"Ngomong-ngomong ... kenapa kau mengatakan semua ini padaku?"
Pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan gadis itu sedikit banyak membuatku terdiam. Seketika, memori itu kembali menghantui pikiranku. Hal yang sejak lama terus aku coba untuk lupakan, kini berputar lagi di kepalaku bagai sebuah kaset rusak.
"Karena kalian membuatku iri ...," jawabku pada akhirnya.
Benar. Aku tidak mengatakan kebohongan. Bagaimana gadis yang kulihat di depanku saat ini, juga iblis bodoh bernama Michael itu saling berkorban, sedikit banyak hal itu membuatku kagum, juga iri.
"Kupikir kau akan melemah dan memilih untuk meninggalkan iblis itu ketika kau mengetahui kenyataannya, termasuk fakta bahwa kau akan selamat. Tapi reaksimu benar-benar di luar perkiraanku.
"Aku pun pernah mengalaminya. Aku pernah mencintai seorang manusia, namun pada akhirnya aku memilih untuk melarikan diri ... aku membunuhnya dan mengalah pada takdir.
"Sebab itu, aku kagum sekaligus iri pada kalian berdua, yang sanggup berkorban untuk satu sama lain, melakukan hal yang tak bisa kulakukan ...."
Ya, hal yang tidak bisa aku lakukan ....
#
Bibury, Gloucestershire 1889.
Bagi iblis, makhluk yang nyaris abadi seperti kami, waktu bisa berjalan sangat panjang. Mungkin sebab kami memiliki sangat banyak waktu pula, kami kerap hidup tanpa pernah benar-benar peduli akan kehidupan itu sendiri.
Kami diciptakan dengan kekuatan, sebuah kelebihan yang dengan itu kami memikat makhluk-makhluk lain yang sekiranya cukup bodoh untuk terperdaya.
Manusia.
Membuat perjanjian dengan makhluk bernama manusia bukanlah hal yang aneh bagi kami. Bagaimana manusia yang serakah dan bodoh itu termakan oleh bujuk rayu, setidaknya cukup untuk kami jadikan pengusir kebosanan dalam menghabiskan waktu yang sangat panjang.
Tentu saja bukan tanpa risiko. Perjanjian yang kami buat memiliki kondisi dan syarat tersendiri untuk kami, para iblis. Kontrak yang telah disepakati, tidak boleh ditarik kembali. Namun, tak ada alasan bagi kami untuk melanggar kontrak yang jelas-jelas menguntungkan kami dari segala aspek, bukan?
Itu sama sekali bukan masalah. Maka kami tetap melakukannya.
Aku pun demikian. Membuat kontrak, menjadikan manusia bodoh yang cukup bernyali untuk memanggilku demi sebuah keinginan. Menjadikannya sebuah marionette yang tak lebih untuk sekadar menghabiskan waktu.
Manusia itu berdiri di hadapanku sekarang. Menatapku dengan raut tak terbaca. Mungkin ia cukup kaget karena melihat sosok iblis yang sesungguhnya di depan matanya?
Aku tidak peduli.
"Kau yang memanggilku?" tanyaku dingin. Cukup lama ia terdiam sebelum akhirnya mulai bersuara.
"Kau ... benar-benar iblis?" Ia terdengar ragu.
Ya ampun, jangan katakan lagi-lagi dia hanya manusia iseng yang coba-coba untuk memanggilku datang. Jika benar, maka aku akan membunuhnya sekarang juga.
"Seperti katamu. Jadi, untuk urusan apa kau memanggilku?" tanyaku lagi.
Dan gadis itu kembali terlihat meragu. Ia tertunduk, sedikit meremas bagian bawah gaun lusuh yang dikenakannya. Gugup kah? Atau takut?
"Ini, aku tidak mengira kau benar-benar akan datang,"一Ia menggantung ucapannya一"aku ... aku ...."
Dia ragu? Akan tetapi, jika ia ragu, seharusnya aku tidak datang. Kau tahu, kau tidak akan bisa memanggil iblis jika ada sedikit saja keraguan dalam hatimu. Namun nyatanya panggilan yang kudapati dari gadis ini cukup kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady and the Devil
FanfictionSeolah tak pernah puas akan luka yang telah ia torehkan di masa lalu, sang waktu terus menghempaskan gadis itu hingga hatinya membeku. Rasa sakit dan dendam ... membuatnya terjatuh kian dalam. Ia membenci ..., ia membunuh hatinya sendiri. Hingga seb...