🪴 Happy Reading 🪴
Sehun sudah duduk santai di sofa depan sambil menuang sampanye ke dalam gelas. Disaat Xiao Zhan keluar dari kamar mandi, ia meminta pemuda manis itu duduk di sebelahnya.
“Terima kasih kau sudah membuatkan makanan untukku, aku merasa sangat senang bisa menikmati masakanmu,” ia menyodorkan satu gelas sampanye.
“Tidak masalah. Bukan sesuatu yang berat bagiku,” sahut Xiao Zhan.
“Bagiku itu sesuatu yang sangat spesial. Aku senang sekali, disaat seperti ini, kau mau menemaniku.”
Sambil menyambut gelas goblet yang tersodor, sejenak Xiao Zhan mengamati sahabatnya yang sedikit berbeda menurutnya.
“Kau tetap sahabatku yang pernah dekat, Sehun. Aku tidak pernah menginginkan ada masalah apapun diantara kita,” ia menyesap sampanye sekilas.
“Kau tahu aku selalu menganggapmu lebih dari sahabat,” Sehun menoleh, menatap sosok manis yang tertegun.
“Aku sudah bilang sebelumnya, kalau aku – “
“Aku tahu,” timpal Sehun. “Kau tidak pernah memiliki perasaan apapun padaku,” ia melanjutkan, nadanya putus asa lantas menenggak sampanye sampai tandas.
“Sehun?”
“Kau tahu, Zhan? Disaat aku mendapat hal yang menyakitkan, disaat aku terpuruk, yang aku ingat adalah dirimu,” pemuda itu kembali mengisi gelas oleh cairan sampanye. “Saat itu aku sangat berharap kau ada disisiku, menemaniku dalam menghadapi semua kesakitan yang kurasa, meskipun aku tahu semua hal yang terjadi padaku semuanya karena dirimu.”
“Apa maksudmu?” alis Xiao Zhan saling bertaut.
Sehun kembali menghabiskan setengah gelas sampanye. Senyumnya tersungging sewaktu menoleh pada sosok manis di sebelahnya. Melihat gelas di tangan Xiao Zhan kosong, ia pun kembali mengisinya.
“Temani aku minum,” ia berkata sambil menuangkan cairan dari botol bening.
“Sehun, jangan sampai mabuk berlebihan.”
“Kau tahu aku kuat dalam minum,” kembali Sehun menyesap sedikit sampanye. Sepasang mata hitamnya menatap dalam-dalam manik bening Xiao Zhan.
“Kita sama-sama sudah tidak memiliki orangtua. Aku minta maaf, waktu orangtuamu meninggal, aku tidak bisa menemani lebih lama,” tangannya terulur mengusap pipi meski tak lama kemudian Xiao Zhan langsung menurunkan tangannya.
Setengah memaksa, Sehun kembali mengusap pipi Xiao Zhan. Garis bibirnya membentuk senyum sedih.
“Andai waktu itu ayahku tidak sakit, mungkin kita masih bersama dan aku bisa memilikimu sekarang ini,” suaranya terdengar lirih. “Tetapi kita memang harus terpisah oleh keadaan. Aku terpaksa meninggalkanmu. Aku pikir, aku bisa kembali secepatnya untuk menemuimu namun lagi-lagi aku dipermainkan oleh takdir. Ayahku meninggal dan aku harus meneruskan usahanya. Aku harus menemani mamaku yang tinggal seorang diri. Saat itu, aku selalu mengingatmu. Aku tidak bisa melepaskan bayanganmu dan kenangan kita.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝒑𝒓𝒊𝒏𝒈 𝑳𝒐𝒗𝒆 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [𝓔𝓷𝓭]
RomanceBerawal dari buket bunga yang cantik, putih dan menguarkan aroma memabukkan, nama Red Florist menjadi sesuatu yang berkesan di hati Wang Yibo, seorang pemuda yang memiliki ketampanan luar biasa. Di tempat itulah, ia menemukan objek indah yang membua...