Chapter 29 : Her Butler, Assist

49.1K 2.9K 90
                                    

"A-ayah? Ibu...?" 

Gadis kecil itu membeku di muka pintu ketika menemukan tubuh kedua orang tuanya tergeletak di lantai. Tak bernyawa. 

Ia melihat sepucuk pistol tak jauh dari mayat keduanya, dan dengan pemikirannya sebagai seorang anak kecil pun, ia tetap dapat menyimpulkan bahwa kedua orang tuanya mati tertembak. 

"Anne...?" 

Sepasang obsidiannya menatap nanar seorang gadis yang berdiri di dekat mayat kedua orang tuanya, tampak menatap dua sosok tak bernyawa itu dengan tatapan kosong.

Sosok yang ia kenali sebagai "Anne", Madam Ann lebih tepatnya. 

"Nona?" 

Gadis itu melihat sosok yang tidak dikenalnya berdiri di dekat Anne, tampak mengatakan sesuatu yang tak dapat ia dengar. Alice kecil terlalu takut, dan itu membuatnya tak bisa fokus pada apa pun. 

"Hiks ... ke-kenapa kaulakukan ini?" 

"Maaf, saya tidak ..., Nona, ini...." Sosok itu tergagap ketika bertemu tatap dengan iris sapphire sang gadis kecil. 

"Ja-jangan mendekat! Jangan mendekat!!" 

Alice mundur perlahan. Ia terjerembab karena tidak memperhatikan langkahnya, namun, dengan tubuhnya yang gemetar ia masih mencoba untuk menjauh dari sosok seseorang yang kini menjadi begitu menakutkan di matanya itu. 

Iris birunya menatap madam Ann yang berdiri di hadapannya dengan sebuah pecahan cermin di tangan.

Ia takut, benar-benar takut. 

Gadis kecil itu tersentak ketika punggungnya menyentuh tembok, mencoba tetap bergerak mundur meskipun ia sadar bahwa ia tak bisa bergerak lagi sementara sosok di hadapannya kini telah berdiri tepat di depannya. Mengangkat pecahan cermin yang tampak memantulkan raut wajah Alice yang ketakutan. 

"A-Anne...?" 

Madam Ann balas menatap sayu pada gadis kecil yang kini melihatnya bak seorang monster itu. Tatapan ketakutan itu membuatnya sesak. Sungguh, ia benar-benar tak ingin melakukan ini. 

"Selamat tinggal ... Ice...." 

Hal terakhir yang Alice lihat adalah tatto bergambar phoenix yang terikat oleh duri mawar yang tampak di lengan atas sosok di hadapannya, juga tangan sosok itu yang tampak gemetar menggenggam pecahan cermin. 

Alice mencoba menghindar sebisanya ketika pecahan cermin itu hampir menikamnya, namun ia gagal, dan

CRAKK!! 

cermin itu melukainya.

Tepat di mata kanannya. 

"Hah?!"

Gadis itu bangun dan tersentak, napasnya memburu. Keringat dingin mengaliri nyaris seluruh tubuhnya yang gemetar.

Mimpi itu lagi.

Namun kali ini, yang dilihatnya bukanlah sosok samar seperti biasanya. Ia jelas mengingat bahwa yang dilihatnya di sana adalah Madam Ann, bibinya. Tetapi, bagaimana bisa?

"Auntie Ann...? Tapi, kenapa?" gumam Alice lirih, tampak berpikir keras demi mencerna apa yang baru saja ia 'lihat'.

Mungkinkah benar dugaannya jika selama ini, semua bayangan itu bukan hanya mimpi? Potongan dari ingatannya kah? Tapi kenapa harus Madam Ann yang ada di sana? Kenapa harus bibinya? Apa mungkin ... orang itulah yang ia cari selama ini?

The Lady and the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang