibuang."

"Nat, dia juga temen kamu," tegur Vandra.

"Maybe? Aku gak pernah anggap dia teman si sebenernya semenjak kejadian itu, hahaha." Tawa Nata kedengeran kepaksa di telinga Sabrina.

"Yes, i'm sorry for that."

"Gak usah minta maaf, kamu gak salah Vandra."

"Ah, kita pesen makan dulu aja gak sih?" tawar Nata.

"Setuju," balas Vandra.

Sabrina sedari tadi diam, dia gak nyaman banget. Meski Nata bersikap welcome, tetap saja ketakutan masih ada di dalam dirinya.

"Na?" Vandra natap Sabrina yang ngelamun.

Nata narik tangan Sabrina pelan, "Hai? Kenapa?" tanyanya lembut.

"Eh?" Sabrina natap Vandra dan Nata bergantian, lalu senyum kaku.

"Gak apa-apa."

"Sayang kamu kenapa?" tanya Vandra.

Sabrina gelengin kepalanya pelan, "Gak apa-apa."

"Kayaknya kamu gak nyaman adanya aku ya, Na?" tanya Nata.

"Bukan mbak, tapi...."

Nata senyum tipis. "Kayaknya harus langsung ke inti aja biar gak ngulur waktu?"

Vandra ; ekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang