Chapter 25 : Her Butler, Annoyed

61.5K 3.2K 447
                                    

Alice membuka matanya perlahan. Hawa pagi yang dingin membuatnya menarik selimut dan kembali meringkuk. Suhu tubuhnya sudah turun dari semalam meskipun tubuhnya masih terasa lemas dan kepalanya masih pusing.

Ia berbalik ketika mendengar suara pintu yang terbuka, dan mendapati Sebastian yang keluar dari ruang ganti tengah mengencangkan dasinya. Keduanya diam selama beberapa saat ketika mereka bertemu tatap.

"Selamat pagi,"--Alice melempar senyum tipis--"cepat sekali kau bersiap?"

"Aku tidak bisa tidur semalam," sahut Sebastian tanpa menoleh, ia mengambil sisir untuk merapikan rambutnya. Alice hanya menggumam.

Alice berkedip heran ketika Sebastian menatapnya lekat kemudian. "Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Sebastian masih diam, sebelum akhirnya ia menghela napas dan melangkah mendekati Alice. Ia berdiri di sisi tempat tidur, sementara Alice yang merasa suasana mulai sedikit berubah bergerak bangun dari posisi rebahannya dan duduk di atas kasur.

"Ciel, aku ingin kau menjawab pertanyaanku dengan jujur."

Alice memiringkan kepalanya, bingung. "Ya?"

"Siapa kau sebenarnya?"

"Hah?"

Gadis itu menatap tak mengerti ke arah Sebastian, pertanyaan itu terdengar sedikit aneh baginya. Mungkin karena keadaan tubuhnya yang tak begitu baik juga, sehingga kerja otaknya menjadi sedikit lambat sekarang.

"Kenapa kau menyembunyikan identitasmu sebagai anak perempuan? Apa tujuanmu masuk ke sekolah ini?"

Alice tercekat ketika ia menyadari ke mana pertanyaan Sebastian mengarah. Berusaha menyembunyikan keterkejutannya, ia menatap sosok di hadapannya itu tanpa ekspresi kini.

"Jawab aku, Ciel!" tuntut Sebastian, dingin.

Alice masih terdiam, otaknya disibukkan dengan berbagai pertimbangan tentang apa yang sebaiknya ia lakukan. Dan reaksinya yang di luar terlihat datar itu membuat Sebastian mendengus tak sabar, ia kemudian berbalik hendak meninggalkan ruangan, berpikir jika sebaiknya ia membahas ini nanti ketika keadaan Ciel sudah jauh lebih baik.

Toh, tak ada gunanya memaksa orang sakit, kesehatannya justru akan semakin memburuk jika ia sampai tertekan.

"Sebastian?"

Panggilan dari Alice tak dihiraukan, Sebastian tetap melanjutkan langkahnya.

"Sebastian!" Merasa tak diacuhkan, Alice memanggil nama itu dengan sedikit lebih keras, namun tetap tak ditanggapi.

Alice berdecih, jika keadaan ini dibiarkan lebih lama, segalanya bisa menjadi lebih buruk. Setidaknya, ia harus memberikan alasan sebagai antisipasi untuk keadaan saat ini.

Dengan sedikit memaksakan tubuhnya, Alice menurunkan kedua kakinya ke lantai dan berniat mengejar Sebastian yang hampir mencapai pintu.

BRUKHH!!

Sebastian yang baru saja hendak membuka pintu menoleh dengan terkejut ketika mendengar suara sesuatu yang jatuh, dan mendapati Alice yang terduduk di lantai, tengah meringis. Ia segera menghampiri gadis itu dengan langkah terburu-buru.

"Apa yang kaulakukan?!" tegurnya cemas. "Kau seharusnya tidak bangun dari kasur."

"Kau tak mengacuhkanku, ya aku kejar," balas Alice, masih tanpa ekspresi.

Sebastian kembali menghela napas, ia jadi tak tega sekarang. Ia memapah gadis itu dan membaringkannya lagi di tempat tidur, namun Alice kembali memosisikan dirinya duduk di pinggir ranjang. Sedikit merasa tak nyaman berbicara sambil berbaring.

The Lady and the DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang