Spring_part twenty four

577 106 46
                                    

🪴 Happy Reading 🪴

Selama beberapa hari di Beijing, Wang Yibo menjalani semuanya dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama beberapa hari di Beijing, Wang Yibo menjalani semuanya dengan tenang. Setiap hari ia menelepon Xiao Zhan disaat jam istirahat dan malam menjelang tidur. Ia merasa tidak ada lagi kekhawatiran karena meninggalkan kekasihnya di Xiamen sana. Ia berpikir, mungkin Sehun tidak lagi mengejar Xiao Zhan seperti sebelumnya. Namun ia tidak menduga, setelah tiga hari berlalu, disaat malam ia kembali menelepon Xiao Zhan, suara yang menjawab di seberang sana sungguh tidak terduga.

Ia yang sebelumnya bersandar santai pada tempat tidur, kini menegakkan punggung karena jawaban dari seseorang yang ia hubungi bukanlah suara kekasihnya. Sesaat ia menatap layar seakan ingin memastikan nama yang dipanggil. Ia tidak salah memanggil. Jelas-jelas nama kekasihnya yang terpampang pada layar ponsel.

“Xiao Zhan?” ia kembali mendekatkan ponsel ke telinga.

“Xiao Zhan sedang di kamar mandi. Aku menjawabkan panggilan ini untuknya,” suara di seberang itu adalah Sehun.

“Dimana kalian? Kenapa kau bisa mengangkat teleponnya?”

“Di apartemenku. Kebetulan ia meninggalkan ponselnya di atas meja.”

Di apartemen Sehun? Kenapa Xiao Zhan tidak mengabari?

Sesaat Yibo berpikir meski pikirannya sudah kemana-mana. Ia masih mencoba untuk menanggapi dengan ketenangan.

“Apa yang kalian lakukan di tempatmu? Tolong serahkan teleponnya pada Xiao Zhan,” ia berusaha berkata setenang mungkin.

“Yang kami lakukan? Tidak ada. Atau mungkin – belum. Kau bisa menelepon lagi setelah dia keluar.”

Telepon yang terputus membuat Wang Yibo nyaris membanting ponselnya sendiri. Mukanya mulai menunjukkan kemarahan seiring mata hitamnya yang berkilat. Rasa cemburu, kecewa dan kesal kini berkecamuk di hatinya. Ia mencoba menghitung waktu meski dadanya bergemuruh oleh emosi yang menyergap. Setidaknya ia bisa mendengar suara Xiao Zhan dan jawaban pemuda manis tersebut.

Kini dirinya mondar mandir di kamar hotel sampai akhirnya berdiam diri di balkon jendela. Menatap gemerlap kota Beijing di malam hari. Setelah merasa cukup lama, ia kembali menghubungi nomor Xiao Zhan. Namun suara yang menunjukkan bahwa nomor itu tidak aktif membuat kepalanya nyaris pecah. Emosinya naik ke ubun-ubun.
Sambil mengepalkan tangan dan mencengkeram kuat ponselnya, ia masih berusaha untuk menguasai diri. Sekian menit ia memejamkan mata, menghirup udara malam. Berkali-kali menarik nafas dalam dan terpikir satu orang yang bisa ia tanyai tentang Xiao Zhan.

Ia mencari nama Paul pada daftar kontak.
Hanya menunggu sesaat, suara pemuda itu terdengar menjawab.

“Halo...”

“Paul, kau masih di toko bunga?” Yibo bertanya sewajar mungkin.

“Hmm, sedang bersiap-siap untuk tutup. Ada apa?”

𝑺𝒑𝒓𝒊𝒏𝒈 𝑳𝒐𝒗𝒆 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang