Sesuai janji, di part ini panjang sih menurut aku. Tapi nggak tau menurut kalian?
Selamat membaca.
-★-
Senyum diwajahnya tidak pernah luntur. Rebecca dan Marissa sampai heran melihat Riella yang terus seperti itu bahkan saat bertemu Rigel pun cewek itu hanya menyapa lalu pergi begitu saja. Sumpah, ini adalah sosok Riella yang jauh dari biasanya.
"Lo kenapa sih?" Tanya Marissa. Duduk di atas meja dekat bangku Riella.
Riella menunjuk dirinya, "Lo nanya gue?"
"Iyalah njer, ya kali nanya si Becca."
Riella menggedik bahu, "Gue nggak kenapa-kenapa kok," jawabnya lalu cekikikan tidak jelas memandangi layar ponselnya.
"Gejala awalnya apa ya, Kak?" Cetus Rebecca jengah. "Lo aneh Riel, dari tadi senyum-senyum gak jelas, cekikikan, kek orang sinting lo!"
"Apa sih? Gue nggak papa juga!" Respon Riella itu sangat menjengkelkan, berlagak cuek lalu sibuk dengan ponselnya hal itu membuat Marissa geram dan langsung merampas ponselnya.
"Mar!" Riella berseru protes.
"Apa?!" Marissa membalas nyolot. "Lo kalo di tanya jawab yang bener, jangan cuma jawab ngga papa, nggak papa, kayak cewek aja lo, njim!"
Rebecca spontan menggeplak Marissa. "Kan emang cewek, tolol!"
"Udah sih, suka-suka gue." sewot Marissa, dia sigap menjauhkan ponsel di genggamannya saat Riella akan mengambilnya. "Eh, tolol. Jawab gue dulu yang bener, lo kenapa kek kesenangan banget sampe abaain Rigel? Apa sih yang bikin lo seneng?"
"Udah punya crush baru?" tebak Rebecca ikut menyahut.
Riella menggeleng ribut. "Nggak lah, njim ya kali gue move on semudah itu dari Rigel." Cewek itu berhasil meraih ponselnya kembali dari Marissa. Dia berpangku tangan sambil menatap kedua sahabatnya.
"Kalian tau Devid?"
Rebecca mengerutkan keningnya, dia menebak. "Maksudnya, David?"
Riella menjentikkan jarinya. "Yups!"
"Emang kenapa sama cowok yang katanya cuma sahabat doang sama lo itu, bukannya dia udah koit ya?" cerocos Marissa kepo.
"Heh, mulutnya! Devid masih idup, dia sehat yaa." ralat Riella. Cewek gengsian itu menatap sengit Marissa yang di balas decihan sinis.
"Tau dari mana lo?" Marissa kurang percaya.
"Tadi pagi, gue sama Esta ketemu sama dia. Dia juga yang anterin gue sama Esta ke sekolah."
"Jadi karena David lo dari tadi senyum-senyum terus?" Tanpa mendapatkan jawaban dari pertanyaannya pun Rebecca tau bahwa tebakannya memang benar.
Buktinya Riella sudah mengacuhkan mereka lagi dan sibuk dengan ponselnya. Hal itu membuat Marissa menyipitkan matanya curiga, "Gak yakin gue persahabatan mereka gak libatin perasaan."
"Maksud lo, prenjon?" sahut Rebecca.
Marissa mengangguk yakin. "Iya, friendzone. Ya, lo pikir aja sendiri, David udah ngilang lama banget tanpa kabar, tiba-tiba dia dateng dan langsung nemuin Riella, emang nggak aneh?"
"Apalagi respon Riella juga kek gini, kalo menurut gue, salah satu diantara mereka pasti ada yang punya perasaan."
"David?" tebak Rebecca.
Marissa menggedik bahu. "Entahlah, ngeliat Riella yang kek gini gue jadi mikir apa mungkin ya Rigel itu cuma pelampiasan Riella sesaat?"
Kedua cewek itu langsung bertatapan lalu menatap Riella bergiliran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Antagonist's Sister?
FantasyEverything for love, itu adalah sebuah judul dari novel romansa remaja yang akhir-akhir ini banyak di minati. Ringkasan yang singkat, Novel itu mengandung konflik yang tidak terlalu berat dan lebih banyak adegan romantis yang sangat di minati remaja...