17; you choose the pain

634 115 95
                                    

typo ignore.

seneng bngt, part sblumnya nyampe 50 komen, hiya hiya, thankiesss💗.

****

Vandra coba hubungin Sabrina, tapi selalu dapat tolakan dari gadis itu. Vandra terus jalan buru-buru ke arah parkiran.

Kenapa parkiran kerasa jauh banget waktu keadaan genting kayak begini.

Waktu dia jalan ke arah mobilnya, netranya gak sengaja ngeliat Sabrina yang berdiri di tepi jalan. Dia langsung lari dan samperin wanita itu.

"Na," panggilnya.

Sabrina menoleh sebentar, setelah itu kembali menatap ke arah lain.

Gak lama, ojol pesenan dia datang. Sabrina langsung buru-buru samperin ojol itu dan naik.

"Na, tunggu." Vandra hadang jalan mereka.

"Minggir lo anjing!" kata Sabrina.

"Na astaga."

"Pak ayo jalan aja, gak usah hirauin dia," titah Sabrina.

Mata dia masih ngeluarin air mata, dia bicara kasar juga bibirnya bergetar.

"Sabrina!" teriak Vandra.

Tangis Sabrina pecah lagi, dia tutup wajahnya pake kedua tangan dia. Dia gak peduli lagi sama sekitar, dia mau luapin semuanya sekarang.

"Mbaknya gak apa-apa?" tanya driver ojol.

"Gak apa-apa, rutenya sesuai titik ya pak," jawab Sabrina setelah tangisnya lumayan reda.

Driver ojol itu hanya balas mengangguk aja. Bingung juga, customer dia nangis begitu.

Sedangkan di sisi lain, Vandra gak langsung kejar Sabrina. Karena dia tahu, pasti Sabrina pulang ke rumahnya dengan selamat.

Urusan dia di sini belum selesai, langkah lebarnya jalan ke tempat tadi dia duduk.

"Jesellyn lu bisa tanggung jawab buat semuanya?" tanya Vandra to the point.

"Dia sadar diri dong?" tanya Jesellyn balik.

"Maksud lu ngomong begitu apaan?" tanya Vandra emosi.

"Lu kapan sadarnya si? Lu gak pernah lirik gua Vandra. Apa kurangnya gua? Bahkan gua lebih baik dari dia."

Vandra natap Jesellyn tajam. "Seenggaknya, meski lu punya karir yang baik dari Sabrina, tapi hati sama mulut busuk lu itu bahkan lebih rendahan dari kerjaan Sabrina."

"Percuma lu sekolah tinggi sampe keluar negeri kalau kelakuan dan cara berfikir lu serendahan itu. Kasian orang tua lu yang sekolahin lu tinggi-tinggi kalau lu kayak orang gak berpendidikan."

"Dengan lu gak bisa dapetin gua, lu bisa seenaknya ngejelekin orang yang gua suka, gitu?"

Vandra jawab dengan pipi dan telinga yang merah, dia coba buat gak lepas kendali sama wanita di depannya ini.

"Gua ajak Sabrina ke sini bukan buat Nata cemburu atau balas dendam kayak yang lu bilang. Justru gua ke sini ajak dia biar bisa terhindar dari perempuan kayak lu," lanjut Vandra.

Jesellyn diam denger itu semua. Sasa dan Jo natap Jesellyn kaget.

"Lo suka Vandra?" tanya Sasa

"Parah lo, lo mau tunangan kan?" tanya Jo.

"Gua pulang. Baru kali ini gua gak suka di tempat ini. Soon gua gak bakalan datang lagi." Setelah mengatakan itu, Vandra langsung pergi dari sana.

Sekarang tujuan dia adalah Sabrina, rumah perempuan itu dan jelasin semuanya.

Vandra ; ekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang