"Semuanya, selamat datang di acara penutupan dari event tahunan Weston High School. Saya selaku kepala sekolah beserta seluruh siswa dan guru dari akademi ini menyambut kedatangan kalian semua dengan hangat."
Aula sekolah tampak sangat ramai malam itu. Semua pasang mata menatap sang Kepala Sekolah yang memberikan sambutan di atas podium yang berada di panggung. Dengan gaya bicara yang santun serta senyuman ramah yang tak luput dari wajahnya, pria paruh baya itu tampak amat berwibawa ketika berbicara.
Di salah satu sisi ruangan, Alice tampak bersandar santai di tembok dengan Michael yang berdiri di sebelahnya, menatap sinis sang Kepala Sekolah yang tengah berbicara di depan sana.
"Dia orang yang licik. Ketika seperti ini, tak akan ada yang menyangka orang seperti apa dia yang sebenarnya."
Michael terkekeh kecil mendengar celetukan sang nona, membuat gadis itu menatapnya kini.
"Kenapa kau tertawa?"
"Yang Anda katakan itu, bukankah sedikit...." Michael tak melanjutkan ucapannya.
Alice yang langsung dapat menangkap apa maksud perkataan butlernya itu kemudian ikut terkekeh sinis, mungkin menertawakan dirinya sendiri.
"Yah, yah, aku tahu. Aku juga seperti itu, bukan?" Gadis itu kembali berceletuk santai. Tampak tak begitu tersinggung oleh ucapan Michael yang sebenarnya sedikit menyindir, jika boleh dikatakan begitu.
"... kalau begitu, silakan nikmati hidangannya."
Pasangan pelayan dan majikan itu kembali menoleh ketika akhirnya Mr. Joanne selesai memberikan sambutannya dan membuka acara malam ini.
"Mau saya ambilkan sesuatu?" tanya Michael menawari sang nona.
Alice menggeleng kecil. "Aku sedang tidak lapar."
Mata gadis itu menjelajah ke seisi ruangan sekarang, dan berhenti pada sosok seorang pria paruh baya yang tampak mendekat menghampiri dirinya dan Michael. Ia menegakkan posisi berdirinya ketika pria itu berhenti tepat di hadapannya.
"Bagaimana pestanya, Nak?" tegur Mr. Joanne ramah, mengabaikan bocah di hadapannya yang kini menatapnya dingin.
"Biasa saja," jawab Alice sembari tersenyum seadanya.
"Kudengar kau juga akan berpartisipasi dalam drama yang akan dibawakan nanti?"
"Begitulah."
Michael hanya diam, menatap tajam sang kepala sekolah yang sedang berbicara dengan nonanya. Wajah tanpa ekspresi itu menyembunyikan sikapnya yang kini sedang sangat waspada. Ia bisa merasakan sesuatu yang tak mengenakkan dari pria paruh baya itu. Sesuatu yang mungkin akan mengancam sang nona.
"Aku harus menyambut tamu yang lain. Sampai bertemu lagi, Nak," ujar Mr. Joanne tak lama setelahnya. "Aku akan menunggumu ...," ucapnya lagi ketika ia berlalu pergi, menyisakan Alice yang menatapnya dingin sementara Michael tampak semakin waspada mendengar ucapannya.
Orang ini mungkin merencanakan sesuatu.
"Ciel!"
Alice menoleh ketika namanya dipanggil oleh seseorang, dan ia mendapati Lizzie menghampirinya bersama Sebastian.
"Ciel, kau imuut sekali," pekik Lizzie kemudian sembari memeluk Alice dengan gemas, membuat gadis itu sedikit gelagapan karena beberapa orang kini memperhatikan mereka.
"Liz, jangan memelukku. Semua orang melihat kemari," tegur Alice sembari coba merenggangkan pelukan dari Lizzie sementara Sebastian hanya menatap keduanya sembari terkekeh kecil. Baginya, ini pemandangan yang biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady and the Devil
FanfictionSeolah tak pernah puas akan luka yang telah ia torehkan di masa lalu, sang waktu terus menghempaskan gadis itu hingga hatinya membeku. Rasa sakit dan dendam ... membuatnya terjatuh kian dalam. Ia membenci ..., ia membunuh hatinya sendiri. Hingga seb...