Chapter 18 : Her Butler, Do Nothing

56.3K 3K 98
                                    

"Ci-Ciel ... kau...."

Alice terdiam, menelan ludahnya dengan sulit ketika Lizzie menatapnya dengan raut yang tampak semakin terkejut.

Gadis itu pasti akan berteriak.

Ini tak boleh terjadi.

"Kau tak apa-apa?! Ak一uph?"

Belum sempat gadis itu memekik, dengan sigap Alice membekap mulutnya.

"Sssstt! Jangan berisik!" bisiknya.

Ia melepaskan tangannya ketika Lizzie mengangguk pelan.

Yang barusan itu berbahaya sekali. Jika sampai gadis itu berteriak dan membuat kehebohan lebih dari ini, seluruh penghuni asrama akan mengetahui keberadaan mereka. Itu akan jadi masalah besar.

Yah, setidaknya untuk Alice dan Sebastian.

Suara langkah yang terdengar buru-buru menghampiri mereka membuat keduanya menoleh.

"Liz, ada ap一," Sebastian yang bergegas datang ketika mendengar suara teriakan tercekat ketika melihat apa yang terjadi di depan matanya.

"Ciel! Kau menyerang Lizzie?" pekiknya tertahan.

"Apa posisiku terlihat seperti orang yang sedang menyerang?" balas Alice sarkastis. "Lizzie, menjauhlah dari tubuhku."

Lizzie yang baru menyadari posisi mereka segera bangkit dan menjadi sedikit salah tingkah. Dengan sedikit canggung ia menarik Alice untuk berdiri.

"Maafkan aku. Tadi aku terkejut karena kau tiba-tiba muncul."

Alice menghela napas, sebenarnya itu juga kesalahannya. Seharusnya lebih berhati-hati menegur gadis itu tadi, mengingat Lizzie tadinya sedang serius, jelas ia akan kaget dengan kemunculan Alice yang mendadak.

Yah, semua orang tahu jika kerja gerak refleks lebih cepat daripada otak, bukan?

"Sudahlah, lupakan itu. Apa yang kaulakukan tadi?"

"Ah! Benar!" Lizzie tampak teringat sesuatu. "Tadi ada seorang anak perempuan yang mencurigakan, ia sepertinya menyelinap ke kamar itu." Jarinya menunjuk sebuah kamar yang tak jauh dari mereka.

"Anak perempuan?" Alice menatap arah yang ditunjuk Lizzie. "Kauyakin? Mungkin dia adalah pemilik kamar."

"Tapi dia mengendap-endap dan tampak mencurigakan."

"Kau lihat ciri-ciri orangnya?" Sebastian ikut bersuara.

"Aku tidak yakin, tapi kalau tidak salah, rambutnya pendek."

Sebastian tampak serius kemudian, membuat Alice dan Lizzie fokus menatapnya.

"Ada apa?" sela Lizzie membuyarkan pikiran Sebastian.

"Aku yakin kamar itu milik Rachel dan Blaire, keduanya berambut panjang. Jadi, jika yang kau lihat masuk tadi benar seseorang berambut pendek, maka bisa jadi ia pencurinya."

"Jika kau bisa berpikir jernih ... pencurinya tidak harus seorang laki-laki, bukan?" Alice ikut berpendapat. "Tapi ..., untuk apa anak perempuan mencuri pakaian dalam?"

"Sudahlah, kita selidiki saja dulu," tutup Sebastian sembari melangkah pelan menuju kamar diikuti Lizzie.

Alice hanya menaikkan bahunya tak acuh sembari mengikuti langkah keduanya.

Dalam diamnya, tiba-tiba Alice teringat kejadian beberapa menit yang lalu. Ketika Lizzie jatuh menindihnya dengan posisi mereka yang dapat dikatakan sangat berbahaya.

Err ... apakah ada yang berpikir jika tangan Lizzie bertumpu tepat di sana?

Tidak, tidak kok ... tangannya meleset sedikit dari sana.

The Lady and the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang