Chapter 5 : Her Butler, Clue

109K 5.3K 243
                                    

"Hiks ... ke-kenapa kaulakukan ini?"

"Maaf, saya terpaksa, Nona...."

"Ja-jangan mendekat! Jangan mendekat!!"

Alice mundur perlahan. Ia terjerembab karena tidak memperhatikan langkahnya. Namun, dengan tubuhnya yang gemetar ia masih mencoba untuk menjauh dari sosok seseorang yang kini menjadi begitu menakutkan di matanya.

Gadis itu tersentak ketika punggungnya menyentuh tembok, mencoba tetap bergerak mundur meskipun ia sadar bahwa ia tak bisa bergerak lagi sementara sosok itu kini telah berdiri tepat di depannya. Mengangkat pisaunya tanpa ragu, tampak tak sinkron dengan tatapan penuh rasa bersalah di matanya.

Alice mencoba menghindar ketika pisau hampir menikamnya, namun ia gagal.

Hal terakhir yang ia lihat adalah tatto bergambar phoenix yang terikat oleh duri mawar yang tampak di lengan atas sosok di hadapannya, sebelum

CRAKK!!

"AAAAAAARRGHH!!!"

"Nona?!"

"Hosh ... hosh...."

Nafas Alice memburu ketika ia membuka mata, keringat dingin mengalir deras dari sekujur tubuh gadis itu.

"Nona, Anda baik-baik saja?"

PLAKK!

Michael tersentak ketika Alice menampik tangannya dengan kasar saat ia mencoba menyentuhnya.

"Pergi! Pergi!! Jangan menyentuhku!! Hiks...," teriak Alice histeris, lagi-lagi sang butler dibuatnya terhenyak ketika ia menangis.

Gadis itu meringkuk di dalam selimut, menutup rapat mata dan telinganya. Seluruh tubuhnya gemetar, membuat Michael semakin bingung.

Majikannya itu tampak seperti baru saja mengalami sesuatu yang sangat menakutkan.

"Nona, ini saya, Michael."

Suara itu membuat Alice perlahan menyembulkan kepalanya dari balik selimut. Ia menatap ragu sosok samar di hadapannya karena keadaan kamar yang gelap gulita.

"Mi-Michael?"

"Iya, Nona. Anda baik-baik saja?"

"Dia di sini.... A-aku...."

"Nona?"

"Ja-JANGAN MENYENTUHKU!"

Alice kembali histeris ketika sang butler mencoba mendekatinya, menenangkannya.

Melihat keadaan nonanya yang tampak tak begitu baik, Michael hanya bisa menghela napas. Ia kemudian berinisiatif untuk menyalakan lampu kamar. Setidaknya, keadaan yang diterangi cahaya akan membuat manusia merasa lebih tenang. Itu yang ia pikirkan.

"Anda lihat? Tak ada siapa pun di sini. Saya akan keluar jika Anda merasa terganggu. Silakan panggil saya jika—"

"Michael...."

Ucapannya terpotong ketika Alice memanggilnya, masih dengan suaranya yang bergetar.

"Ya, Nona?"

"Tetap di sini ... tetap di sini sampai aku tertidur...."

Michael menatap sang nona dengan tatapan tak mengerti, namun kemudian ia tersenyum.

"Yes, My Lady...."

Setelah itu, hening kembali menguasai mereka. Michael menatap datar gundukan selimut di atas kasur yang sudah pasti adalah Alice yang masih meringkuk takut. Tingkah gadis itu membuatnya sedikit bingung, namun sekali lagi, ia sama sekali tak berniat untuk membaca sang majikan saat ini.

The Lady and the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang