Spring_part nine

832 140 17
                                    

🪴 Happy Reading 🪴

Masih dengan wajah merah setelah adegan tak terduga mereka, Xiao Zhan nyaris tak bisa bersitatap muka dengan Paul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih dengan wajah merah setelah adegan tak terduga mereka, Xiao Zhan nyaris tak bisa bersitatap muka dengan Paul. Mereka tiba di rumah dalam keadaan canggung. Ia kini hanya menyusun ulang buket bunga ke dalam vas tinggi.

Sebenarnya Paul masih bersikap sangat wajar, ia bahkan sesekali mengulum senyum melihat sikap malu-malu Xiao Zhan. Ia sudah menduga dari sebelumnya kalau sepupunya itu menyukai Wang Yibo, namun karena terus mengingkari, Xiao Zhan seakan termakan omongan sendiri. Melihat Xiao Zhan yang masih sangat canggung, ia tahu bahwa cinta itu sekarang sudah mulai mengakar.

“Maaf, Zhan,” ia berkata sewaktu melewati meja makan, melirik sekilas pada Xiao Zhan yang masih sibuk menata bunga.

“Hmm,” Xiao Zhan tidak mampu berkata-kata.

“Dia menyatakan cinta?” Paul mulai membuka lemari es untuk mengambil bahan masakan.

“Hmm...”

Lagi-lagi hanya gumaman.

“Kau menerimanya?”

Xiao Zhan tidak langsung menjawab, hanya terdengar helaan nafasnya.

Sambil menahan senyum, Paul mulai menyibukkan diri di dapur. Ia mendengar tarikan nafas Xiao Zhan yang gundah dan galau.

“Sepertinya dia serius padamu. Kenapa tidak mencobanya?” ia kembali melirik.

“Entahlah,” desah Xiao Zhan, bingung.

“Dia cukup baik selama ini. Kau hanya perlu meyakinkan diri.”

Tanpa sadar Xiao Zhan menggelengkan kepala, terlihat begitu galau. Setelah menyusun semua tangkai bunga, ia meletakkan vas tersebut diatas meja ruang tengah. Setelahnya, ia kembali ke ruang makan dan kini mendekati Paul.

“Memasak apa?” matanya melihat beberapa udang yang sudah dibersihkan.

“Asam manis. Kita harus membeli bahan-bahan, udang ini yang terakhir,” sahut Paul. Tangannya sibuk memotong-motong sayuran hijau.

“Aku bantu,” Xiao Zhan mengambil udang dan mulai menyiapkan bumbu. Dia hanya ingin menyibukkan diri untuk menepis bayangan tadi sore. Ciuman itu hanya baru sepihak, namun rasanya kilasan di waktu itu terus berkelebat.

“Aku pikir kau akan membawa bunga itu ke kamarmu. Biasanya kau mengisi vas di kamarmu dengan Gardenia,” Paul mulai berbicara lagi.

“Bunga di kamarku masih segar.”

“Kau membohongi dirimu sendiri, Zhan.”

“Aku hanya belum siap. Lagipula itu belum tentu cinta. Kami hanya terbiasa bertemu,” Xiao Zhan mencari alasan.

“Terus saja menyangkal,” dengus Paul. Ia mulai menumis sayuran dan potongan cumi. Sudut matanya kembali melirik. “Atau sebenarnya kau menyukai orang lain, hingga mengabaikan Wang Yibo?”

𝑺𝒑𝒓𝒊𝒏𝒈 𝑳𝒐𝒗𝒆 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 [𝓔𝓷𝓭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang