Chapter 19 : Her Butler, Prepared

60.8K 3.1K 95
                                    

Bugh!

"Ahh!"

Alice sedikit tersentak ketika seseorang menabraknya. Ia menatap datar sepotong kue yang jatuh dari tangannya dan kini hancur tak berbentuk di lantai.

Beberapa mata melirik ke arahnya, hanya untuk sekadar tahu apa yang terjadi sebelum kemudian berpaling lagi. Seolah tak terjadi apa pun.

"Kau menghalangi jalan."

Gadis itu menoleh, menatap dingin seorang anak laki-laki yang tadi menabrak dan lantas melewatinya begitu saja. Ia hanya menghela napas, berusaha menahan diri. Ini masih pagi, Alice tak ingin membuat masalah. Apalagi di tempat ramai semacam ini.

Alice bersama Sebastian dan Lizzie sedang berada di cafetaria sekolah sekarang. Tadinya ia tak ingin ikut, tapi Lizzie menariknya kemari. Dan sekarang, di sinilah ia berada. Berdesakan di cafeteria sekolah yang selalu penuh sesak pada jam istirahat seperti ini.

"Hei, kau yang menabraknya, bukan?"

Alice yang baru saja hendak bergerak mengutip potongan kuenya di lantai menoleh ke arah suara dan mendapati Lizzie tengah menahan anak laki-laki yang tadi menabraknya.

"Minta maaf!" tuntut Lizzie tegas.

"Hah?!"

"Ayo minta maaf!"

Alice kembali menghela napas. "Sudahlah, Liz. Biarkan saja," ucapnya cuek.

Ia menatap sekali lagi anak laki-laki itu dengan tatapan separuh minat. Alice merasa pernah melihat wajahnya, namun ia tak yakin kapan dan di mana. Yah, lagipula ia juga tak sudi repot-repot untuk mengingatnya.

Gadis itu masih tak mengubah ekspresi ketika anak laki-laki di hadapannya berdecih tak suka.

Baru saja ia hendak kembali berjongkok mengumpulkan kuenya yang jatuh, Sebastian menyodorkan sepotong kue lain tepat di hadapannya. Membuat Alice yang sedikit menunduk kembali menatap lurus.

"Ambillah,"一Sebastian menyodorkan potongan kue miliknya一"dan kau, aku lihat kau sengaja menabraknya tadi. Bersihkan itu!" lanjutnya, menatap orang yang tadi menabrak Alice.

Melihat Sebastian dan Lizzie yang melangkah pergi dari tempat itu, Alice hanya mengangkat bahunya cuek kemudian mengikuti langkah keduanya. Mengabaikan seseorang yang semakin menatapnya tak suka.

"Hoi, Sebastian! Sini, sini!"

Sebuah suara membuat ketiganya menoleh. Di salah satu sudut cafeteria, seorang anak laki-laki berwajah oriental tampak melambaikan tangannya pada Sebastian. Ia tampak duduk bersama seorang anak laki-laki dan dua anak perempuan.

"Sepertinya ada sedikit keributan di sana?" Rachel, salah satu orang yang duduk di sana bersuara ketika Alice dan kedua temannya mengambil tempat duduk.

"Bukankah anak yang tadi itu salah satu penggemarmu, Miss. Blaire?" tanya seorang anak laki-laki berambut pirang dengan nada mengejek pada gadis yang duduk di sebelahnya, membuat gadis itu menghela napas, tampak sedikit tersinggung.

"Aku bukannya suka terus menerus dikuntit oleh mereka," balas Blaire cuek, ia beralih menatap Alice. "Kau tak apa-apa?"

Alice yang merasa tengah diajak bicara kemudian melempar senyum tipis. "Tak masalah."

"Ciel,"一panggilan Sebastian membuat Alice menoleh一"ini teman-temanku. Mereka rekan sesama anggota dewan. Ah, kecuali Blaire. Dia teman sekamarnya Rachel," ucapnya memulai perkenalan, kemudian melirik orang-orang yang dimaksudnya agar memperkenalkan diri mereka sendiri.

"Aku Rachel. Kelas 12A." Gadis berambut cokelat tersenyum manis. "Ini Blaire," lanjutnya, menepuk pelan pundak anak perempuan yang duduk di sebelahnya.

The Lady and the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang