Seorang gadis yang tengah terbuai dalam mimpinya menggeliat gelisah, tatkala hangat dan silaunya mentari pagi menyapa sepasang obsidiannya yang masih terkatup sempurna.
"Sudah waktunya bangun, Nona."
"Umhh ... 5 menit lagi, Auntie...," gumamnya di antara sadar dan tidak.
"Tapi Nona, ini sudah lewat dari waktu yang seharusnya. Anda harus bersiap sebelum guru anda datang," ucap sosok—entah siapa—yang membangunkannya itu, masih dengan nada sabar namun tegas.
Sementara sang gadis yang masih di ambang kesadaran mulai dapat menangkap sesuatu yang dirasanya janggal.
Sejak kapan Auntie Ann membangunkanku dengan cara setenang ini? Biasanya dia selalu berteriak-teriak heboh seperti akan tersapu tsunami, bukan?
Dan apa itu tadi? Dia memanggilku nona? Ehh, tunggu ... nona?! NONA?!
SRAAKK!!
Dan seketika gadis itu terbangun. Ia langsung duduk tegak dari posisi awalnya, diabaikannya kepala yang kini terasa pening karena pergerakannya yang mendadak.
Ia menatap tajam sosok pemuda berseragam pelayan yang kini tengah tersenyum simpul.
"Ahh. Akhirnya Anda bangun. Selamat pagi, Nona...," sapa pemuda itu dengan senyum—sok—ramah, menurutnya.
"Siapa kau?!" tanya gadis itu dengan suara rendah menyeramkan. Matanya masih menatap tajam sosok di hadapannya, seakan siap membunuhnya kapan saja.
"Ah, maafkan saya. Saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Michael, saya adalah butler pribadi sekaligus bodyguard Anda mulai hari ini."
Ahh. Pasti ini ulah Auntie lagi. Dia benar-benar keras kepala! Tunggu, siapa namanya tadi? Rasanya terdengar familier?
"Daripada Anda bergelung dengan pemikiran Anda sendiri, lebih baik Anda segera mandi, Nona. Saya sudah siapkan bak mandinya, dan juga ... Anda tahu, Nona?"
Kalimat bernada pertanyaan yang terakhir terlontar itu membuat sang gadis kini menatap penuh tanya ke arah pemuda di hadapannya, meskipun raut wajahnya nyaris tak berubah. Tetap datar tanpa ekspresi.
"Penampilan Anda benar-benar buruk, sama sekali tidak mencerminkan penampilan seorang bangsawan. Lagipula, Anda tidak terlihat menarik meskipun dengan baju seperti itu, karena Anda terlalu 'datar', Nona," ujar sang pelayan dengan wajah innocent-nya.
Butuh beberapa saat lamanya bagi gadis itu untuk berpikir....
Berani sekali dia mengata-ngatai majikannya. Dan apa katanya tadi? Tidak menarik? Datar? Ehh, tunggu, tunggu ... DATAR?!
Ia menunduk, menatap seluruh bagian tubuhnya sendiri yang—pastinya—masih sangat berantakan dengan hanya berbalut piyama tipis nyaris transparan. Seketika itu wajahnya memerah dengan sempurna.
"KELUAR KAU DARI SINI!!! PELAYAN SIALAN!!!"
Dan suara indah yang bisa memecahkan kaca jendela itu membuka paginya yang damai.
#
"GYAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!"
Gadis itu menatap bosan ke arah wanita yang masih saja tertawa tak berhenti di hadapannya. Ia benar-benar kesal sekarang.
"Auntie!! Apa-apaan kau ini?! Aku sudah bilang aku tidak ingin memiliki bodyguard atau semacamnya! Dan kalaupun harus, mengapa harus orang itu?!" Gadis itu mulai kehilangan kesabarannya.
"Berhentilah tertawa! Itu tidak lucu!!" pekiknya lagi.
"Ohh ... my, my, Ice sayang, aku hanya ... dia ... ahhahahahahahaha!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady and the Devil
FanfictionSeolah tak pernah puas akan luka yang telah ia torehkan di masa lalu, sang waktu terus menghempaskan gadis itu hingga hatinya membeku. Rasa sakit dan dendam ... membuatnya terjatuh kian dalam. Ia membenci ..., ia membunuh hatinya sendiri. Hingga seb...